Skripsi Kimia:UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK KASAR SENYAWA ANTIBAKTERI PADA BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) DENGAN VARIASI PELARUT

BAB I  PENDAHULUAN  
1.1  Latar Belakang  Indonesia  sangat  kaya  dengan  berbagai  spesies  flora.  Dari  40  ribu  jenis  flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia (Syukur dan  Hernani,  2002).  Kekayaan  tersebut  merupakan  suatu  anugerah  besar  yang  diberikan  Allah  kepada manusia.  Islam  mengajarkan  bahwa  alam  beserta  isinya  seperti  hewan  dan  tumbuh-tumbuhan  diciptakan  untuk  manusia.  Manusia  diberikan  kesempatan  yang  luas  untuk  mengambil  manfaat  dari  alam  semesta,  salah satunya dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai obat. Allah berfirman"Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau  (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan  air hujan itu tanaman yang daripadanya makan hewan ternak mereka dan mereka  sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?". (Q.S. Al-Sajadah: 27).
Ayat di atas menjelaskan bahwa berbagai tumbuhan diciptakan oleh Allah  untuk kepentingan manusia. Manusia tidak dibenarkanhanya menikmati apa yang  diciptakan oleh Allah tanpa mau berfikir dan berusaha untuk meningkatkan nilai  tambah  ciptaan-Nya  serta  mengembangkannya  menjadi  suatu  ilmu  pengetahuan  (Anonymous,  c ).

