BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia
merupakan negara yang
terkenal dengan keanekaragaman tanaman
terutama hasil pertanian
dan rempah-rempah. Hal ini
didukung oleh keadaan
geografis Indonesia yang
beriklim tropis dengan
curah hujan sering terjadi
sepanjang tahun. Salah
satu keanekaragaman hayati
yang terdapat di Indonesia adalah
belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L.). Belimbing wuluh tumbuh hampir
di seluruh daerah,
namun belum dibudidayakan
secara khusus (Abdul, 2008).
Tanaman
belimbing wuluh dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan
seharihari. Bagian yang dapat digunakan diantaranya bunga, buah, daun
dan batangnya.
Bunga
belimbing wuluh digunakan
sebagai obat batuk
dan sariawan. Buah belimbing wuluh
selain digunakan sebagai
bumbu masak juga
dapat digunakan sebagai obat menurunkan tekanan darah tinggi,
gusi berdarah, jerawat dan batuk.
Daun
belimbing wuluh selain
digunakan sebagai penyedap
rasa juga dapat digunakan sebagai
obat batuk, obat
kompres pada sakit
gondokan dan obat rematik, antidiare,
sedangkan batang belimbing
wuluh dapat digunakan
sebagai obat sakit perut (Atang,
2009).
Penelitian
tentang kimia bahan
alam akhir-akhir ini semakin
banyak mengeksploitasi sebagai
bahan obat-obatan baik
untuk farmasi maupun
untuk kepentingan pertanian,
karena disamping keanekaragaman struktur
kimia yang dihasilkan
juga rendahnya efek
samping yang ditinggalkan
dan mudah didapatkan.
Buah belimbing wuluh
mengandung banyak vitamin
C alami yang berguna
sebagai penambah daya tahan tubuh dan perlindungan terhadap berbagai penyakit. Berdasarkan hasil pemeriksaan
kandungan kimia buah belimbing wuluh yang dilakukan
Herlih (1993) dalam
Faradisa (2008) menunjukkan
bahwa buah belimbing
wuluh mengandung golongan
senyawa oksalat, minyak
atsiri, fenol, flavonoid
dan pektin. Batang
belimbing wuluh mengandung
saponin, tanin, glukosida,
kalsium oksalat, sulfur,
asam format, peroksida,
sedangkan daunnya mengandung tanin, sulfur, asam format,
peroksida, kalsium oksalat, kalium sitrat.
Allah menciptakan semua yang ada di dunia ini
tidaklah sia-sia dari yang kecil hingga
yang besar. Makhluk
hidup (hewan, tumbuhan
dan lain-lain) semuanya
dapat dimanfaatkan oleh
manusia jika manusia
itu berfikir. Allah menjaga
semua yang telah Ia ciptakan
agar tetap hidup. Allah membuktikannya dengan diturunkan oleh Nya hujan sebagai
sumber kehidupan, dan agar manusia dapat mensyukuri
nikmat yang telah
Allah berikan kepadanya.
Allah telah menjelaskannya dalam surat al An’am ayat 99: "Dan
Dialah yang menurunkan
air hujan dari
langit, lalu Kami
tumbuhkan dengan air
itu segala macam
tumbuh-tumbuhan maka Kami
keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang menghijau.
Kami keluarkan dari
tanaman yang menghijau
itu butir yang
banyak; dan dari
mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang
menjulai, dan kebun-kebun
anggur, dan (Kami
keluarkan pula) zaitun
dan delima yang
serupa dan yang
tidak serupa. Perhatikanlah buahnya
di waktu pohonnya
berbuah dan (perhatikan
pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya
pada yang demikian
itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi orang-orang yang
beriman".
Firman Allah SWT dalam surat al An'am ayat 99
yang menjelaskan bahwa Allah swt
menurunkan air hujan dari awan, kemudian
dengan air tersebut Allah mengeluarkan
setiap jenis tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam bentuk, ciri khas
serta berbeda-beda tingkatan
kelebihan dan kekurangannya
(al Maraghi, 1992),
meskipun semuanya tumbuh
di tanah yang
sama dan dialiri
dengan air yang
sama. Selain itu,
buah-buahan dan sayur-sayuran
juga merupakan sumber vitamin dan nutrisi esensial yang melimpah.
