BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Ketersediaan bahan
bakar minyak yang berasal dari minyak bumi semakin hari
semakin menipis, sedangkan
kebutuhan akan bahan
bakar terus meningkat.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pada pidatonya tanggal 27 September 2005 mengatakan bahwa, cadangan energi di Indonesia
sudah amat terbatas. Cadangan minyak hanya
cukup 18 tahun
saja, cadangan gas
cukup untuk 60
tahun, dan cadangan batu bara hanya tersedia untuk 150
tahun (Budy, 2008).
Hal ini
menyebabkan harga bahan
bakar minyak semakin
meningkat, sehingga perlu
dilakukan upaya penghematan dan upaya pengalihan bahan bakar dari
bahan yang berasal
dari minyak bumi
menjadi sumber energi
yang dapat diperbaharui (Tim Departemen Teknologi
Pertanian Fak. Pertanian USU, 2006).
Ketika terdapat
keterbatasan terhadap sumber
daya yang ada
di bumi, sesungguhnya
masih terdapat sumber
daya komplementer lain
yang mungkin belum
kita sadari. Allah
SWT telah menciptakan
segala sesuatu keperluan
di muka bumi ini untuk manusia,
sebagaimana firman-Nyadalam Al Qur’an Surat Al-Hijr (15) ayat 20 “Dan Kami telah
menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk
yangkamu sekali-kali bukan pemberi rezki
kepadanya.” Di dalam
Al Qur’an terdapat
juga ayat yang
berkaitan dengan energi
dan pemanfaatannya, sebagaimana
firman Allah dalam surat Yasiin ayat 80 “Yaitu,
Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayuyang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.” Pada
ayat di atas
disebutkan kayu yang
hijau sebagai sumber
energi yang bermanfaat
bagi manusia baik
sebagai sumber panas
untuk berdiang, sumber cahaya maupun digunakan untuk memasak.
Krisis energi
yang terjadi akhir-akhir
ini mendorong pemerintah menggalakkan sumber energi terbarukan dari
komoditas perkebunan, atau dikenal dengan bahan
bakar nabati (BBN).
Beberapa komoditas
perkebunan yang potensial
sebagai sumber BBN/Biofuel
adalah kelapa sawit,
kelapa, jarak pagar dan
jarak kepyar (Muhammad dkk., 2008).
Kelapa sawit,
kelapa, jarak pagar
dan jarak kepyar
merupakan sumber energi biomassa yang memiliki beberapa
kelebihan dibanding dengan energi fosil.
Selain sifatnya
dapat diperbaharui secara
terus menerus, juga lebih
ramah terhadap lingkungan.
Emisi yang dikeluarkan
lebih rendah, terutama
gas karbondioksida sehingga
mampu mengurangi efek
rumah kaca yang menyebabkan
pemanasan global. Keunggulan
lain membudidayakan dan memanfaatkan
biomassa menjadi sumber energi atau biasa disebut dengan energi hijau ini ialah proses pembuatannya yang lebih sederhana dengan nilai investasi yang lebih murah (Muhammad dkk., 2008).
Penelitian terkait penggunaan biomassa sebagai
sumber energi telah lama digalakkan dan
terus menerus dilaksanakan terutama pada
minyak jarak, minyak kelapa sawit,
dan minyak goreng
bekas pakai. Penelitian
yang dilakukan pada ketiga alternatif
bahan bakar minyak
nabati ini ada yang
mengkhususkan pada masing-masing
minyak nabati tersebut
dan ada pula
yang mengamati keefektifannya
sebagai bahan bakar
dengan mengkolaborasikan dalam
bentuk campuran dengan komposisi
tertentu.
Balai Besar Litbang Pascapanen
Pertanian dalam Sinar Tani Edisi 6 (2007) telah melakukan penelitian untuk mengetahui
seberapa jauh kemampuan minyak jarak
sebagai pengganti minyak tanah dengan mengaplikasikan minyak jarak pada lampu
sumbu. Hasil pengujian
minyak jarak pagar
dengan campuran minyak tanah menunjukkan bahwa penggunakaan minyak
jarak 100% tidak menghasilkan karakteristik
pembakaran yang baik. Pencampuran dengan minyak tanah dengan nisbah
minyak tanah 25%
sampai 50% dapat
meningkatkan karakteristik pembakarannya.
