Skripsi Kimia:ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN SIRIH MERAH

BAB I  PENDAHULUAN  
1.1  Latar Belakang  Keanekaragaman flora (biodiversity) juga berarti keanekaragaman  senyawa kimia (chemodiversity) yang memungkinkan terkandung di dalamnya.
Hal ini memungkinkan dilakukannya penelitian dan penelusuran senyawa kimia  tentang metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan, serta  metode pemisahan, metode analisis dan uji farmakologinya. Hasil isolasi  metabolit sekunder dapat memberikan informasi kandungan senyawa aktif yang  terdapat dalam tumbuhan sebagai obat/bahan baku obat.
Hampir semua bagian dari tumbuhan dapat kita manfaatkan. Bagian  tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah bagian daun, batang,  akar, rimpang, bunga, buah dan bijinya. Tercantum dalam Q.S. al-Syuara: Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah  banyaknya tumbuhan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang  baik?”. (QS. al-Syuara 7)  Tumbuhan yang baik dalam hal ini adalah tumbuhan yang bermanfaat bagi  makhluk hidup, termasuk tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pengobatan.

Tumbuhan yang bermacam-macam jenisnya dapat digunakan sebagai obat  berbagai penyakit, dan ini merupakan anugerah Allah SWT yang harus dipelajari  dan dimanfaatkan (Savitri, 2008).
Flavonoid merupakan kelompok senyawa yang banyak ditemui di alam,  struktur molekul sederhana dan tersebar luas baik pada tumbuhan tingkat tinggi  maupun rendah (Handayani, dkk, 2005). Flavonoid mencakup banyak pigmen  yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus  sampai angiospermae (Robinson, 1995). Flavonoid merupakan salah satu  metabolit sekunder. Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C terdiri atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon  (Sastrohamidjojo, 1996). Flavonoid merupakan komponen bioaktif pada makanan  khususnya sebagai antioksidan. Flavonoid terdapat pada daun, bunga, buah, bijibijian, kacang-kacangan, bulir padi, rempah, dan pada tumbuhan berkhasiat obat.
Peran terpenting flavonoid dari sayuran dan buah segar adalah mengurangi resiko  terkena penyakit jantung dan stroke (Safitri, 2004).
Tanaman sirih adalah salah satu tanaman obat yang telah dimanfaatkan bangsa-bangsa di Asia Tenggara sejak zaman neolitikum, 3000 tahun yang  lampau. Selain dimanfaatkan sebagai tanaman obat dan bahan menginang(makan  daun sirih, gambir, kapur, cengkih, dan buah pinang), sirih juga digunakan dalam  berbagai ritual adat dan keagamaan. Seiring dengan tren  back to natureatau  kembali ke alam, berbagai jenis tanaman obat kembali dibudidayakan, dan  dimanfaatkan masyarakat, tidak terkecuali sirih. Rini dan Mulyono (2003)  menyatakan bahwa daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari  betlephenol, kavikol, seskuiterpen, hidroksikavikol, cavibetol, estragol, eugenol,  dan karvakrol. Daun sirih juga mengandung enzim diastase, gula, dan tanin.
Biasanya daun sirih muda mengandung diastase, gula, dan minyak atsiri lebih  banyak dibandingkan dengan daun sirih tua. Sementara itu, kandungan taninnya  relatif sama.
Munculnya sirih merah dalam khasanah pengobatan herbal menjadikannya  sebagai tanaman herbal alternatif bagi masyarakat dalam memanfaatkan bahan  alam. Menurut Sudewo (2005) daun sirih merah mengandung flavonoid,  polifenolat, tanin dan minyak atsiri. Senyawa flavonoid yang terdapat dalam daun  sirih merah belum diketahui jenis golongannya secara spesifik. Oleh karena itu  perlu dilakukan pengkajian dan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jenis  senyawa flavonoid dengan melakukan isolasi dan identifikasi pada daun  sirih  merah.
Isolasi senyawa flavonoid dari daun sirih merah (Piper betle  L. var  Rubrum) dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol yang  cocok untuk ekstraksi kebanyakan flavonoid. Pemisahan dan pemurnian  komponen-komponen senyawa flavonoid dilakukan dengan kromatografi lapis  tipis kualitatif dan preparatif. Identifikasi senyawa-senyawa flavonoid dilakukan  dengan spektrofotometri UV-Vis dan diperkuat dengan pereaksi geser serta  didukung dengan spektrum IR.
