PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai
(Glycine soya/ Glycine max L.) berasal dari Asia Tenggara dan telah ditanam di Jepang, India dan China sejak
dulu. Ratusan varietas telah ditanam di
negara tersebut dan kedelai merupakan makanan pokok kedua yang merupakan tanaman pangan, terutama di negara
China dan Jepang. Kedelai pertama kali
masuk ke negara Amerika pada tahun 1804 tetapi diperlukan waktu ratusan tahun untuk dijadikan bahan pangan.
Kedelai ditanam di negara bagian Barat
dan Selatan sebagai bahan makanan maupun sebagai makanan ternak (Thompson dan William, 1983).
Dilihat dari segi pangan dan
gizi, kedelai merupakan sumber protein yang paling murah di dunia, disamping menghasilkan
minyak dengan mutu yang baik.
Berbagai varietas kedelai yang
ada di Indonesia mempunyai kadar protein 30.53- 44 %sedangkan kadar lemaknya 7.5-20.9 %
(Koswara, 1992).
Berdasarkan Badan Pusat Statistik
Indonesia (2009) produksi kedelai Tahun
2009 di Indonesia naik 31% dari tahun 2008 dengan luas areal tanam 600 ribu hektar. Namun demikian kenaikan itu belum
separuh memenuhi kebutuhan dalam negeri
sehingga pada saat ini Indonesia masih mengimpor sekitar 1 juta ton. Untuk menambah kebutuhan itu, pemerintah
Indonesia menargetkan sasaran produksi
kedelai di Indonesia pada tahun 2009 ditetapkan sebesar 1.5 juta ton dengan luas tanam sekitar 1.050.000 Ha, luas
panen 997.500 Ha dan produktivitas rata-rata
15.04 Kuintal/Ha.
Dikemukakan, relatif rendahnya produksi
kedelai nasional beberapa tahun terakhir
ini antara lain disebabkan kurangnya minat petani melakukan budidaya kedelai karena rendahnya produktivitas
yang diperoleh dibanding dengan menanam
komoditas lain. Selain itu belum
optimalnya petani melakukan budidaya kedelai sehingga produksi di tingkat
petani hanya mencapai sekitar 1,3 ton/ha,
sedangkan potensi produksi dari varietas unggul yang dimiliki Indonesia saat ini dapat mencapai 2,0 sampai 2,5 ton/ha.
Varietas unggul merupakan faktor
utama yang menentukan tingginya produksi
yang diperoleh bila persyaratan lain dipenuhi. Varietas unggul dapat diperoleh melalui pemuliaan tanaman.
Suatu varietas unggul tidak selamanya akan menunjukkan keunggulannya tetapi makin
lama produksi akan menurun tergantung
pada komposisi genetiknya. Untuk mendapatkan suatu varietas unggul diperlukan waktu yang lama (Mangoendidjojo,
2003).
Teknik mutasi dalam bidang
pemuliaan tanaman dapat meningkatkan keragaman
genetik tanaman sehingga memungkinkan pemulia melakukan seleksi karakter tanaman sesuai dengan tujuan
perlakuan bahan mutagen tertentu terhadap organ reproduksi tanaman seperti biji, stek
batang, serbuk sari, akar rhizome, kultur
jaringan dan sebagainya (Badan Tenaga Atom Nasional, 2006).
