Skripsi Kimia:ISOLASI SENYAWA ANTIBAKTERI Staphylococcus aureus dan E. ColiDARI EKSTRAK BUAH BLIMBING WULUH (Averrhoa blimbi. L)

BAB I  PENDAHULUAN  
1.1.  Latar Belakang  Tumbuh-tumbuhan  memiliki  peranan  penting  dalam  kehidupan  manusia.
Tumbuhan  dapat  bermanfaat  sebagai  makanan  dan  juga  obat-obatan.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  segala  apa  yang  tercipta  ada  manfaatnya  dan  itu  semua  merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah. Sebagaimana  pada ayat-ayat Allah Q.S  Adz-Dzariyaat [51] ayat 20-21 “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang  yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?  Salah  satu  tanda  kebesaran  Allah  adalah  buah  blimbing  wuluh  dapat  dimanfaatkan  sebagai  antibakteri  dan  air  belimbing  wuluh  dapat  dimanfaatkan  sebagai alternatif untuk mengawetkan ikan dan daging.
Sejak  zaman  Rasulullah  telah  dikenal  pengobatan  dengan  memanfaatkan  tanaman, antara lain adalah minyak zaitun (Kustoro, 2007). Pemanfaatan tanaman  untuk  pengobatan  tradisional  tersebut  sampai  sekarang  terus  berkembang  dan  berlangsung  di  masyarakat.  Jenis tanaman  yang  dipakai  sebagai  obat  tradisional  sangat banyak macamnya, namun pemanfaatannya masih terbatas.
Al-Qur’an  telah  menyebutkan  sejumlah  buah-buahan  yang  oleh  ilmu  pengetahuan modern ditegaskan memiliki khasiat untuk mencegah beberapa jenis  penyakit. Allah memerintahkan manusia supaya memperhatikan keberagaman dan  keindahan  ciptaan-Nya  disertai  seruan  agar  merenungkan  ciptaan-ciptaan-Nya  yang amat menakjubkan.

