BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Tanaman obat telah memberikan sumbangan yang
sangatpenting terhadap dunia kesehatan
baik secara individual
maupun kolektif. Tanaman
obat mengandung bahan
aktif penting terutama
dari senyawa metabolit
sekunder dengan struktur-struktur
yang unik dan bervariasi, yang dikembangkan lebih jauh dengan meninjau hubungan gugus aktif senyawa
denganreseptor penyakit dalam tubuh.
Senyawa bahan alam dalam tanaman telah menyumbang sekitar 40% dari bahan obat (Edeoga, 2005).
Secara umum
metabolit sekunder dalam
bahan alam hayati,
berdasarkan sifat dan reaksi
khasnya dengan pereaksi tertentu,
terdiri dari alkaloid, terpenoid atau
steroid, flavonoid, fenolik, saponin dan kumarin. Akan tetapi sampai saat ini, pemanfaatan
tanaman obat ini
masih belum optimal.
Pemanfaatannya hanya sebatas
pengalaman secara tradisional
dan masih belum
mendalam terhadap komponen
aktif yang terkandung
secara farmakologis. Salah satu
senyawa aktif yang
terdapat dalam tanaman
adalah saponin, senyawa ini
banyak terdapat dihampir sebagian besar tumbuhan.
Secara farmakologis
senyawa saponin bermanfaat
sebagai spermisida (obat kontrasepsi laki-laki); antimikrobia,
anti peradangan, dan aktivitas sitotoksik (Purnobasuki, 1998).
xv Samukawa, et.al.(1995) menjelaskan bahwa jenis
tanaman yang termasuk dalam famili
ginseng mengandung paling banyak senyawa triterpenoid, terutama senyawa
saponin. Saponin merupakan
senyawa aktif fitosterol
yang dapat bereaksi
dengan kolesterol yang
bersifat patogen dalam
tubuh, dan saponin merupakan faktor alami kekebalan tubuh yang
dapat memicu pertumbuhan bakteri baik dan
menyerang racun dalam
usus besar. Konsumsi saponin alami
dapat mengurangi frekuensi demam
dan flu yang disebabkan oleh virus.
Penelitian Gusdinar (2006) yang
mengisolasi saponindari buah averrhoa carrambolalinn dengan menggunakan prinsip
dehidrasi buah segar dan perkolasi dengan pelarut
etanol 95%, dilanjutkan
dengan ekstraksi dengan
n-butanol dan pengendapan
dalam eter. Hasil
isolasi berupa serbuk saponin amorf
berwarna coklat dan sangat
higroskopik.
Suatu penelitian
dilakukan untuk mengetahui
beberapa senyawa yang terkandung dalam
tumbuhan maupun hewan
yang dapat dimanfaatkan
oleh manusia itu
sendiri dalam memenuhi
kebutuhannya. Kita diperintahkan
untuk selalu berpikir
dan mencari sesuatu
yang belum kita ketahui
manfaat dan bahayanya,
baik itu benda
mati maupun makhluk
hidup seperti hewan dan tumbuhan yang
di muka bumi
ini, karena sebenarnya
Allah SWT menciptakan semuanya
supaya kita bersyukur
kepada-Nya, seperti yang
dijelaskan di dalam firman-Nya
surat Ar-Rad ayat 4: ”Dan di
bumi ini terdapat
bagian-bagian yang berdampingan,
dan kebun-kebun anggur,
tanaman-tanaman dan pohon
korma yang bercabang dan yang
tidak bercabang, disirami denganair yang sama.
Kami melebihkan
sebahagian tanam-tanaman itu
atas sebahagian yang
lain tentang rasanya.
Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
kaum yang berfikir”.
Salah satu
tanaman yang dikenal
cukup baik oleh
masyarakat Indonesia adalah
belimbing wuluh. Sejauh
ini belimbing wuluh
(averrhoa bilimbi linn) sering dimanfaatkan
sebagai bahan campuran
untuk makanan tradisional
karena buahnya yang asam.
Bunganya memiliki berbagai macamkasiat obat yang sangat membantu, seperti obat batuk, pegal linu,
rematik, sariawan, jerawat, darah tinggi, sakit gigi dan lain-lain (Salsa, 2003).
