BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kehidupan suatu makhluk hidup tidak terlepas
dari media dimana mereka tinggal, yaitu
lingkungan. Terjadinya perubahan dalam tatanan lingkungan, sehingga tidak sama lagi dengan
bentuk asalnya sebagai akibat dari masuknya
suatu zat atau benda asing, maka lingkungan tersebut dikatakan tercemar. Faktor utama penyebab tercemarnya suatu
tatanan lingkungan adalah kontrol yang
hampir tidak pernah dilakukan terhadap limbah industri.
Pencemaran yang dapat memberikan
dampak buruk bagi lingkungan biasanya
berasal dari limbah-limbah yang berbahaya, artinya memiliki toksisitas yang tinggi. Limbah yang sangat beracun pada
umumnya merupakan limbah kimia, dan
khususnya senyawa kimia yang mempunyai bahan aktif dari logamlogam berat.
Toksisitas yang dimiliki oleh bahan aktif dari logam berat, akan menghalangi kerja enzim dalam proses fisisologis
atau metabolisme tubuh sehingga proses
metabolisme terputus. Logam berat juga dapat terakumulasi di dalam tubuh yang dapat menyebabkan problem
keracunan kronis (Palar, 1994).
Buangan industri dan pemanfaatan
hasil industri merupakan penyebab utama
dari kasus-kasus keracunan logam berat. Salah satu contohnya adalah terjadinya peningkatan kadar merkuri (Hg)di
perairan Teluk Jakarta pada tahun 1983,
yang menunjukkan bahwa kadar merkuri telah mencapai 0,027 ppm.
Tercatat satu orang telah meninggal
dan beberapa orang lainnya mengalami kelumpuhan
dan lidah kelu. Penyakit tersebut nyaris sama dengan penyakit yang muncul di Teluk Minamata di Jepang pada tahun
1950-1960, akibat dari limbah merkuri
yang dihasilkan dari pabrik pupuk kimia Chisso Co Ltd. (Palar, 1994).
Hasil penelitian selama periode
1953-1960 menyebutkan bahwa, makanan laut yang berasal dari Teluk Minamata mengandung
merkuri 5-20 ppm dan tercatat 111 orang
menjadi korban keracunan, dengan 43 orang meninggal dunia (Manahan, 1992).
Merkuri merupakan logam berat
yang secara alami terdapat di alam, meskipun
dalam kadar yang sangat rendah. Unsur ini banyak digunakan dalam bidang industri karena merkuri merupakan logam
yang berbentuk cair pada suhu kamar (25 C), mempunyai kecenderungan menguap lebih
besar, serta memiliki konduktivitas
listrik yang tinggi (Manahan, 1992), tetapi sangat berpotensi sebagai polutan dengan toksisitas yang tinggi.
Merkuri banyak digunakan dalam
dunia kesehatan gigi, juga sebagai salah
satu komponen baterai, termometer, barometer, insektisida, lampu, cermin perak, katalis, sakelar merkuri, dan
cermincair pada teleskop. Merkuri juga sering dipakai dalam proses penambangan logam
(Martaningtyas, 2006).
Penumpukan limbah merkuri, baik
yang berasal dari pertambangan maupun
industri kimia yang lain, mampu meningkatkan jumlah merkuri yang terpapar di alam. Pada kondisi pembuangan
limbah pertambangan yang berbentuk lumpur
juga mampu meningkatkan kemungkinan terbentuknya senyawa merkuri yang berbahaya (Martaningtyas, 2006).
Toksisitas yang dimiliki merkuri akan menghalangi
kerja enzim serta merusak selaput dinding (membran) sel.
Kerusakan yang diakibatkan oleh
logam merkuri dalam tubuh umumnya bersifat permanen (Palar, 1994).
