Skripsi Kimia:Uji Fitokimia Ekstrak Tanaman Anting-Anting (Acalypha Indica Linn) DENGAN VARIASI PELARUT DAN UJI TOKSISITAS MENGGUNAKAN BRINE SHRIMP (Artemia salina Leach

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Akhir-akhir  ini  banyak  penyakit  yang  berkembang  di  Indonesia,  ada penyakit  yang  disebabkan  oleh  virus,  bakteri  maupun  hewan.  Tentunya  hal  ini meresahkan  masyarakat,  apalagi  dengan  keadaan  perekonomian  yang  kurang  baik seperti  saat  ini.  Mahalnya  harga  obat  sintetik  dan  efek  samping  yang  ditimbulkan dari obat tersebut menjadi permasalahan yang utama di kalangan masyarakat, oleh karena  itu  perlu  adanya  pemecahan  dari  permasalahan  yang  terjadi,  salah  satunya adalah dengan memanfatkan obat-obatan dari tanaman (herbal).
Indonesia  memiliki  banyak  tanaman  yang  berpotensi  sebagai  tanaman obat,  hal  ini  tidak  bisa  dilepas  dari  sumber  daya  alam  Indonesia.  Indonesia  yang secara  geografis  terletak  di  garis  khatulistiwa  memiliki  beberapa  keunggulan, diantaranya  terdapatnya  matahari  di  sepanjang  tahun  dan  tersedianya  air.  Dua  hal inilah  yang  menyebabkan  proses  fotosintesis  dapat  berlangsung  pada  tanaman.
Allah  menciptakan  semua  yang  ada  di  dunia  ini  tidaklah  sia-sia.  Makhluk  hidup (hewan,  tumbuhan  dan  lain-lain)  semuanya  dapat  dimanfaatkan  oleh  manusia  jika manusia itu berfikir. Allah menjaga semua yang telah Ia ciptakan agar tetap hidup.