Pencampuran dengan nisbah
minyak tanah 37,5%
sampai 50% menghasilkan
karakteristik pembakaran yang
cukup baik dengan
waktu mendidihkan air
antara 5,24-5,30 menit,
lebih lama dibandingkan
minyak tanah 100%
yang memerlukan waktu
2,58-3,20 menit. Lama
nyala api kompor
tekan pada volume
bahan bakar dalam
kompor 800 mL
berkisar 61-63 menit
untuk campuran minyak
tanah dari 25
sampai 50% dengan
jumlah minyak terpakai antara 333-350 mL; sedangkan lama nyala api
minyak jarak pagar 100% hanya 2 menit
untuk volume minyak
terpakai 100 mL.
Pemakaian 100% minyak
tanah membutuhkan waktu 65 menit
dan volume minyak yang terpakai 310 mL.
Darmanto
dkk. (2006) telah
menganalisa minyak kelapa
sebagai bahan bakar alternatif minyak diesel dengan cara
mencampurkannya dengan solar dalam komposisi
tertentu. Campuran bahan bakar B15 (85% solar dan 15% coconut oil) memiliki keunggulan yakni titik nyalanya (98) yang lebih rendah dan nilai
kalor (19551) yang
lebih besar dibanding
campuran bahan bakar
lainnya, lebih lanjut disimpulkan bahwa bahan bakar biodisel minyak
kelapa mempunyai potensi besar untuk diaplikasikan
sebagai bahan bakar
pengganti minyak diesel/solar.
Titik nyala dari
biodisel kelapa lebih
rendah daripada solar
sedangkan nilai kalornya setara dengan solar.
Penelitian tersebut
membuktikan bahwa sumber
biomassa memiliki potensi
yang baik sebagai
alternatif bahan bakar
minyak. Bahan bakar
minyak memiliki sifat-sifat
yang mempengaruhi kualitasnya
dalam pengaplikasiannya.
Sifat-sifat dari
bentuk bahan bakar
minyak meliputi densitas, specific
gravity, viskositas, titik nyala,
titik tuang, panas jenis, nilai kalor,
kadar sulfur, kadar abu, kadar air serta
nilai residu karbonnya (Anonim, 2006).
Sifat-sifat fisik dari bahan
bakar minyak nabati memiliki hubungan antara satu
dengan yang lainnya.
Suatu sifat fisik
dapat digunakan untuk
memprediksi sifat fisik lainnya
dari suatu bahan bakar minyak nabati. Demirbas (2006) dalam penelitiannya memprediksi nilai kalor
tertinggi (Highest Heating Value) biodiesel dari
sifat fisikanya. HHV
minyak nabati dan
biodiesel diukur dan
dihubungkan menggunakan analisis
regresi square linear.
Persamaan dikembangkan untuk menghitung HHV
minyak nabati dan
biodiesel dari nilai
viskositas (VS) dan densitasnya (DN).
Persamaan yang didapatkan
adalah HHV =
0,0467 VS + 38,052
untuk
minyak nabati dan
HHV = 0,6154
VS + 38,998
untuk biodisel, dengan
nilai koefisien regresi
(r) berturut-turut adalah
0,9858 dan 0,9809.
Korelasi ini
dapat juga digunakan
untuk memperkirakan HHV
biodisel yang didapatkan dari campuran minyak nabatinya.
Pada penelitian
Demirbas (2007) telah
dikaji hubungan sifat-sifat
fisika minyak nabati dan biodisel
yaitu HHV dengan viskositas, densitas dan titik nyala (flash
point). Nilai kalor
tertinggi (HHV) minyak
nabati dan biodiselnya
diukur dan dihubungkan
menggunakan analisis regresi squarelinear (linear least square regression
analysis). Hasil penelitian
menunjukkan adanya hubungan
antara viskositas dan HHV untuk
sampel minyak nabati dan biodisel. Hubungan tersebut adalah
dengan bertambahnya densitas
dari 848 ke 885
g/L untuk biodisel
maka diikuti dengan
peningkatan viskositas dari
2,8 ke 5,1
cSt dan peningkatan
ini berlangsung reguler
bertambah. Terdapat hubungan
antara nilai densitas
dan viskositas minyak
nabati metil ester,
sedangkan hubungan antara
viskositas dan titik nyala dari minyak nabati metil ester
cenderung tetap.
Bertitik tolak dari alasan
tersebut di atas, maka dalam penelitian ini akan dikaji
hubungan pencampuran bahan
bakar nabati terhadap
sifat-sifat fisik (densitas, indek bias dan viskositas),
sifat-sifat kimia (bilangan asam dan bilangan iod)
dan nilai kalornya.
Pada penelitian ini
dilakukan penentuan nilai
kalor berbagai komposisi
campuran bahan bakar
minyak nabati, yaitu
minyak jarak pagar, minyak kelapa sawit dan minyak goreng
bekas pakai.
Download lengkap Versi PDF