Skripsi Kimia:IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS SENYAWA SITRONELAL DARI DAUN SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L.)SEBAGAI ANTI FEEDANT TERHADAP HAMA THRIPS PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcasL.)

BAB I  PENDAHULUAN  
1.1  Latar Belakang Masalah  Indonesia  termasuk  negara  yang  kaya  dengan  berbagai spesies  flora.
Kekayaan  negara  ini  tidak  lain  adalah  anugerah  dari Allah  SWT  yang  telah  menciptakan berbagai macam tumbuhan yang tentunya berguna bagi masyarakat  Indonesia.  Semua  kekayaan  di  bumi  Indonesia  ini  diciptakan  oleh  Allah  SWT  tanpa ada yang sia-sia, seperti dijelaskan dalam surat Ibrahim ayat 32-33 “Allah-lah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan  dari  langit,  Kemudian  dia  mengeluarkan  dengan  air  hujan  itu  berbagai  buahbuahan  menjadi  rezki  untukmu;  dan  dia  Telah  menundukkan  bahtera  bagimu  supaya  bahtera  itu,  berlayar  di  lautan  dengan  kehendak-Nya,  dan  dia  Telah  menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan dia Telah menundukkan (pula)  bagimu matahari dan bulan yang terus  menerus beredar  (dalam orbitnya); dan  Telah menundukkan bagimu malam dan siang.”  Ayat  di  atas  menjelaskan  bahwa  kekayaan  alam  ini  diperuntukkan  bagi  manusia  bukan  diciptakan  tanpa  ada  manfaat  apapun.  Akan  tetapi  untuk  mengetahui manfaat dari suatu hal yang diciptakan oleh Allah manusia dianjurkan  untuk berfikir mencari sesuatu yang belum kita ketahui manfaatnya baik itu benda  mati maupun mahluk hidup seperti hewan dan tumbuhanyang ada dimuka bumi  ini  (Lajnah,  2000).  Orang  yang  berfikir  adalah  orang  yang  mau  memperhatikan  dan  menyelidiki  ciptaan  Allah  seperti  yang  telah  difirmankan  dalam  surat  AnNahl ayat 11 “Dia  menumbuhkan  bagi  kamu  dengan  air  hujan  itu  tanaman-tanaman;  zaitun,  korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya yang demikian itu  benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.”  Potongan  ayat  diatas  telah  menyebutkan  bahwa  berbagai  tanaman  yang  bermanfaat  dan  memiliki  khasiat  bagi  kesehatan.  Pemanfaatan  tanaman  sebagai  insektisida  nabati  merupakan  salah  satu  cara  untuk  mengambil  pelajaran  dan  memikirkan  tentang  kekuasaan  Allah  SWT.  Semua  yang  telah  diciptakan  mempunyai manfaat dan itu merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT (lajnah  (2000) dalam Ahmad, 2008).