Pada
surat al An'am
ayat 99 Allah
menutup ayat dengan
Sesungguhnya pada yang
demikian itu ada
tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi orang-orang yang beriman,
karena orang-orang yang beriman
itu hidup, bekerja,berfikir dan memahami sehingga
untuk mendapatkan bukti
dari ayat tersebut yang
dapat menunjukkan mereka
kepada perbuatan yang
mengesakan Allah swt (al
Jazairi, 2007). Selain itu, dengan memperhatikan secara
mendalam maka akan ditemukan rahasia-rahasia alam
tumbuh-tumbuhan seperti kandungan
dan manfaat dari tanaman tersebut
dengan adanya penelitian
(al Maraghi, 1992).
Allah telah menjelaskan dalam surat asy Syuara ayat 7 “Dan apakah
mereka tidak memperhatikan
bumi, berapakah banyaknya tumbuhan di bumi itu berbagai macam
tumbuh-tumbuhanyang baik?.
Shihab
(2002), Surat asy
Syuara ayat 7
menjelaskan tentang tumbuhan yang
baik, tumbuhan yang
baik adalah tumbuhan
yang subur dan
memberikan manfaat untuk makhluk
hidup, termasuk tumbuhan yangbisa digunakan sebagai alternatif
pengawet secara alami.
Dengan aneka tumbuhan,
tanah dan aneka keajaiban yang
terhampar pada tumbuhannya,
maka sebagai seorang
mukmin harus berfikir
tentang manfaat dari
bagian tumbuhan tersebut. Bagian
daun belimbing wuluh
banyak mengandung senyawa
tanin yang dapat
digunakan sebagai antibakteri
(Abdul, 2008).
Senyawa
tanin merupakan senyawa
polifenol yang berada
di tumbuhan, makanan
dan minuman (Makkar
and Becker, 1998)
dapat larut dalam air
dan pelarut organik
(Haslam, 1996). Senyawa
tanin yang terkandung
dalam daun belimbing wuluh bersifat penolak hewan pemakan
tumbuhan. Senyawa tanin juga digunakan
untuk proses tanningatau penyamakan
kulit binatang yang digunakan industri kulit,
untuk pembuatan tinta,
digunakan untuk obat-obatan
sebagai astringen dan untuk
pewarnaan (cat) (Ledder, 2000).
Secara
kimia tanin tumbuhan
dibagi menjadi dua
golongan yaitu tanin terhidrolisis
dan tanin terkondensasi. Tanin terhidrolisis mengandung ikatan ester yang
dapat terhidrolisis jika
dididihkan dalam asam klorida
encer. Asam elagat merupakan
hasil sekunder yang
terbentuk pada hidrolisis
beberapa tanin yang sesungguhnya merupakan
ester asam heksaoksidifenat. Tanin terkondensasi merupakan
senyawa tidak berwarna
yang terdapat padaseluruh dunia tumbuhan tetapi
terutama pada tumbuhan
berkayu. Tanin terkondensasi
telah banyak ditemukan dalam tumbuhan paku-pakuan
(Robinson, 1995).
Kadar tanin yang tinggi pada simplisia daun
belimbing wuluh muda 1,6 % dan pada daun
belimbing wuluh tua sebesar 1,28 % (Nurliana, 2006). Lidyawati (2006) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa
kadar tanin pada daun belimbing wuluh
sebesar 26,2 %. Isolasi tanin dari daun belimbing wuluh dapat dilakukan dengan
pengambilan daun belimbing
wuluh sekitar 20
cm dari pucuk
daun, sehingga tanpa merusak
pertumbuhan dapat diperoleh tanin dari daunnya (Amnur, 2008).