Artinya:  "Dan  Dialah  yang  menurunkan  air  hujan  dari  langit,  lalu  Kami  tumbuhkan  dengan  air  itu  segala  macam  tumbuh-tumbuhan,  maka  Kami  keluarkan  dari  tumbuhan-tumbuhan  itu  tanaman  yang  menghijau.  Kami  keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang  kurma  menguraitangkai-  tangkai  yang  menjulai,  dan  kebun-kebun  anggur,  dan  Kami  keluarkan  pula  zaitun  dan  delima  yang  serupa  dan  yang  tidak  serupa.
Perhatikanlah  buahnya  di  waktu  pohonnya  berbuah,  dan  (perhatikan  pula)  kematangannya.  Sesungguhnya,  pada  yang  demikian  itu ada  tanda-tanda  (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-An'am [6]: 99)  Allah  menciptakan  beragam  jenis  buah,  setiap  jenis  memiliki  rasa  dan  aroma  tersendiri  meskipun  semuanya  tumbuh  di  tanah  yang  sama  dan   diairi  dengan  air  yang  sama.  Sebagaimana  penciptaannya,  kenyataan  bahwa  buahbuahan dan sayur-sayuran merupakan sumber-sumber vitamin dan nutrisi esensial  yang  melimpah,  juga  menggugah  manusia  berakal  untuk berpikir.  Buah-buahan  yang  tumbuh  dalam  tanah  hanya  menyerap  unsur-unsur  gizi  yang  diperlukan  (mineral-mineral) yang bermanfaat bagi kesehatan manusia.
Belimbing  wuluh  merupakan  salah  satu  tumbuhan  yang  dapat  dimanfaatkan  sebagai  obat.  Hasil  dari  penelitian  latifah  (2008)  menunjukkan  bahwa  ekstrak  kasar  buah  belimbing  wuluh  mampu  menghambat  pertumbuhan  bakteri Staphylococcus aureus dan E. coli  penyebab diare.
Berdasarkan  penelitian  Rita  (2008),  diketahui  bahwa buah  pare  mengandung  saponin,  flavonoid,  polifenol  dan  beberapa  senyawa  triterpenoid.
Sejak lama buah pare digunakan juga sebagai anti kanker, antiinfeksi, dan dalam  tahun-tahun belakangan terungkap bahwa buah pare berkhasiat sebagai anti AIDS.
Efek  buah  pare  sebagai  anti  virus  HIV  terletak  pada kandungan  protein  momorcharin alfa dan beta atau pada protein (Manitto, 1981).
Setiawan  (2008),  menjelaskan  bahwa  salah  satu  tumbuhan  yang  mengandung senyawa obat yaitu Bungur (Lagerstroemia Speciosa Pers,). Bagian  tumbuhan ini yang sering digunakan sebagai obat yaitu biji, daun, dan kulit kayu.
Biji  dapat  digunakan untuk  mengobati  tekanan darah  tinggi  dan  kencing  manis.
Daunya  digunakan  untuk  mengobati  kencing  batu,  kencing  manis,  dan  tekanan  barah  tinggi,  sedangkan  bagian  kulit  kayu  digunakan utuk  mengobati  diare,  disentri,  dan  kencing  darah  (Dalimartha,  2003).  Daun  bunga  diketahui  mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan tannin.  Biji mengandung senyawa  plantisul, sedangkan kulit kayu dan akar dari tumbuhan ini belum diketahui secara  pasti dan belum ditemukan penelitian yang mengandung senyawanya (Dalimartha,  2003).
Pemanfaatan buah belimbing wuluh sebagai obat merupakan ikhtiar untuk  memperoleh  kesembuhan  dari  Allah yang  Maha  penyembuh,  karena merupakan  kewajiban  kita  untuk  berikhtiar  mengobati  penyakit. Sungguh  tidak  ada  yang  dapat  memberikan  kesembuhan  kecuali  Allah  SWT  semata.  Allah  berfirman  dalam surat Asy-Syu’ara ayat 80Artinya:  ”Dan  apabila  Aku  sakit,  dialah  yang  menyembuhkan  aku”  (QS.  AsySyu’ara [26]: 80)  Ayat  di  atas  menunjukkan  bahwa  sesungguhnya  kesehatan  merupakan  suatu  nikmat  besar  yang  Allah  berikan  kepada  manusia,  akan  tetapi  nikmat  tersebut  kadang  kurang  disyukuri.  Sakit  merupakan  musibah  dan  ujian  yang  ditetapkan Allah SWT. Segala penyakit yang diberikan oleh Allah tentunya sudah  tersedia obat yang juga diberikan olehNya. Buah blimbing wuluh misalnya, dapat  berfungsi  sebagai  antibakteri,  karena  di  dalamnya  terdapat  senyawa  aktif  antara  lain flavonoid dan triterpenoid (Latifah, 2008).
Penjelasan  di  atas  diperkuat  dengan  penelitian  Latifah  (2008),  yang  menunjukkan  bahwa  hasil  spektra  FTIR  ekstrak  kasar  buah  belimbing  wuluh  yakni  adanya  vibrasi  ulur  OH  dari  ikatan  hidrogen  intermolekuler  pada  daerah  bilangan  gelombang  3425,34  dan  3341,44  cm - .  Pita  serapan  pada  bilangan  gelombang  1731,96  dan  1692,42  cm -  merupakan  akibat  dari  vibrasi  ulur  C=O  keton alifatik dan aldehid, sedangkan serapan pada  bilangan gelombang 1655,77  cm - merupakan akibat dari vibrasi ulur C=C pada cincinaromatik fenol. Vibrasi  ulur  R-O-Aromatik  terdapat  pada  daerah  bilangan  gelombang  1266,18  dan  1214,11 cm - , vibrasi ulur C-O dari aromatik dan alkohol sekunder pada daerah  1076,21 dan 1057,88 cm - , vibrasi tekuk dari C-H aromatik di luar bidang terdapat  pada  daerah  816,80  dan  778,22  cm - ,  sedangkan  vibrasi  tekuk  C-O-C  dari  eter  terdapat pada daerah 504,35 cm - dan vibrasi tekuk C-OH dalam bidang aromatik  fenol terdapat pada daerah 421,42 cm - (Latifah, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan spektra FTIR dapat diketahui bahwa pada  ekstrak  kasar  buah  belimbing  wuluh  terdapat  gugus  OH,  C=O,  C=C,  CH,  dan  C-OH yang didukung adanya cincin aromatik tersubstitusi dan C-O dari alkohol  sekunder,  sehingga  diperkirakan  bahwa  golongan  senyawa  aktif  pada  ekstrak  kasar  buah  belimbing  wuluh  merupakan  senyawa  aromatik  atau  fenolik  yaitu  suatu jenis dari golongan senyawa flavonoid dan triterpenoid (Latifah, 2008).
Ekstrak  kasar  buah  belimbing  wuluh  masih  kurang  efektif  sebagai  antibakteri  terhadap  bakteri  Staphylococcus  aureus  dan  E.  Coli karena  zona  hambatnya masuk dalam kategori sedang (masuk dalam kisaran 5-10 mm), hal ini  diduga  karena  kandungan  senyawa  yang  berpotensi  sebagai  antibakteri  pada  ekstrak tersebut sudah cukup banyak, sehingga cukupmampu untuk menghambat  pertumbuhan bakteri, maka tetap dianggap berpotensisebagai antibakteri (Latifah,  2008).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin  melakukan penelitian  tentang fraksinasi senyawa aktif flavonoid dan triterpenoid buah belimbing wuluh,  dengan tujuan untuk mengetahui eluen terbaik dari ekstrak kasar dan mengetahui  fraksi aktif yang berpotensi sebagai anti bakteri alami sehingga diharapkan dapat  memberikan  informasi  ilmiah  kepada  masyarakat  mengenai  pemanfaatan  buah  blimbing wuluh bagi kesehatan.

Download lengkap Versi PDF