Pada generasi M1, tanaman kedelai
setelah diradiasi sinar gamma dengan dosis
10 krad, 20 krad, 30 krad dan kontrol pada varietas Anjasmoro terjadi penurunan tinggi tanaman. Penurunan tinggi
tanaman berbanding terbalik dengan dosis
radiasi yang diberikan (10 krad= 50.62, 20 krad = 40.95 cm dan terendah pada 30 krad
= 39.62 cm. Kemampuan benih kedelai berkecambah semakin menurun dengan
meningkatnya dosis radiasi, pada perlakuan kontrol daya kecambah
mencapai 72.22 %, sedangkan pada perlakuan sinar gamma 30 krad daya kecambah menurun menjadi 38.89%. Radiasi
gamma ternyata menekan pertumbuhan
vegetatif tanaman kedelai yang ditandai dengan nilai rataan parameter tinggi tanaman, jumlah cabang pada batang utama, jumlah buku produktif per tanaman, jumlah buku per tanaman
yang lebih rendah dibandingkan dengan
tanpa radiasi. Semakin tinggi dosis radiasi gamma semakin rendah nilai rataan parameter vegetatif, Varietas berbeda nyata pada parameter waktu berkecambah 3.67 hari,tinggi tanaman pada 3
MST, 4 MST dan 5 MST. Umur berbunga
tercepat pada varietas Anjasmoro31.71 hari. Jumlah buku produktif per tanaman31.13 buku dan bobot 100 biji14.28 g
(Idris, 2010).
Penurunan pertumbuhan dan
produksi dengan semakin meningkatnya dosis
radiasi diduga berkaitan erat dengan gangguan fisiologis tanaman.
Kerusakan fisiologis hanya
terjadi pada generasi M1 saja sedangkan pada generasi M2 dan selanjutnya terjadi mutasi kromosom.
Keberhasilan dalam
pengidentifikasian mutan pada populasi M2 dan M bergantung kepada tingkat kemudahan
pendeteksiannya. Teknik dengan penerapan
tekanan seleksi yang berat, seperti perlakuan populasi yang bersegregasi terhadap patogen atau hama
tertentu atau penyingkiran secara mekanis
biji-biji kelas rendah merupakan praktek umum dilakukan program pemuliaan tanaman (Nasir, 2002).
Menurut hasil penelitian Dudi
(2007) hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas memiliki perbedaan yang nyata
terhadap tinggi tanaman, umur berbunga, umur
mulai panen, luas daun, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100
biji per plot dan panjang akar.
Salinitas berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman mulai berbunga, umur mulai panen,
luas daun, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 1000 biji per
plot dan panjang akar. Interaksi antara varietas
dan salinitas memiliki pengaruh yang nyata terhadap luas daun.
Tanah bergaram adalah tanah yang
bermuatan garam terlarut. Tanah bergaram
membatasi jenis tumbuhan yang dapat tumbuh diatasnya. Dalam hutan hujan basah di dekat laut kadar yang tidak
meracun tidak sering terjadi dalam tanah
karena konsituen terlarutnya terbawa air sampai ke muka air di bawah daerah perakaran. Tetapi dalam keadaan yang
lain, laju penguapan yang tinggi menyebabkan
kadar garam yang tinggi pula dan menyebabkan tanah tidak produktif (Ewuise, 1990).
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian pengujian tanaman kedelai
varietas Anjasmoro pada generasi M2
dengan perlakuan garam NaCl.
Tujuan Penelitian Untuk
mengetahui respon tanaman kedelai Anjasmoro generasi M2 hasil radiasi sinar gamma terhadap kadar garam Hipotesis
Penelitian 1. Ada pengaruh dosis radiasi
sinar gamma yang diberikan pada kedelai varietas
Anjasmoro terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai generasi kedua (M2) 2. Ada
pengaruh berbagai tingkat kadar garam
yang berbeda terhadap pertumbuhan
dan produksi kedelai varietas Anjasmoro generasi M 3. Ada
perbedaan pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Anjasmoro generasi kedua (M2) hasil radiasi sinar gamma
pada tingkat salinitas yang berbeda Kegunaan
Penelitian Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pertanian di
Fakultas Pertanian, , Medan dan sebagai
bahan informasi bagi pihak yang
memerlukan.
Skripsi Agricultural:Pengaruh Kadar Garam NaCl Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Generasi Kedua (M2) Hasil Radiasi Sinar Gamma
Downloads Versi PDF >>>>>>>Klik Disini
Bab I
|
Downloads
| |
Bab II
|
Downloads
| |
Bab III - V
|
Downloads
| |
Daftar Pustaka
|
Downloads
| |
Lampiran
|
Downloads
|