Skripsi Kimia:ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KITIN, KITOSAN DARI CANGKANG HEWAN MIMI (Horseshoe Crab) MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI INFRA MERAH

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang  Wilayah  Indonesia  sebagian  besar  terdiri  dari  lautan  yang  kaya  akan  biota laut. Hewan mimi merupakan salah satu biota laut yang bernilai ekonomis rendah.
Hewan  mimi  tidak  dikonsumsi  oleh  masyarakat  karena  beracun.  Seperti  yang diberitakan  “Satu Keluarga  Keracunan  Hewan Mimi”. Bapak  dan  anak  meninggal dunia (Anonimous, 2003). Cangkang dari hewan mimi  ini  mengandung kitin yang apabila dirubah menjadi kitosan memberikan banyak manfaat, diantaranya sebagai benang  jahit  untuk  operasi,  membran  untuk  film,  kosmetik,  pasta  gigi  dan  lainlain  (Henny,  2004).  Jumlah  hewan  mimi  yang  dapat  diperoleh  dari  perairan  laut yang  terletak  di  desa  Patengteng  Kecamatan  Modung  Kabupaten  Bangkalan, sekitar ± 2.000 ekor tiap musimnya.
Hewan mimi tidak layak dikonsumsi karena beracun. Al-Qur’an surat Al-Maaidah ayat 96 menjelaskan bahwa, makanan yang berasal dari laut itu semuanya halal “ Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.

Ayat diatas menjelaskan bahwa semua makanan yang berasal dari laut itu halal untuk dikonsumsi, akan tetapi selain halal, makanan yang layak dikonsumsi juga harus baik dalam artian tidak membahayakan orang yang mengkonsumsinya. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 168 :” Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.
Hewan mimi merupakan makanan laut yang halal namun tidak baik sehingga tidak layak dikonsumsi, tapi hal ini bukan berarti bahwa hewan mimi tidak mempunyai manfaat, karena semua ciptaan Allah itu memiliki tujuan dan manfaat tertentu sebagaimana yang tertulis dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 191 : “(yaitu)  orang-orang  yang  mengingat  Allah  sambil  berdiri  atau duduk  atau  dalam  keadan  berbaring  dan  mereka  memikirkan  tentang  penciptaan langit  dan  bumi  (seraya  berkata):  "Ya  Tuhan  Kami,  Tiadalah  Engkau menciptakan  ini  dengan  sia-sia,  Maha  suci  Engkau,  Maka  peliharalah  Kami  dari siksa neraka”.
Tidak  sia-sia  disini  dapat  diartikan  mempunyai  manfaat,  dengan  demikian hewan  mimi  meskipun  tidak  layak  dikonsumsi  namun  mempunyai  manfaat  salah satunya dalam bidang industri dengan cara mengolah cangkangnya menjadi kitin.
Kitin  berasal  dari  bahasa  Yunani  yang  artinya  “jubah”  atau  “amplop”, sedangkan  kitosan  adalah  kitin  yang  mengalami  deasetilasi  (kehilangan  gugus  asetil).  Kitosan  dan  kitin  termasuk  golongan  polisakarida.  Adanya  gugus  amina pada  kitosan  menjadikan  kitosan  bermuatan  parsial  positif  kuat,  yang menyebabkan  kitosan  dapat  menarik  molekul-molekul  yang  bermuatan  parsial negatif  seperti  minyak,  lemak  dan  protein.  Sifat  inilah  yang  kemudian  membuat kitosan  memiliki  manfaat  yang  banyak  (Yuly,  2006).  Kitin  dapat  diperoleh  dari hewan  yang  memiliki  kaki  banyak pada  bagian  perut,  seperti  udang,  kepiting,  dan serangga. Biasanya dari 1 Kg udang, akan diperoleh sebanyak 200-250 gram kitin.
Kitin  larut  dalam  asam-asam  mineral  yang  pekat  seperti  HCl,  HNO3  dan  H2SO4, sedangkan  kitosan  dapat  diperoleh  dengan  mengkonversi  kitin.  Menurut Marganof  (1997),  kandungan  kitin  pada  kulit  udang  mencapai  42%-57%, sedangkan  pada  cangkang  kepiting  mencapai  50%-60%,  jika  ingin  mendapatkan kitosan, kitin yang diperoleh direaksikan dengan NaOH.
Kitosan  juga  dapat  digunakan  sebagai  bahan  pengawet  makanan.
Departemen  Teknologi  Hasil  Perairan  Institut  Pertanian  Bogor  (IPB)  telah melakukan  penelitian  menggunakan  kitosan  sebagai  bahan  pengawet  makanan.
Kitosan  diusulkan  sebagai  pengganti  formalin.  Kitosan  juga  memiliki  sifat  dapat menyerap logam berat karena kitosan memiliki gugus amina dan gugus fungsional yang  menjadikan  kitosan  bersifat  polikationik.  Kitosan  memiliki  gugus  amina yang membuat kitosan mampu  mengikat logam berat seperti kromium (Cr) (Yuly, 2006).
Pada tahun 1997, Marganof telah melakukan isolasi kitin dari cangkang rajungan menggunakan HCl 2M sebagai reagen demineralisasi dan NaOH 1M sebagai reagen deproteinasi. Pada tahun 2005, Amaria dan Sari juga  melakukan isolasi kitin dari cangkang udang menggunakan larutan HCl 1M dan NaOH 3,5%. Perbedaan fisik antara cangkang hewan mimi, cangkang rajungan dan cangkang udang, jika dilihat dari segi kekerasan cangkangnya, maka cangkang rajungan lebih keras dari pada cangkang udang, sedangkang cangkang hewan mimi lebih keras dari pada cangkang rajungan. Mengisolasi kitin dengan cara memvariasikan konsentrasi reagennya akan memberikan informasi tentang konsentrasi optimum dari penggunaan reagen tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas maka pada penelitian ini akan diteliti tentang metode isolasi kitin dari cangkang hewan mimi yang sesuai dan akan dilakukan identifikasi karakteristik kitosan hasil konversi kitin hewan mimi.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan  latar  belakang  yang  telah  dijelaskan  diatas,  perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :  1.  Berapakah  konsentrasi  optimum  NaOH  proses  deproteinasi  untuk  mengisolasi kitin? 2.  Berapakah  konsentrasi  optimum  HCl  proses  demineralisasi  untuk  mengisolasi kitin? 3.  Bagaimanakah  perbedaan  karakteristik  gugus  fungsional  pada  cangkang hewan mimi, kitin dan kitosannya? 4.  Berapakah  derajat  deasetilasi  (DA)  kitosan  hasil  konversi  kitin  cangkang hewan mimi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1.  Konsentrasi optimum NaOH proses deproteinasi untuk mengisolasi kitin.
2.  Konsentrasi optimum HCl proses demineralisasi untuk mengisolasi kitin.
3.  Perbedaan  karakteristik  gugus  fungsional  pada  cangkang  hewan  mimi,  kitin dan kitosannya.
4.  Derajat deasetilasi (DA) kitosan hasil konversi kitin cangkang hewan mimi 1.4 Batasan Masalah Batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :  1.  Hewan  mimi  yang  diteliti  diperoleh  dari  perairan  laut  yang  terletak  di  desa Patengteng Kecamatan Modung Kabupaten Bangkalan.
2.  Hewan mimi yang diteliti memiliki berat 1kg/ekornya.

1.5 Manfaat Penelitian Adapun  manfaat  dari  penelitian  ini  adalah  dapat  memberi  informasi tentang metode isolasi kitin dari cangkang hewan mimi yang sesuai.

Download lengkap Versi PDF