Salah satu
bagian dari tanaman
yang belum dimanfaatkan
secara farmakologi sebagai
bahan obat adalah
batang belimbing wuluh,
yang diduga mengandung berbagai metabolit sekunder salah
satunya adalah senyawa saponin yang mempunyai
potensi sebagai antibakteri.
Belum ada bukti
ilmiah apakah senyawa
saponin pada batang
belimbing wuluh dapat
digunakan sebagai antibakteri.
Berdasarkan latar belakang di
atas, perlu dilakukansuatu penelitian untuk mendapatkan
dasar teoritis dan
bukti-bukti ilmiah tentang
pemanfaatan batang belimbing
wuluh sebagai obat
antimikroba dengan cara
menguji efektivitas xvii senyawa saponin
hasil ekstrak batang
belimbing wuluh terhadap
bakteri escherichia coli dan
staphylococcus aureus.
Metode yang digunakan
untuk mengisolasi senyawa saponin
dalam penelitian ini didasarkan pada metode hasil modifikasi
Song, et.al. (2001) yaitu
dengan menggunakan metode
maserasi menggunakan metanol 80
%, kemudian diidentifikasi menggunakan FTIR.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas
maka rumusan masalah yang dapat diambil
adalah : 1. Berapa kadar ekstrak kasar saponin hasil
isolasi dalam batang belimbing wuluh? 2.
Bagaimana spektra FTIR
ekstrak kasar saponin
hasil isolasi dari
batang belimbing wuluh? 3.
Apakah ekstrak kasar
saponin hasil isolasi
dari batang belimbing
wuluh memiliki kemampuan sebagai
antimikroba? 4. Berapa
konsentrasi minimum ekstrak
kasar saponin hasil
isolasi dalam menghambat pertumbuhan bakteri s. aureusdan e.
coli? 1.3. Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui berapa kadar ekstrak kasar saponinhasil isolasi dalam batang belimbing wuluh.
2. Untuk
mengetahui spektra FTIR
ekstrak kasar saponin hasil
isolasi dari batang belimbing wuluh.
xviii 3.
Untuk mengetahui apakah ekstrak
kasar saponin hasilisolasi dari batang belimbing
wuluh memiliki kemampuan sebagai antimikroba.
4. Untuk
mengetahui berapa konsentrasi
minimum ekstrak kasar saponin hasil isolasi dalam menghambat pertumbuhan
bakteris. aureusdan e. coli.
1.4. Batasan Masalah Adapun batasan masalah pada penelitian ini
adalah: Tanaman yang digunakan adalah
batang belimbing wuluh dengan diameter 1–3,5
cm yang berwarna coklat dari daerah Tlogo Indah-Dinoyo-Malang.
1.5. Manfaat Penelitian Hasil
dari penelitian ini
diharapkan dapat memberi
informasi tentang manfaat dari salah satu senyawa yang
terkandung dalam batang belimbing wuluh khususnya senyawa
saponin yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat
alternatif menyembuhkan diare
yang efektif dan efisien serta aman dan cukup murah tetapi tetap berorentasi pada standar pelayanan
kesehatan yang sudah ada.
xix BAB II TINJAUAN
PUSTAKA 2.1. Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi L.) Tanaman belimbing
wuluh yang diperkirakan
berasal dari kepulauan Maluku, dan dikembangbiakkan serta tumbuh bebas
di beberapa negara seperti di Indonesia, Filipina,
Sri Lanka dan Myanmar.
Buahnya memiliki rasa
asam dan sering digunakan sebagai bumbumasakan
(Anonymous , 2005).
Belimbing wuluh mempunyai batang
kasar berbenjol-benjol, percabangan sedikit,
arahnya condong ke atas. Cabang muda
berambut halus seperti beludru, warnanya
coklat muda. Daun berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang
anak daun. Anak
daun bertangkai pendek,
bentuknya bulat telur
sampai jorong, ujung runcing,
pangkal membundar, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm,
warnanya hijau, permukaan
bawah hijau muda.
Perbungaan berupa malai, berkelompok, keluar dari bunga atau percabangan yang besar, bunga kecil-kecil berbentuk bintang
warnanya ungu kemerahan.
Buahnya berbentuknya bulat lonjong
bersegi, panjang sekitar 4-6,5 cm, warnanyahijau kekuningan, bila masak berair
banyak, rasanya asam.
Biji bentuknya bulat
telur, gepeng. (Dalimartha, S., dkk, 2005).
Download lengkap Versi PDF