BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan
salah satu Negara
bahari terbesar di
dunia.
Karakteristik geografis
Indonesia struktur dan
tipologi ekosistemnya yang didominasi oleh
lautan telah menjadikan
Indonesia sebagai pemilik keanekaragaman
hayati terbesar dunia.
Sumber daya kelautan
merupakan kekayaan alam yang
memiliki peluang besar untuk dimanfaatkan.
Dalam surat an-Nahl ayat 14 Allah berfirman : ”Dan Dia-lah,
Allah yang menundukkan
lautan (untukmu), agar
kamu dapat memakan
daripadanya daging yang
segar (ikan), dan
kamu mengeluarkan dari lautan itu
perhiasan yang kamu
pakai; dan kamu
melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan)
dari karunia-Nya, dan supaya kamu
bersyukur.” (QS.16:14)”.
Makna dari
firman Allah SWT
sakhkhara al-bahra menerangkan
bahwa Laut juga ditundukkan
sebagai sumber daya alam yang tak ternilai harganya. Laut adalah lambang dari kesuburan sekaligus
kemakmuran. Di laut terdapat beraneka ragam potensi
sumberdaya alam yang
dapat diperbaharui ( renewable
resources) seperti ikan,
udang, kepiting, rumput
laut dan lain
sebagainya serta potensi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
(unrenewable resources) seperti gas dan
minyak bumi, mineral
dan aneka bahan
tambang serta energi
ramah lingkungan. Seperti
firman Allah dalam Al Qur‟an dalam surat Al anbiyaa ayat 30 : ” Dan apakah
orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu
adalah suatu yang
padu, Kemudian kami
pisahkan antara keduanya.
dan dari air
kami jadikan segala
sesuatu yang hidup.
Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?” (QS. 21: 30).
Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan
bumi dan silih
bergantinya siang dan
malam terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang
berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadaan berbaring
dan mereka banyak berfikir tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata,
“Wahai Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa api neraka”.
Alam semesta
merupakan ciptaan Allah
yang sungguh hebat.
Allah menjelaskan tentang
alam ini yang
tertuang dalam Al-Qur‟an.
Apabila memikirkan tentang
kehebatan alam ini,
maka akan tampak
jelaslah pada kita akan
kehebatan penciptanya yaitu Allah SWT (Portal,K., 2009).
Salah satu sumber daya alam laut
yang dapat dimanfaatkan adalah rumput laut.
Rumput laut adalah nama umum dalam dunia perdagangan yang digunakan untuk menyebutkan kelompok alga laut yang
hidup di laut. Alga merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber
pendapatan bagi masyarakat pesisir. Selain dapat
digunakan sebagai bahan
makanan, minuman dan
obat -obatan, beberapa hasil
olahan alga seperti
agar-agar, alginat dan
karagenan merupakan senyawa yang cukup penting dalam industri (Istini,
1998 dalam Hijaz, 2009).
Pemanfaatan alga masih perlu
dikembangkan lagi agar memberikan nilai tambah,
baik secara ekonomi maupun lingkungan. Seiring dengan perkembangan teknologi,
alga telah ditingkatkan
pemanfaatannya sehingga memberikan
nilai yang lebih tinggi. Salah
satu pemanfaatannya adalah sebagai etanol (Banati dkk, 2009).
Etanol merupakan
senyawa alkohol yang
mempunyai rumus kimia C2H
OH merupakan zat
cair jernih tak
berwarna, berbau khas,
mudah terbakar, dan mudah bercampur dengan air (Mulyono, 2006
dalam Kultsum, 2009).
Bahan baku
untuk produksi bioetanol
cukup melimpah, bisa
didapatkan dari berbagai tanaman
yang mengandung karbohidrat, baik tanaman tingkat tinggi seperti
tebu (sugarcane), jagung
(corn), singkong (cassava)
dan gandum (grain sorghum) atau tanaman tingkat rendah seperti
alga (Anonymous,2 Etanol yang dibuat
dari karbohidrat yang
mengandung pati dapat diproduksi dengan
teknologi biokimia melalui
proses sakarifikasi, dimana
pada tahap ini tepung atau pati
diubah menjadi gula sederhana (glukosa dan sebagian fruktosa),
dan dilanjutkan dengan
fermentasi alkohol yang
mengubah glukosa menjadi
etanol. Etanol yang
diproduksi dipisahkan dari
campuran air melalui proses destilasi (Wirahadikusuma, 1985).
Rumput laut (alga) merupakan
jenis biota laut yang mengandung berbagai metabolit
sekunder yang mempunyai
prospek komersial tinggi
karena dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat, kosmetik
(pembuatan salep, cream, sabun atau lotion), produk
makanan (bahan pencampur
puding, roti atau
kembang gula) ataupun
untuk bahan baku
industri. Alga merah
bernilai ekonomis baik
untuk konsumsi domestik
maupun ekspor seperti
industri, makanan, kosmetik,
cat, farmasi, tekstil ataupun
pakan ternak. Secara kimia, alga
mengandung karbohidrat 13,38 %,
khususnya karagenan 65,75 %. Karagenan
merupakan penyusun utama dinding sel
tanaman alga merah.
Struktur dasar karagenan
adalah ester sulfat kalium,
natrium, kalsium, magnesium,
atau amonium dari
polimer D-galaktosa yang terikat secara α-1,3 dan β-1,4
(Anggadiredja, dkk, 2006).
Alga merah
merupakan penghuni laut
yang cukup eksklusif
dalam kedudukannya sebagai bahan
pangan dan nonpangan. Alga merah hidup di daerah tropis. Alga merah jenis Eucheuma spinosum sudah dibudidayakan di Indonesia.