Berdasarkan fenomena di atas, maka buangan
limbah industri yang salah satunya
mengandung logam berat merkuri sangat perlu untuk dilakukan suatu penanganan, agar tidak menjadi pencemar ketika
dibuang ke lingkungan. Usaha tersebut
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manusia, sebagai makhluk Tuhan untuk menjaga kelestarian
lingkungan.
Manusia merupakan salah satu
diatara unsur-unsur lingkungan hidup yang mempunyai posisi sentral dan dominan, artinya
manusia memiliki kelebihan dibandingkan
mahkluk yang lain, yaitu akalsebagai anugerah Tuhan. Manusia diberi kesempatan dan kemampuan melalui akal
tersebut, untuk melakukan pengamatan
(observasi), memikirkan dan mengadakan penelitian serta kajian terhadap fenomena-fenomena alam, sebagai wujud kemahakuasaan dan keagungan Tuhan yang menciptakannya (Gani dan
Umam, 1986). Allah berfirman dalam
Al-Qur’an surat Al-Jaatsiyah ayat 13 “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa
yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir”.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa
sesungguhnya Allah memerintahkan kepada
manusia agar mereka selalu menggunakan akal untuk berpikir. Orang- orang yang
berpikir, ialah mereka yang mau memperhatikan dan menyelidiki kejadian langit dan bumi (alam) (Jauhari,
1984).
Menyadari ancaman yang begitu
besar dari pencemaran logam berat khususnya
merkuri yang disebabkan oleh limbah industri, maka sebelum dibuang ke lingkungan harus segera dilakukan suatu
penanganan, agar keseimbangan alam tetap
terjaga.
Berbagai metode alternatif telah
banyak digunakan untuk mengatasi pencemaran
tersebut. Adsorpsi merupakan salah satu metode yang paling umum dipakai untuk menangani limbah hasil industri
sebelum dibuang ke lingkungan.
Adsorpsi memiliki konsep yang
lebih sederhana, efektif dan juga ekonomis.
Penggunaan biomassa yang berasal
dari tumbuhan yang telah mati sebagai adsorben
dalam proses adsorpsi saat ini banyak dikembangkan. Tehnik ini tidak memerlukan biaya tinggi dan kemungkinan sangat
efektif untuk menghilangkan kontaminan
logam-logam berat, baikanionik maupun kationik (Saleh, 2004).
Allah berfirman dalam Al-Qur’an
surat Al-An’am ayat 95 ”Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan
dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (yang memiliki
sifat-sifat) demikian ialah Allah, Maka mengapa
kamu masih berpaling?” Ayat tersebut
menjelaskan bahwa tumbuh-tumbuhan keluar (tumbuh) dari benda mati. Tumbuhan yang telah mati
secara tidak langsung dapat dimanfaatkan
kembali untuk sesuatu yang lebih berguna (Jauhari, 1984).
Biomassa yang dapat digunakan untuk
mengadsorpsi logam berat, salah satunya
adalah Chaetoceros calcitrans. Pada penelitian Raya (1998) menunjukkan bahwa, biomassa dalam kondisi mati ini mampu
menyerap ion logam Cr(III) dan Al(III).
Proses immobilisasi biomassa tersebut pada silika gel juga mampu meningkatkan kapasitas adsorpsinya sebesar
5,38 kali untuk ion logam Al(III) dan 7,68
kali pada ion logam Cr(III).
Tumbuhan enceng gondok dalam
kondisimati juga dapat digunakan sebagai
biomassa untuk mengadsorpsi logam berat,
khususnya ion logam merkuri(II). Hasil
penelitian Al-Ayubi (2008) dan Khalifah (2008) menunjukkan bahwa, biomassa daun enceng gondok mempunyai
kemampuan untuk mengadsorpsi ion logam
merkuri(II) padakondisi optimum pH 6 dengan lama pengocokan 60 menit, dan kapasitas adsorpsi
optimum oleh biomassa tersebut terjadi
pada konsentrasi awal Hg 2+ sebesar 80 mg/L.
Download lengkap Versi PDF