BAB I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang Negara
Indonesia adalah negara
yang hijau dan
sangat subur, beranekaragam
hayati yang ada didalamnya. Hutan, gunung yang luas dan banyak sekali
menjadikan Negara Indonesia mempunyai kekayaan alam yang berlimpah.
Berbagai
macam jenis tumbuhan
masih banyak dijumpai
diberbagai wilayah ( Word to PDF
- Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/ Word to PDF - UnRegistered http://www.word-to-pdf.abdio.com/
Indonesia, seperti di
daerah Pulau Jawa,
Kalimantan, dan Sumatera.
Latar belakang Negara Indonesia
yang mendukung ini
dan dengan kondisi
tanah yang sangat subur
menyebabkan Indonesia berpotensi
untuk melestarikan dan membudidayakan berbagai
jenis tanaman dan
tumbuhan untuk dimanfaatkan diberbagai bidang. Tumbuhan dan
tanaman yang terdapat di bumi tidak terlepas oleh adanya
air sebagai sumber
utama setiap makhluk
hidup. Allah SWT
telah berfirman dalam Al-Qur’an yaitu pada Surat Al-An’am (6) ayat 99,
yaitu sebagai berikut; “Dan dialah yang
menurunkan air hujan
dari langit, lalu
kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami
keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang menghijau.
kami keluarkan dari tanaman
yang menghijau itu
butir yang banyak; dan
dari mayang korma
mengurai tangkai-tangkai yang
menjulai, dan kebun-kebun anggur,
dan (Kami keluarkan
pula) zaitun dan delima
yang serupa dan
yang tidak serupa.
perhatikanlah buahnya di
waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu
ada tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi orang-orang
yang beriman”.
( Word
to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/ Word to PDF -
UnRegistered http://www.word-to-pdf.abdio.com/ Ayat di atas menjelaskan bahwa tumbuhan yang
tumbuh hijau disebabkan oleh air hujan.
Air hujan yang
membasahi bumi membuat
tumbuhan subur dan hijau.
Tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh
tersebut adalah sebagai
tanda-tanda kekuasaan Allah SWT
untuk patut direnungkan
agar dapat bermanfaat
dan berguna untuk semua makhluk hidup, baik daunnya, buahnya, maupun
akarnya.
Manfaat tumbuhan sangat beragam di berbagai
bidang, terutama di bidang pertanian
yaitu dalam penggunaan
insektisida botani sebagai
substitusi dari insektisida kimia
sintetis dalam pengendalian
hama. Bahan-bahan kimia
yang terkandung dalam bahan insektisida, tidak hanya memberikan dampak
negatif saja akan tetapi juga
harganya tidak dapat
dijangkau oleh petani.
Kondisi ekonomi petani yang
berkecukupan dan ditambah dengan beban membeli obat insektisida sintetis menjadikan
hidup petani bertambah
sulit. Petani mengharapkan
sebuah solusi yang dapat menekan dampak negatif dari pemakaian
insektisida sintetis dan pengganti bahan tersebut dengan bahan yang dapat
diolah sendiri oleh petani.
Zaman
sekarang, manusia pada
umunya lebih menyukai
penggunaan bahan-bahan yang bersifat
praktis dan instan,
tidak perduli dengan
akibat dan dampak yang akan
terjadi setelah pemakaian bahan tersebut. Bahan-bahan sintetis yang banyak
digunakan oleh manusia
berkemungkinan besar mempengaruhi lingkungan, sehingga
menyebabkan dampak yang
negatif pada lingkungan tersebut. Al-Qur’an dalam surat
Ar-Ruum (30) ayat 41 berbunyi sebagai berikut;
“Dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan
berdoalah kepada-Nya dengan
rasa takut (Tidak
akan diterima) dan harapan
(akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat
baik”.
Kerusakan yang terjadi selama ini disebabkan
oleh ulah manusia sendiri, dengan
contoh penggunaan bahan-bahan
kimia yang berbahaya
sebagai penanggulangan hama pada tanaman. Penerapan di bidang pertanian
ternyata tidak semua insektisida mengenai
sasaran. Kurang lebih
hanya 20 persen
pestisida mengenai sasaran, sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah.
Akumulasi residu ( Word to PDF - Unregistered )
http://www.word-to-pdf.abdio.com/ Word to PDF - UnRegistered http://www.word-to-pdf.abdio.com/
insektisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian, apabila masuk ke
dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti
kanker, mutasi, bayi
lahir cacat, CAIDS
(Chemically Acquired Deficieacy
Syndrom), dan sebagainya (Sa’id, 1994).
Penyemprotan dan pengaplikasian dari
bahan-bahan kimia pertanian selalu berdampingan dengan masalah pencemaran
lingkungan sejak bahan-bahan kimia tersebut dipergunakan di lingkungan (Uehara,
1993).