Allah  membuktikannya  dengan  diturunkan  oleh-Nya  hujan  sebagai  sumber kehidupan,  dan  agar  manusia  dapat  mensyukuri  nikmat  yang  telah  Allah  berikan kepadanya. Allah telah menjelaskannya dalam surat an Nahl 11: “Dia  menumbuhkan  bagi  kamu  dengan  air  hujan  itu  tanam-tanaman;  zaitun,  korma, anggur  dan  segala  macam  buah-buahan.  Sesungguhnya  pada  yang  demikian  itu  benarbenar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” Ayat  ini  menyebutkan  beberapa  tanaman  yang  ditumbuhkan  Allah  dari yang  paling  cepat  layu,  yang  paling  panjang  usianya  dan  paling  banyak manfaatnya  seperti  zaitun,  kurma  dan  anggur  (Shihab,  2002:  195).  Kaum  yang memikirkan  akan  tanda-tanda  kekuasaan-Nya  tentu    akan  dapat  mengambil pelajaran  dan  manfaat  terhadap  segala  ciptaan-Nya.  Sebagaimana  memanfaatkan tanaman Anting-anting sebagai tanaman obat.
Berdasarkan  firman  Allah  tersebut,  jelas  bahwa  Allah  menciptakan  bumi yang  di  dalamnya  banyak  terdapat  tumbuhan  yang  baik,  yang  dapat  dimanfaatkan oleh  makhluk  hidup,  diantaranya  adalah  tanaman  anting-anting.  Tanaman  antinganting  ini  dapat  dimanfaatkan  sebagai  tanaman  obat,  seperti  halnya  sabda  Nabi Muhammad saw dalam HR. Ibnu Majah berikut (Farooqi, 2005: 173): "  Allah  tidak  menciptakan  suatu  penyakit  tanpa  menciptakan  pula  obat  untuknyaBarang siapa mengerti hal ini, ia mengetahuinya dan barang siapa tidak mengerti hal ini, ia tidak mengetahuinya kecuali kematian ." (HR. Ibnu Majah) Hadits  di  atas  menunjukkan  bahwa  Allah  Maha  Adil  yang  menciptakan suatu  penyakit  beserta  obatnya,  hal  itu  akan  diketahui  manusia  dengan  adanya ilmu.  Ilmu  pengetahuanlah  yang  akan  menuntun  manusia  untuk  menemukan  obat- obatan  dari  suatu  penyakit.  Jika  manusia  tidak  mengembangkan  ilmu  pengetahuan maka  tidak  akan  pernah  tahu  bahwa  Allah  telah  menciptakan  berbagai  macam tumbuhan  yang  dapat  dimanfaatkan  sebagai  obat.  Ada  berbagai  obat  yang  telah tersedia di alam dan seringkali disebut tanaman (herbal).
Tanaman  anting-anting  (Acalypha  indica  L.)  dikenal  sebagai  salah  satu tanaman  obat  yang  dapat  tumbuh  di  pinggir  jalan,  lapangan  rumput,  lereng gunung,  kebun.  Masyarakat  sering  menggunakan  tanaman  anting-anting  sebagai tanaman untuk menyembuhkan penyakit disentri basiler dan disentri amuba, diare, malnutrisi,  mimisan,  muntah  darah,  buang  air  besar  berdarah,  buang  air  berdarah, malaria  (Arisandi  dkk.,  2008).  Masyarakat  tradisional  telah  lama  menggunakan/ memanfaatkan  tanaman  anting-anting  untuk  pengobatan  penyakit  disentri,  diare, perdarahan  pada  rahim,  mimisan,  melena  (berak  darah),  hematuria  (kencing darah), radang kulit, dan enzema (Wei-Feng et al, 1994).
Obat-obatan  modern  dengan  bahan  kimia  sintetik  memiliki  dampak  yang kurang  baik  dalam  mengobati  penyakit  dibandingkan  dengan  obat-obatan  herbal yang berasal dari bahan alam, karena  memiliki efek samping yang berbahaya bagi tubuh.  Hal  ini  mendorong  dilakukan  penelitian  ilmiah  di  bidang  pengobatan herbal  yang berasal  dari  bahan  alam. Salah  satunya adalah  tanaman  anting-anting.
Selain  itu  ada  sebagian  masyarakat  yang  masih  mengenal  tanaman  anting-anting sebagai  tanaman  liar  yang  mengganggu.  Oleh  karena  itu  perlu  adanya  penelitian yang  lebih  banyak  tentang  potensi  sebagai  obat  yang  berasal  dari  tanaman  antinganting.    Penelitian  yang  telah  dilakukan  berkaitan  dengan  tanaman  anting-anting antara  lain  penelitian  Halimah  (2010)  menunjukkan  tingkat  toksisitas  ekstrak  nheksana  lebih  besar  daripada  ekstrak  etanol  dan  ekstrak  kloroform  yaitu  dengan nilai  LC50  57,0933  ppm,  73,4575  ppm  dan  149,374  ppm.  Serta  kandungan senyawa  yang  menunjukkan  adanya  potensi  bioaktivitas  dalam  ekstrak berdasarkan  uji  fitokimia  dan  uji  reagen  didukung  dengan  KLT  yaitu  adanya senyawa  golongan  flavonoid  dalam  ekstrak  etanol,  steroid  dalam  ekstrak kloroform,  dan  triterpenoid  dalam  ekstrak  etanol  dan  n-heksana.  Hasil  penelitian uji  in  vivo  ekstrak  terhadap  aktivitas  parasit  malaria    Plasmodium  berghei  dalam mencit  yang  telah  dilakukan  oleh  Hayati  (2009)  menunjukkan  bahwa  untuk ekstrak  n-heksana  menunjukkan  potensi  aktif  sebagai  antimalaria  dengan menurunkan  jumlah  parasit  plasmodium.  Bertambahnya  konsentrasi  ekstrak semakin  besar  menurunkan  parasit  plasmodium,  ekstrak  terkecil  yaitu  0, mg/mL  tidak  menunjukkan  hasil  yang  positif  dalam  menekan  jumlah  parasit plasmodium.  Untuk  ekstrak  etanol,  tidak  menunjukkan  hasil  yang  signifikan dalam menekan pertumbuhan parasit plasmodium.
Kussuryani  (2010)  mengisolasi  dan  menguji  sifat  antibakteri  senyawa kimia  akar  tanaman  anting-anting  menggunakan  pelarut  petroleum  eter  dan metanol  menunjukkan  bahwa  pada  tanaman  anting-  anting  dapat  bersifat  sebagai antibakteri.  Hasil  peneltiannya  menunjukkan  ekstrak  memiliki  konsentrasi  daya hambat  sebesar  6,25  mg/mL.  Govindarajan  (2008)  melakukan  uji  anti  bakteri tanaman  anting-  anting  menggunakan  pelarut  heksana,  kloroform,  etil  asetat  dan metanol  menunjukkan  bahwa  ekstrak  etil  asetat  berpotensi  sebagai  anti  bakteri  hasil  penelitiannya  menunjukkan  semua  ekstrak  memiliki  konsentrasi  daya hambat  minimum  pada  bakteri  gram  positif  antara  0,156-2,5  mg/mL.  Pissuthanan (2004) melakukan uji toksisitas tanaman Azedirachta indica menggunakan pelarut metanol dan dipartisi menggunakan air dan diklorometana menunjukkan nilai Lc  pada  ekstrak  kasar  sebesar  158,18  ppm.  Berdasarkan  penelitian  yang menggunakan  pelarut  etil  asetat,  diklorometana  dan  petroleum  eter  tersebut  maka diduga  pada  tanaman  anting-anting  memiliki  sifat  toksik  karena  tanaman  antinganting  berpotensi  sebagai  antibakteri  dan  penelitian  lain  pada  tanaman  yang sejenis  tanaman  anting-anting  dengan  menggunakan  pelarut  diklorometana memiliki  sifat  toksik.  Sehingga  perlu  dilakukan  penelitian  menggunakan  pelarut etil asetat, diklorometana dan petroleum eter.
Halimah  (2010)  menggunakan  variasi  pelarut  untuk  mengekstrak  senyawa aktif  pada  tanaman  anting-anting  yang  menunjukkan  adanya  perbedaan  golongan senyawa aktif dan potensi bioaktivitas yang terdapat pada  masing-masing ekstrak.

Download lengkap Versi PDF