Pansera
(2004) menyatakan bahwa
proses yang digunakan
untuk mengekstrak tanin
adalah ekstraksi superkritikal
fluida. Namun, hasil
yang diperoleh dari proses ini
tidak memperoleh hasil yang baik. Uji coba mengekstrak tanin dengan ekstraksi soxhlet menggunakan
beberapapelarut diantaranya etanol, dimetil eter,
dan n-heksan, hasil
percobaan yang dipantau
dengan KLT menunjukkan
bahwa dimetil eter
dan n-heksan tidak
dapat melarutkan senyawa tanin,
sedangkan etanol dapat
melarutkan senyawa tanin.
Tanin yang diperoleh dilihat dari harga Rf dari noda-noda yang
terbentuk.
Menurut Harborne (1987) tanin dapat diisolasi
dari daun belimbing wuluh menggunakan metode
maserasi, sedangkan cara
terbaik untuk memisahkan dan mengidentifikasi senyawa
fenol adalah dengan
kromatografi lapis tipis
(KLT).
Kromatografi
lapis tipis preparatif
(KLTP) dapat digunakan
untuk memisahkan campuran
senyawa dari sampel
dalam jumlah besar
untuk uji identifikasi (Townshend, 1995).
Nuraini
(2002) menyatakan hasil
isolasi dan identifikasi
tanin dari daun gamal
(Gliricidia sepium (jackquin) kunth ex walp.) dengan metode KLT dengan fase gerak asam asetat glasial : H O : HCl pekat (forestal) dengan perbandingan (30:10:3)
harga Rf tanin 0,7
yang mendekati nilai
R f tanin standar
yaitu 0,737.
Sedangkan Yuliani, dkk (2003) dalam penelitian
tentang kadar tanin dan quersetin tiga
tipe daun jambu biji (Psidium guajava) dengan KLT dengan eluen toluen:etil asetat (3:1) menunjukkan 9 bercak dengan harga
Rf mulai dari 0,23-0,94.
Mengingat
potensi senyawa tanin
dan tingginya kandungan
tanin dalam tanaman
belimbing wuluh, maka
menarik untuk dilakukan pemisahan
senyawa tanin dari
daun belimbing wuluh
dengan metode maserasi,
kemudian dengan kromatografi
lapis tipis kualitatif
dan preparatif. Identifikasi senyawa-senyawa tanin dilakukan dengan spektrofotometri UV-Vis dan diperkuat dengan pereaksi geser serta didukung dengan spektrum IR.
1.2 Rumusan Masalah 1.
Eluen apakah yang paling baik dalam pemisahan ekstrak kasar senyawa
tanin dari daun belimbing wuluh (A.
bilimbi L.) dengan metode kromatografi
lapis tipis? 2.
Jenis senyawa tanin
apa yang terdapat
dalam ekstrak daun belimbing
wuluh hasil pemisahan dengan
kromatografi lapis tipis? 1.3 Tujuan Penelitian 1.
Mengetahui eluen terbaik dalam pemisahan ekstrak kasar senyawa tanin
dari daun belimbing wuluh (A. bilimbi
L.) dengan metode kromatografi lapis tipis.
2.
Mengetahui jenis senyawa tanin yang terdapat dalam ekstrak daun belimbing wuluh hasil pemisahan dengan kromatografi
lapis tipis.
1.4
Manfaat Penelitian Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat
terhadap pemanfaatan daun
belimbing wuluh (A. bilimbi L.)
sebagai alternatif penghasil
senyawa tanin yang
digunakan sebagai pemberdayaan
atau usaha pembuatan pengawet
ikan, sehingga mempermudahpengkajian lebih lanjut tentang aktivitas dan pemanfaatan senyawa
tanin dalam bidang industri.
1.5 Batasan Masalah 1.
Sampel yang digunakan
adalah daun belimbing
wuluh yang masih
muda sekitar 20 cm dari pucuk
daun yang diperoleh dari Jl. Kerto Malang.
2.
Identifikasi senyawa tanin menggunakan spektrofometer UV-Vis dan FTIR.
BAB II KAJIAN
PUSTAKA 2.1 Tanaman Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) dalam Perspektif Islam Beraneka ragam tanaman yang terhampar di muka
bumi dengan air hujan.
