Skripsi Kimia:KARAKTERISASI LEMPUNG DARI DAERAH PAGEDANGAN KEC TUREN KAB MALANG DAN DAERAH GETAAN KEC PAGELARAN KAB MALANG

BAB I  PENDAHULUAN  
1.1  Latar Belakang  Potensi  cadangan  lempung  di  Indonesia  sangatlah  besar  dan  tersebar  hampir  di  seluruh  daerah  terutama  di  pulau  Jawa,  Sumatera  dan  Kalimantan,  namun pemanfaatannya belum optimal. Sebagian orang  baik perorangan maupun  industri memanfaatkan lempung sebagai bahan dasar dalam pembuatan batu bata,  marmer,  keramik,  perabot  rumah  atau  hanya  sekedar  digunakan  untuk  menghilangkan rasa pahit pada daun ketela maupun daun papaya.
Salah  satu  kota  di Jawa Timur  yang  memiliki  hasil  kerajinan  dari  bahan  baku lempung adalah kota Malang. Sebagai kota pendidikan dan wisata, Malang  memiliki banyak sekali kerajinan tangan yang terbuat dari lempung, salah satunya  adalah  industri  keramik  dan  gerabah  di  daerah  Pagedangan  dan  daerah  Getaan.

Secara  geografis daerah  Pagedangan dan daerah  Getaan berada di wilayah Kota  Malang sebelah selatan atau lebih dikenal dengan Malang Selatan. Sebagai besar  masyarakat di kedua daerah tersebut memanfaatkan tanah lempung sebagai bahan  baku dalam pembuatan batu bata dan genteng. Meskipun kedua daerah berada di  wilayah  Malang  Selatan  serta  memproduksi  batu  bata  dan  genteng,  ternyata  produk  yang  dihasilkan  memiliki  kualitas  yang  berbeda,  hal  ini  kemungkinan  disebabkan  oleh  karakteristik  tanah  lempung  yang  berbeda.  Secara  fisik,  tanah  lempung  dari  daerah  Pagedangan  merupakan  tanah  merah  sedangkan  tanah  1  lempung dari daerah Getaan merupakan tanah hitam sehingga ada kemungkinan  adanya perbedaan struktur dan karakteristik lempungyang berbeda.
Lempung  dapat  didefinisikan  sebagai  campuran  partikel-partikel  pasir,  debu dan bagian-bagian tanah liat yang mempunyai sifat-sifat karakteristik yang  berlainan  dalam  ukuran  yang  kira-  kira  sama.  Salah  satu  ciri  partikel-partikel  tanah  liat  adalah  mempunyai  muatan  ion  positif  yang dapat  dipertukarkan.
Material ini mempunyai daya serap dengan berubahnyakadar kelembapan. Tanah  liat mempunyai luas permukaan yang sangat besar (Mahida, 1984).
Mineral lempung (clay) sangat umum digunakan dalam industri keramik.
Mineral lempung merupakan penyusun batuan sedimen dan penyusun utama dari  tanah (Nelson, 2001).  Lempung adalah material  yang  memiliki ukuran diameter  partikel < 2 µm dan dapat ditemukan dekat permukaan bumi. Karakteristik umum  dari lempung mencakup komposisi kimia, struktur lapisan kristal dan ukurannya.
Semua mineral lempung memiliki daya tarik terhadap  air. Sebagian mudah untuk  membesar  dan  dapat  memiliki  volume  2  kali  lebih  besar  dalam  keadaan  basah.
Sebagian  besar  lempung  terbentuk  ketika  batu  berkontak  dengan  air,  udara  atau  gas. Contohnya adalah batu yang mengalami kontak dengan air yang dipanaskan  oleh  magma  (lelehan  batu),  batuan  sedimen  di  laut  atau  di  dasar  danau.  Semua  kondisi alam diatas akan membentuk mineral lempung  dari mineral sebelumnya  (Grim, 1962). Mineral lempung terdiri atas berbagaijenis, antara lain : kaolinit,  monmorilonit, illit atau mika, dan antapulgit (Nurahmi, 2001).
Struktur  kristal  lempung  terbentuk  dari  dua  struktur  lapisan  dasar  yaitu  silika  dan  alumina  (Grim,  1962).  Lapisan  silika  memiliki  rumus  molekul  (Si 4O10) 4-.  Lapisan  ini  terbentuk  dari  satu  atom  silikon  (Si) yang  membentuk  struktur tetrahedral dengan empat atom oksigen (O 2-) atau hidroksi (OH -). Atom  silikon berada di pusat tetrahedral. Jarak antara atom-atom oksigen adalah sama.
Lempung  biasanya  muncul  dari  daerah  dengan  kondisi  geologis  tertentu  dan  bisa  terbentuk  di  laut  (marine  clay)  atau  di  darat  (terrestrial  clay),  dengan  proses pembentukan bisa secara  allogenic clay(dari luar cekungan sedimentasi)  atau secara authigenic clay(terbentuk di dalam lingkungan sedimentasi, misalnya  perubahan  atau  proses  alterasi  dari  mineral  feldspar menjadi  mineral  lempung)  dan juga dapat terbetuk di daerah vulkanik, daerah geotermal dan sebagainya.
Pada  saat  karakterisasi  lempung,  secara  umum  tidak  memerlukan  spesifikasi  proses  laboratorium  yang  kaku,  tetapi  analisa  laboratorium  ini  tetap  diperlukan  untuk  dapat  membedakan  mutu  dari  lempung itu  sendiri  dan  untuk  dapat  diarahkan  terhadap  penggunaannya.  Secara  umum untuk  mengidentifikasi  mineral  lempung  dilakukan  dengan  metode  difraksi  sinar-X  atau  XRD,  untuk  mengidentifikasi unsur-unsur yang berada pada lempung digunakan metode XRF  sedangkan untuk mengetahui morfologi dari lempung digunakan metode SEM.
Kesulitan dalam intepretasi difraktogram yang sering timbul dalam teknik  identifikasi  ini  adalah  terjadinya  pola  difraksi  yang  kompleks  akibat  adanya  interstratifikasi berbagai jenis mineral lempung dan mineral non lempung dalam  lempung  alam,  dan  terbentuknya  pita  difraksi  yang  lebar  yang  disebabkan  oleh  adanya cacat kristal dan keteraturan kristal lempung yang rendah.
Kesulitan-kesulitan  tersebut  dapat  diatasi  dengan  menggunakan  mineral  lempung  standar  yaitu  berupa  kaolinit  dan  monmorilonit  murni  sebagai  pembanding. Tetapi pada kenyataannya lempung murni  sangat jarang ditemukan.
Namun  sesungguhnya  mineral  lempung  murni  dapat  diperoleh  dengan  cara  sintesis  ataupun  pemisahan  mineral  lempung  utama  dalam  lempung  alam.

Pemurnian  lempung  untuk  mendapatkan  kaolinit  dan  monmorilonit  murni  dapat  dilakukan dengan cara pemisahan fraksinasi berat jenis, proses ini dikenal dengan  nama benefisiasi.

Download lengkap Versi PDF