Tanaman  jarak  pagar  (Jatropha  curcas L.)  sudah  lama  dikenal  oleh  masyarakat  kita  sebagai  tanaman  pembatas  atau  pagar,  tanaman  obat  dan  penghasil minyak untuk lampu, pada zaman penjajahanJepang minyaknya diolah  untuk bahan bakar pesawat terbang. Tanaman ini diduga berasal dari daerah tropis  di Amerika Tengah dan saat ini telah menyebar diberbagai tempat di Afrika dan  Asia.  Jarak  pagar  merupakan  tanaman  serbaguna,  tahan  kering,  dan  tumbuh  dengan  cepat.  Tanaman  ini  dapat  digunakan  sebagai  kayu  bakar,  mereklamasi  lahan-lahan  tererosi  atau  sebagai  pagar  hidup  dipekarangan  dan  kebun  karena  tidak disukai oleh ternak. Manfaat lain dari minyaknya selain sebagai bahan bakar  juga  sebagai  bahan  untuk  sabun  dan  bahan  industri  lainya.  Tanaman  ini  secara  umum terdapat di pagar-pagar rumah pedesaan di tanah air, dipekuburan, bahkan  tumbuh  liar  di  tepi-tepi  jalan.  Daerah-daerah  yang  berpeluang  untuk  pengembangan  tanaman  jarak  pagar  di  Indonesia  sangat  banyak  dan  luas  (Arif,  2008).
Indonesia  adalah  Negara  yang  mempunyai  iklim  tropis sehingga  pembudidayaan tanaman jarak pagar ini cukup luas. Hal ini telah dilaporkan oleh  Pusat  Penelitian  dan  Pengembangan  Tanah  dan  Agroklimat  (2001)  dan  Sumber  Daya  Iklim  (Balai  Penelitian  Agroklimat  dan  Hidrologi,  (2003))  bahwa  penyebaran  lahan  yang  sesuai  untuk  jarak  pagar  di  Indonesia  meliputi  berbagai  provinsi  diantaranya  Nanggroe  Aceh  Darussalam  (180.139  ha),  Sumatera  Utara  (215.393 ha), Riau (4.269 ha), Jawa Barat (231.011  ha), Jawa Tengah (439.630  ha), Jawa Timur (960.595 ha), Nusa Tenggara Barat (37.877 ha), Nusa Tenggara  Timur (595.421 ha) (Arif, 2008).
Salah  satu  masalah  utama  dalam  budidaya  jarak  pagar adalah  serangan  hama dan penyakit tanaman. Serangan hama yang menyerang tanaman jarak pagar  dapat  berakibat  fatal  yang  mengakibatkan  penurunan  produksi.  Salah  satu  hama  yang  biasa  menyerang  tanaman  Jarak  pagar  adalah  Thrips  (Heliothrips  haemorrhoidalis  Bouche)  Hama Thrips mempunyai panjang tubuh sekitar 1-1,2  mm,  serangga  ini  tergolong  sangat  kecil  namun  masih bisa  dilihat  dengan  mata  telanjang.  Thrips  dewasa  berwarna  kuning  pucat,  coklat  atau  hitam.  Semakin  rendah suhu suatu lingkungan warna Thrips biasanya  lebih gelap. Serangan hama  Thrips yang hebat dapat menurunkan produksi sampai  100% dan mengakibatkan  kerusakan tanaman hingga 50% (Anonymous,  b ).
Untuk  menghindari  kerugian  yang  disebabkan  oleh  hama  thrips  telah  dilakukan  pengendalian  dengan  berbagai  cara,  antara lain  secara  kimiawi  dan  secara  hayati.  Pengendalian  secara  kimiawi  yaitu  usaha  pengendalian  dengan  bahan kimia (insektisida sintetis). Penggunaan insektisida kimia yang berlebihan  dapat  menimbulkan  dampak  pencemaran  lingkungan  (Natawiria,  1973).  Hal  ini  sangat  bertentangan  dengan  firman  Allah  SWT  yang  menyeru  kepada  manusia  agar  bersikap  ramah  terhadap  lingkungan  seperti  firmannya  dalam  surat  Al  Qashash ayat 77 Artinya:  “Dan  carilah  pada  apa  yang  Telah  dianugerahkan  Allah  kepadamu  (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari  (kenikmatan)  duniawi  dan  berbuat  baiklah  (kepada  orang  lain)  sebagaimana  Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di  (muka)  bumi.  Sesungguhnya  Allah  tidak  menyukai  orang-orang  yang  berbuat  kerusakan.”   Ayat  diatas  menjelaskan  bahwa  kita  sebagai  manusia tidak  melakukan  kerusakan  dimuka  bumi  ini  karena  Allah  tidak  menyukai  orang  yang  berbuat  kerusakan seperti halnya penggunaan insektisida sintetik secara berlebihan karena  dapat  mencemari  lingkungan,  maka  salah  satu  cara  untuk  menjaga  kelestarian  lingkungan  dapat  memanfaatkan  potensi  alam  yaitu  tanaman  yang  mengandung  bioinsektisida. Salah satunya adalah tanaman serai (Cymbopogon nardus L.) yang  dapat dimanfaatkan sebagai pengusir serangga karenamengandung zat-zat seperti  Sitronelal dan geraniol. Dalam kehidupan sehari-hari sitronelal digunakan sebagai  obat serangga semprot (Natawiria, 1973).
Senyawa  sitronelal  mempunyai  sifat  racun  dehidrasi  (desiscant).  Racun  tersebut  merupakan  racun  kontak  yang  dapat  mengakibatkan  kematian  karena  kehilangan  cairan  terus  menerus.  Serangga  yang  terkena  racun  ini  akan  mati  karena kekurangan cairan. (Abdillah, 2004 dalam Wahyuni, 2005).
Kardinan  (1992) dalam Hardi dan  Kurniawan (2007) menyatakan bahwa  tanaman sereh wangi merupakan salah satu tanaman penghasil insektisida nabati  yang  mempunyai  kemampuan  untuk  menurunkan  populasi  hama.  Bagian  dari  daun  sereh  wangi  banyak  mengandung  minyak  atsiri  yang  terdiri  dari  senyawa  Sitral,  Sitronelal,  Geraniol,  Mirsena,  nerol,  farsenol  methil  heptenon,  dan  dipentena.  Sedangkan  bahan  aktif  yang  diduga  mematikan  bagi  hama  adalah  Sitronelal dan Geraniol. Dalam konsentrasi tinggi senyawa sitronelal ini memiliki  sifat racun kontak. Sebagai racun kontak, zat tersebut apabila dalam konsentrasi  tinggi  dapat  menyebabkan  kematian  akibat  kehilangan cairan  secara  terusmenerus  sehingga  tubuh  rayap  kekurangan  cairan,  sedangkan  dalam  konsentrasi  rendah dapat bersifat sebagai racun perut.
Sitronelal  dapat  diisolasi  dengan  cara  destilasi  fraksinasi  pengurangan  tekanan atau dengan menggunakan senyawa kimia NaHSO  (Guanter, 1950 dalam  Handayani,  dkk:  2004).  Hasil  penelitian  Handayani,  dkk,  (2004)  yang  berjudul  Reaksi Siklisasi Sitronelal dengan Katalis Polieugenol Sulfonat Tanpa Media dan  dengan  Media  Benzena  menyatakan  bahwa  destilasi  fraksinasi  300  ml  minyak  sereh pada tekanan 61,5 mmHg, dapat memisahkan sitronelal dengan kadar yaitu  64,49 % dengan volume 40 ml, sedangkan hasil redestilasi didapatkan sitronelal  dengan kemurnian yang lebih tinggi yaitu 85,67 % dengan volume 36 ml.

Anshori,  dkk.,  (2008)  dalam  penelitiannya  Siklisasi-Asetilasi  Sitronelal  Dikatalisis FeCl dan ZnCl  menambahkan destilasi pengurangan tekanan 250 mL  minyak  sereh  wangi  pada  kondisi  pemisahan  110-  C/2,5  cmHg  diperoleh  sitronelal difraksi ke-2 sebanyak 45% (± 112,5 mL)  dan redestilasi pada kondisi  yang sama diperoleh sitronelal sebanyak 89,82%.

Download lengkap Versi PDF