Kandungan bahan insektisida sintetis
sebenarnya juga ada pada tumbuhan dan
tanaman jenis tertentu.
Berbagai jenis tumbuhan
yang diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti bahan
insektisida sintetis ke insektisida alami yang ramah lingkungan
salah satunya adalah
daun paitan (T.diversifolia). Kondisi Negara Indonesia
yang sangat mendukung
ini, menyebabkan Negara
Indonesia sangat berpeluang untuk menjaga lingkungan yang sehat dan
bersih.
Pengganti
insektisida sintetis diambil
dari jenis-jenis tumbuhan
tertentu yang diteliti di
laboratorium yang hasilnya
dapat menekan hama.
Salah satunya adalah dari
ekstrak air daun
paitan yang dapat
menekan populasi dari
hama tanaman jarak pagar. Tumbuhan ini, diambil sebagai solusi pengganti
insektisida sintetis adalah karena daunnya yang masih banyak dijumpai
diberbagai daerah di Indonesia.
Tumbuhan paitan (T.diversifolia) adalah
tanaman yang menyebar
di daerah tropis dan banyak dijumpai ditempat-tempat tepian sungai.
Tetapi ada juga yang menanamnya sebagai
tumbuhan hias karena
warna bunganya yang
kuning indah tersebut. Tumbuhan
paitan (T.diversifolia) ini
merupakan tanaman perdu ( Word to PDF - Unregistered )
http://www.word-to-pdf.abdio.com/ Word to PDF - UnRegistered http://www.word-to-pdf.abdio.com/
tegak, bila dibiarkan
tumbuh liar dapat
mencapai tinggi 9
meter, bertunas, merayap dalam
tanah (Sulistijowati dan Gunawan, 2001).
Markom
(2009), menyatakan bahwa
Tanaman Ekor Kucing
(Cabomba furcata) yang menggunakan
pelarut metanol:air, metanol,
dan air menghasilkan identifikasi bahan
aktif yang berbeda
dengan memakai alat
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(HPLC) Agilent dari Jerman, dengan
kolom ODS hypersil menghasilkan
bahwa ekstrak tanaman ekor kucing mengandung asam gallikdan myrisetin untuk
golongan flavonoid.
Berbagai hasil penelitian dari BALITTAS (Balai
Penelitian Tembakau dan Serat),
yaitu Prarifitriya R.
(2006) dan Tukimin
(2002), menunjukkan bahwa ekstrak
air Daun Paitan
ini dapat dijadikan
sebagai bahan insektisida
alami sebagai pengganti dari
bahan insektisida sintetis,
namun penelitian lanjutan tentang senyawa
aktif dalam ekstrak
air Daun Paitan
dan uji toksisitas
yang berpotensi sebagai insektisida
belum dilakukan, oleh
karena itu perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang kandungan senyawa
aktif pada ekstrak
air Daun Paitan yang
berpotensi sebagai bahan
insektisida pengendali Hama
Tungau Eriophyidae. Analisa dugaan
golongan senyawa aktif
ekstrak air Daun
Paitan memakai metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC) yang
analisanya lebih sederhana dan relatif murah tetapi dapat memberikan hasil yang
baik.
( Word to PDF - Unregistered )
http://www.word-to-pdf.abdio.com/ Word to PDF - UnRegistered http://www.word-to-pdf.abdio.com/
2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
di atas, dapat
disimpulkan rumusan masalahnya
yaitu; a. Apa kandungan senyawa
aktif ekstrak air
Daun Paitan yang
berfungsi sebagai bahan aktif insektisida botani alami b. Berapa golongan
senyawa aktif ekstrak
air Daun Paitan
yang dapat dipisahkan menggunakan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC) c. Bagaimana tingkat
toksisitas ekstrak air
Daun Paitan terhadap
Hama Tungau Eriophyidae 3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah,
maka tujuan penelitian ini adalah; a. Untuk mengetahui kandungan senyawa aktif
ekstrak air Daun Paitan b. Untuk
mengetahui jumlah golongan
senyawa aktif ekstrak
air Daun Paitan yang dapat
dipisahkan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC) c. Untuk
mengetahui tingkat toksisitas ekstrak air Daun Paitan terhadap Hama Tungau
Eriophyidae ( Word to PDF - Unregistered ) http://www.word-to-pdf.abdio.com/ Word
to PDF - UnRegistered http://www.word-to-pdf.abdio.com/ 4 Batasan Masalah Penelitian ini
menggunakan sampel daun
paitan (T.diversifolia) yang diambil
dari kebun Balai
Penelitian Tanaman Tembakau
dan Serat, Karang Ploso, Malang dan memakai alat
identifikasi Kromatografi Cair Kinerja TInggi (HPLC) dengan
merk Konik B
500, kolom RP
18, detektor UV-VIS
280 nm, flow 1 ml/menit dan fase
geraknya metanol:air.
Download lengkap Versi PDF