1.2  Rumusan Masalah  Dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan  yaitu :  1.  Eluen apakah yang terbaik untuk pemisahan ekstrak kasar flavonoid dari daun  sirih merah (P. betleL. var Rubrum) dengan menggunakan KLT analitik ?  2.  Jenis senyawa flavonoid apa yang terdapat dalam ekstrak daun sirih merah (P.
betleL. var Rubrum) ?  1.3  Tujuan  Tujuan Penelitian ini adalah:  1.  Mengetahui eluen terbaik untuk pemisahan ekstrak kasar flavonoid sirih  merah (P. betleL. var Rubrum) dengan KLT analitik.
2.  Menentukan jenis senyawa flavonoid yang terdapat dalam daun sirih merah  (P. betleL. var Rubrum) menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan  spektrofotometer IR.
1.4  Batasan Masalah  Penelitian ini dibatasi pada sampel daun sirih merah segar yang diperoleh dari  Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember.
1.5  Manfaat Penelitian  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada  masyarakat mengenai pemanfaatan daun sirih merah (P. betle  L. var Rubrum)  sebagai alternatif penghasil flavonoid dalam rangka pemberdayaan/usaha  pembuatan obat-obatan, khususnya antioksidan. Sehingga mempermudah  pengkajian lebih lanjut tentang aktivitas dan pemanfaatan senyawa flavonoid  dalam bidang industri terutama bidang kesehatan.
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA  2.1  Sistem Senyawa Tumbuhan  Senyawa adalah zat tunggal oleh beberapa jenis unsur. Pengertian lain senyawa adalah zat yang terbentuk oleh beberapa atom dari berbagai jenisunsur  yang saling terikat secara kimia (Anonymous, 2009). Senyawa dalam tumbuhan  merupakan hasil metabolisme sekunder dari tumbuhan itu sendiri. Senyawa  metabolit sekunder sangat bervariasi jumlah dan jenisnya dari setiap tumbuhtumbuhan. Beberapa dari senyawa tersebut telah diisolasi, sebagian diantaranya  memberikan efek fisiologi dan farmakologis yang lebih dikenal sebagaisenyawa  kimia aktif (Kusuma, 1988). Keberadaan senyawa (gabungan unsur) dalam  tumbuhan telah diungkapkan dalam firman Allah dalam surat Yaasin: Artinya: “Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan  semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri  mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”  Ayat suci ini membahas sunnah Allah dalam pembuahan dan perkawinan  antara pejantan dan betina tanaman atau tumbuh-tumbuhan, manusia, binatang,  burung dan segala yang diciptakan oleh Allah di alam semesta (Pasya, 2004).
Penciptaan Allah adalah bentuk kekuasaan Allah dalam menampakkan tandatanda kebesaran-Nya, ditegaskan dalam surat al-An’am: 99:  Artinya: “Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami  tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami  keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. kami  keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari  mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebunkebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang  serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu  pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan  Allah) bagi orang-orang yang beriman.” Allah yang menurunkan air hujan dari awan, kemudian dengan air dan  mengeluarkan setiap jenis tumbuhan bermacam bentuk, ciri khas dan bekasnya  yang berbeda-beda tingkatan kelebihan dan kekurangannya sebagaimana firman  Allah QS. Ar Rad ayat 4:    ”Disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman  itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya”.
Manusia diperintahkan oleh Allah untuk memperhatikan proses  pertumbuhan tanaman, yang pada awalnya dalam keadaan lemah bahkan tidak  bisa dimanfaatkan. Kemudian manusia diperintahkan juga untuk memperhatikan  kematangannya dan proses tumbuhan itu menjadi besar serta memiliki manfaat.

Pada kedua proses tersebut tampak sekali dengan jelas kelembutan, pengaturan,  dan kebijaksanaan Allah didalam perhitungan-Nya serta menunjukkan kepada  kewajiban mentauhidkan Allah (Al-Maraghi, 1992).

Download lengkap Versi PDF