Tanaman
yang tumbuh yaitu
tanaman yang bermula
dari tanah yang gersang melalui hujan yang diturunkan Allah, mulai
dari tumbuhan tingkat rendah sampai tumbuhan tingkat
tinggi. Tumbuhan tingkat
tinggi yaitu tumbuhan
yang mempunyai akar,
batang dan daun
secara jelas. Hal
ini telah dijelaskan
dalam firman Allah surat at Thaha
ayat 53 "Yang telah
menjadikan bagimu bumi
sebagai hamparan dan yang
telah menjadikan bagimu
di bumi itu
jalan-jalan, dan menurunkan
dari langit air hujan. Maka
Kami tumbuhkan dengan
air hujan itu
berjenis-jenis dari tumbuhtumbuhan yang bermacam-macam".
Menurut
tafsir al Mishbah
surat at Thaha
ayat 53 menjelaskan
bahwa Allah memberikan
kepada tiap-tiap sesuatu
bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk serta mengaitkannya dengan
jawaban Nabi Musa as tentang keluasan ilmu
Allah. Allah menempatkan
manusia di bumi
dengan menghamparkannya agar
mereka dapat menikmati hidup dan berakal guna meraih kehidupan
yang lebih mulia
dan tinggi. Allah
menjadikan manusia di
bumi ini agar ia menyadari bahwa ada jarak antara ia
dan tujuan hidupnya. Ada jalan yang harus
ditempuhnya guna mencapai tujuan hidup. Kata
salaka dalam surat Thaha ayat 53 berarti jalan, Sedangkan kataas
subulbentuk jamak dari sabilyang berarti jalan. Jalan yang dimaksud disini adalah suatu
perilaku kata kerja yang dilakukan manusia untuk
memikirkan segala hal
tentang kekuasaan Allah.
Kata thariq berarti jalan yang bersifat kata benda,dapat
diartikan sebagai cara yang dilakukan untuk
memikirkan kekuasaan Allah.
Tafsir
al Mishbah juga
menjelaskan bahwa Allah menurunkan air
dari langit berupa
air hujan dan
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang
bermacammacam dengan perantara
air tersebut. Air
hujan mengandung banyak
senyawa kimia yang dibutuhkan
tumbuhan, salah satunya adalah nitrogen. Atmosfir terdiri 78
% volume unsur
nitrogen dan merupakan
suatu persediaan yang
tidak ada habis-habisnya
untuk unsur penting
ini. Molekul nitrogen
sangat stabil, oleh karena
itu pemutusan menjadi atom-atomnya untuk bereaksi dengan bahan kimia membentuk
senyawa organik atau
anorganik nitrogen merupakan
langkah yang terbatas
dalam siklus. Ini
dapat terjadi dengan
proses berenergi tinggi
dalam penyinaran cahaya yang
menghasilkan nitrogen oksida.
Unsur nitrogen dapat terlibat dalam bentuk
ikatan kimia atau fiksasi oleh proses biokimia
dengan perantara mikroorganisme. Nitrogen
biologis dapat dirubah
mejadi bentuk anorganik
pembusukan atau penguraian
biomassa.
Sejumlah besar dari nitrogen difiksasi secara
sintetik di bawah temperatur tinggi dan
juga tekanan tinggi melalui reaksi: N2 +
3 H2 →2 NH 3 Produksi dari gas-gas N2dan
N O oleh mikroorganisme dan evolusi dari
gas-gas
ini ke dalam
atmosfer menyempurnakan siklus nitrogen melalui
suatu proses denitrifikasi.
Denitrifikasi suatu proses yang penting
di alam, yaitu suatu mekanisme
dimana hasil fiksasi
nitrogen dikembalikan ke
dalam atmosfer (Achmad, 2004).
Air
hujan yang mengandung
nitrogen meresap dalam
tanah, kemudian diserap
oleh tumbuhan sebagai
nutrisi yang sangat
penting dalam pertumbuhan.
Download lengkap Versi PDF