Kegiatan budidaya flora telah mencapai 26% dari total flora yang tumbuh  di  Indonesia.  Jenis  flora  yang  sudah  dibudidayakan  ±  940  jenis.  Flora  tersebut  digunakan sebagai tanaman obat tradisional (Syukur  dan Hernani, 2002). Harian  Umum  KOMPAS,  edisi  senin,  10  Oktober  1988  dalam  Thomas  (2007)  menyebutkan  bahwa  di  Indonesia  terdapat  kurang  lebih  100.000  pengobatan  tradisional  yang  tersebar  pada  lebih  dari  65.000  desa.  Pengobatan  tradisional  adalah  pengobatan  yang  menggunakan  obat-obatan  atau ramuan  dari alam  yang  pembuatannya  tidak  melibatkan  bahan  kimia  sintesis. Pengobatan  ini  biasa  dilakukan oleh dukun, sinshe, tabib dan sebagainya.
Pada  zaman  Rasulullah  telah  dikenal  pengobatan  dengan  memanfaatkan  tanaman,  antara  lain  adalah  habbatussauda  (jintan  hitam)  dan  minyak  zaitun  (Kustoro,  2007).  Pemanfaatan  tanaman  untuk  pengobatan  tradisional  tersebut  sampai  sekarang  terus  berkembang  dan  berlangsung  dalam  masyarakat.  Jenis  tanaman yang dipakai sebagai obat tradisional sangat banyak macamnya, namun  pemanfaatannya  masih  terbatas  berdasarkan  pengalaman  turun-temurun  dari  nenek moyang.
Penelitian  mengenai  daya  antimikroba  dari  ekstrak  tanaman  terhadap  pertumbuhan bakteri telah banyak dilakukan. Ardiansyah (2005) menguji aktivitas  antibakteri  ekstrak  daun  beluntas  terhadap  bakteri  Escherichia  coli,  Salmonella  typhi,  Staphylococcus  aureus,  Bacillus  cereus  dan Pseudomonas  fluorescens.
Selain  itu,  Ajizah  (2004)  juga  telah  menguji  efektivitas  daun  jambu  biji  dalam  menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhimuriumpenyebab diare. Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  senyawa  aktif  dalam  jambu  biji  yang  dapat  bersifat  sebagai  antibakteri  adalah  minyak  atsiri,  tanin,  alkaloid,  flavonoid,  senyawa avicularin dan guajaverin.
Penelitian lain menguji aktivitas antimikroba dari  daun sirih tanah (Piper  sarmentosum Roxb. Ex Hunter) terhadap jamur Candida albicans, bakteri E. coli,  Basillus subtilis  danPseudomonas aeruginosa.  Senyawa aktif dalam sirih tanah  yang mampu menghambat pertumbuhan jamur dan bakteritersebut adalah asam  3,5-dimetoksi-2-hidroksi-etilsinamat.  Senyawa  aktif ini  memiliki  aktivitas  terbesar  dalam  menghambat  pertumbuhan  jamur  Candida  albicans. Penerapan  hasil penelitian ini terbukti pada kebiasaan masyarakat yang memanfaatkan daun  sirih  tanah  untuk  mengobati  penyakit  yang  disebabkan  oleh  jamur  Candida  albicans khususnya di daerah vagina dan telapak kaki (Shinta, 2002).
Indonesia  memiliki  berbagai  spesies  tanaman  yang  sebenarnya  dapat  memberikan banyak manfaat, namun belum dibudidayakan secara khusus. Salah  satunya adalah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi). Selain belum dibudidayakan  secara  khusus,  tanaman  ini  juga  sangat  mudah  didapatkan  bahkan hampir  tidak  memerlukan biaya sama sekali.
Masyarakat Aceh memanfaatkan air belimbing wuluh yang diperoleh dari  proses  pembuatan  asam  sunti  untuk  mengawetkan  ikan  dan  daging.  Setelah  dilakukan percobaan dan pengamatan, akhirnya disimpulkan bahwa air belimbing  wuluh dapat dimanfaatkan sebagai alternatif untuk mengawetkan ikan dan daging  (Irwan,  1999).  Kesimpulan  ini  menunjukkan  bahwa  buah  belimbing  wuluh  (Averrhoa bilimbiL.) memiliki potensi sebagai antibakteri.
Selama  ini,  belum  diketahui  senyawa  kimia  aktif dalam buah belimbing  wuluh yang berpotensi sebagai antibakteri. Zakaria et al.  (2007) telah melakukan  penelitian  mengenai  aktivitas  antibakteri  dari  daun dan  buah  belimbing  wuluh  terhadap beberapa bakteri gram positif dan negatif.Pada penelitian tersebut belum  dilakukan identifikasi senyawa aktif antibakteri pada buah belimbing wuluh.
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukansuatu penelitian untuk  mendapatkan  dasar  teoritis  dan  bukti-bukti  ilmiah  tentang  penggunaan  dan  golongan  senyawa  aktif  dalam  buah  belimbing  wuluh  sebagai  senyawa  antibakteri.  Pada  penelitian  ini  akan  dilakukan  uji efektifitas  senyawa  aktif  antibakteri  pada  buah  belimbing  wuluh  (Averrhoa  bilimbi  L.)  dengan  variasi  pelarut dan uji golongan senyawa aktifnya.
1.2  Rumusan Masalah  Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1.  Apa  pelarut  terbaik  untuk  memperoleh  ekstrak  kasar  senyawa  antibakteri  pada buah belimbing wuluh ? 2.  Apa golongan senyawa aktif dari ekstrak terbaik buah belimbing wuluh yang  berpotensi sebagai antibakteri ? 3.  Bagaimana  efektifitas  ekstrak  kasar  buah  belimbing  wuluh  sebagai  antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan E. coli? 1.3  Tujuan  Tujuan penelitian ini adalah:  1.  Mengetahui  pelarut  terbaik  untuk  memperoleh  ekstrak kasar  senyawa  antibakteri pada buah belimbing wuluh.
2.  Mengetahui  golongan  senyawa  aktif  dari  ekstrak  terbaik  buah  belimbing  wuluh yang berpotensi sebagai antibakteri.
3.  Mengetahui  efektifitas  ekstrak  kasar  buah  belimbing wuluh  sebagai  antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan E. coli.
1.4  Batasan Masalah  Batasan penelitian ini adalah:  1.  Sampel yang digunakan adalah buah belimbing wuluh varietas hijau (panjang  ± 5 cm) kering yang diperoleh dari desa Gandekan, Kecamatan Wonodadi,  Kabupaten Blitar.
2.  Uji  antibakteri  dilakukan  secara  in  vitro terhadap  bakteri  Staphylococcus  aureus dan Escherichia coli.
1.5  Manfaat  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada  masyarakat mengenai pemanfaatan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbiL.)  dalam  rangka  pemberdayaan/usaha  pembuatan  obat-obatan  tradisional  untuk  mengobati berbagai penyakit, khususnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA  2.1 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)  Belimbing wuluh merupakan salah satu spesies dalam keluarga belimbing  (Averrhoa).  Diperkirakan  tanaman  ini  berasal  dari  daerah  Amerika  tropik.

Tanaman  ini  tumbuh  baik  di  negara  asalnya  sedangkan di  Indonesia  banyak  dipelihara  di  pekarangan  dan  kadang-kadang  tumbuh  secara  liar  di  ladang  atau  tepi hutan (Thomas, 2007).

Download lengkap Versi PDF