Pembudidayaan dilakukan di
tempat-tempat yang kondisi arusnya relatif tenang, sehingga produktivitasnya dapat ditingkatkan
(Anonymous, 2 d ).
Aplikasi bioteknlogi
mutakhir untuk pemanfaatan
sumber alga tidak terbatas, seperti
digunakan sebagai bahan
baku bioetanol. Pemanfaatan
alga sebagai bahan
baku bioetanol disebabkan
karena adanya kandungan
karboh idrat pada alga,
sehingga diduga berpotensi
sebagai bahan baku
alternatif bioetanol (Banati dkk, 2009).
Keterangan tersebut
diatas diperkuat denga
uji pendahuluan yang dilakukan
peneliti mengenai pembuatan bioetanol dari alga merah jenis Eucheuma spinosum
dengan sakarifikasi dan tanpa sakarifikasi pada variasi lama fermentasi yang dilakukan dilaboratorium kimia UIN
malang, hasilnya menunjukkan bahwa adanya
ciri-ciri etanol pada alga merah jenis
Eucheuma spinosum yaitu meliputi bau,
warna, dan titik
didih. Hal ini
terbukti bahwa hasil
fermentasi alga merah jenis
Eucheuma spinosum memiliki kandungan etanol.
Banati dkk (2009) melakukan
penelitian menggunakan rumput laut (alga) hijau
jenis Ulva fasciata
sebagai bahan baku
pembuat bioetanol, pada
proses fermentasi ditambahkan
ragi roti fermipan
dan enzim α-Amylase
dari hasil penelitian
tersebut menghasilkan etanol
7,76 %. Umah
dkk (2009) melakukan penelitian menggunakan nira tebu sebagai
etanol, dengan menggunakan ragi roti dan Saccharomyces
cerevisiae dari hasil
penelitian tersebut kadar
etanol yang dihasilkan
melalui proses fermentasi
dengan menggunakan ragi
roti lebih tinggi dari pada kadar etanol dengan menggunakan
Saccharomyces cerevisiae.
Dari uraian
diatas maka peneliti
berinisiatif untuk melakukan
penelitian mengenai “Pembuatan
Etanol Dari Alga Merah Jenis Eucheuma spinosum Dengan Sakarifikasi
Dan Tanpa Sakarifikasai
Pada Variasi Lama
Fermentasi ”, karena rumput laut (alga) jenis ini banyak
dibudidayakan di perairan Indonesia.
1.2 Rumusan masalah Dari latar
belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Berapakah lama
fermentasi alga merah
Eucheuma spinosum yang
terbaik untuk menghasilkan kadar
etanol yang tinggi tanpa sakarifikasi? b. Berapakah
lama fermentasi alga
merah Eucheuma spinosum
yang terbaik untuk menghasilkan kadar etanol yang tinggi
dengan sakarifikasi? 1.3 Tujuan
Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain : a. Mengetahui
lama fermentasi alga
merah Eucheuma spinosum
yang terbaik untuk mengahasilkan kadar etanol yang tinggi
tanpa sakarifikasi.
b. Mengetahui
lama fermentasi alga
merah Eucheuma spinosum
yang terbaik untuk menghasilkan kadar etanol yang tinggi
dengan sakarifikasi.
1.4 Batasan masalah Adapun
batasan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Alga Merah yang digunakan adalah jenis
Eucheuma Spinosum dari kota Probolinggo.
b. Sakarifikasi menggunakan enzim α-Amylase.
c. Parameter yang digunakan pada analisis kadar
etanol adalah dengan Alkoholmeter dan
Kromatografi Gas (KG).
d. Fermentasi menggunakan ragi roti.
1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian
ini, diharapkan dapat
memberikan pengetahuan kepada masyarakat
tentang manfaat alga
merah Eucheuma Spinosum
yang tidak hanya untuk
bahan baku industri makanan, obat dan kosmetik
tetapi dapat dimanfaatkan menjadi etanol
yang mana dapat
digunakan sebagai pengganti
bahan bakar premium.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laut
dan Manfaatnya Dalam Al–Qur’an 2.1.1 Bentuk – Bentuk Pengungkapan Laut Dalam
Al-Qur’an Dalam mengungkap masalah laut, Al-qur‟an menggunakan al-bahr dengan berbagai
bentuk derivasinya (kata
jadian) yang terulang
sebanyak 41 kali.
Kata bahr merupakan kata arab
yang dalam bahasa indonesia berarti laut.
Kaidah tafsir
menjelaskan bahwa penyebutan
suatu kata tertentu
dalam Alqur‟an secara
berulang-ulang (banyak) berfungsi
mengokohkan suatu permasalahan
dalam hati masyarakat,
serta menunjukkan pentingnya permasalahan
yang tersembunyi di
balik kata tersebut
agar mendapatkan perhatian.
Demikian pula kata
bahr dan semua
bentuk derivasinya. Kata
bahr yang berarti ”laut” ini merupakan salah satu gagasan Alqur‟an yang
disampaikan secara berulang-ulang kepada
masyarakat, sehingga dengan
begitu gagasan tersebut
perlu mendapatkan tempat
yang kokoh dalam
pikir an dan hati
untuk direnungkan serta
penting untuk diperhatikan
secara seksama. Salah
satu bukti bahwa
laut perlu dikaji
secara mendalam ditunjukkan
oleh luasnya wilayah
laut itu sendiri
dibanding wilayah darat
bila dilihat dari
permukaan planet bumi.
Download lengkap Versi PDF