Skripsi Kimia:EFEKTIFITAS KOAGULASI ION PARAQUAT (1,1-DIMETIL,4,4-BIPIRIDILIUM) MENGGUNAKAN BIJI KELOR (Moringa OleiferaLamk)

BAB I  PENDAHULUAN  
1.1 Latar Belakang   Akhir-akhir ini, penggunaan herbisida di bidang pertanian dan perkebunan  mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Penggunaan herbisida merupakan  bagian penting dalam sistem pertanian modern. Hal ini dikarenakan, penggunaan  herbisida dan pestisida lainnya dianggap memberikankontribusi yang besar dalam  peningkatan produktifitas pertanian.
Paraquat  (1,1-dimetil,4,4-bipiridilium)  merupakan  bahan  aktif  herbisida  jenis  gramoxone,  yang  banyak  digunakan  di  lahan  pertanian.   Paraquat  diklasifikasikan  sebagai  herbisida  golongan  piridin yang  non  selektif  dan  digunakan  untuk  membunuh  gulma  yang  diaplikasikan  pra-tumbuh  (Humburg,  et.all.,1989; Muktamar dkk, 2004: 11).
Penggunaan  paraquat  memiliki  dampak  yang  cukup  signifikan  bagi  kerusakan  lingkungan.  Pencemaran  tersebut  menyebabkan  gangguan  pada  mikroorganisme  tanah  dan  tanah  kurang  efisien  karena  bahan  aktif  herbisida  dijerap oleh tanah. Paraquat juga relatif stabil pada suhu, tekanan dan pH normal.
Hal ini  memungkinkan paraquat lebih stabil di dalamtanah. Sifat paraquat juga  mudah larut dalam air, menjadikan paraquat sebagai senyawa yang mudah tercuci  oleh  air  hujan  atau  air  irigasi,  sehingga  mencemari sistem  perairan  (Hartzler,  2002; Muktamar dkk, 2004: 12).

1   Memperhatikan  dampak  negatif  yang  ditimbulkan  paraquat,  maka  residu  paraquat  harus  dikendalikan,  agar  kandungan  residu  dalam  tanah  tidak  merusak  ekosistem  alam.  Keseimbangan  ekosistem  akan  tetap  berlangsung  jika  manusia  bersikap  ihsân terhadap  lingkungannya.  Pemeliharaan,  pembinaan  dan  usaha  pelestarian  lingkungan  hidup  adalah  termasuk  urusan duniawi  atau  masalah  muamalah, yang berkaitan dengan pengaturan hubungan antara manusia dengan  lingkungannya.  Al-Qur’an  mendorong  manusia  untuk  mengendalikan  diri  tidak  berbuat  kerusakan  dan  memerintahkan  agar  menciptakan  keseimbangan  lingkungan (Gani dan Umam, 1994: 177).
Agar  tetap  terpelihara  keseimbangan  dan  kelestarian hidup  manusia  dan  makhluk-makhluk  lainnya,  maka  Allah  telah  memperingatkan  kepada  manusia  dalam al-Qur’anDan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,  sesudah (Allah)  memperbaikinya  dan  berdoalah  kepada-Nya  dengan  rasa takut  (tidak  akan  diterima)  dan  harapan  (akan  dikabulkan).  Sesungguhnya  rahmat  Allah  amat  dekat kepada orang-orang yang berbuat baik  (Qs. Al-A’raf / 7 : 56)  Kelestarian  lingkungan  harus  tercipta,  salah  satu  caranya  dengan  pengendalian dan penanganan residu paraquat. Langkah-langkah tersebut, antara  lain membatasi penggunaan paraquat dan penanganan residu. Penanganan residu  paraquat  dapat  dilakukan  sebagaimana  penanganan  limbah  industri,  yaitu  pengolahan  limbah  secara  kimiawi  melalui  proses  koagulasi  flokulasi.  Proses   koagulasi  terjadi  dengan  menambahkan  koagulan  sehingga  terjadi  proses  destabilisasi muatan.
Ada  beberapa  faktor  yang  mempengaruhi  dalam  proses  koagulasi  diantaranya  dosis  koagulan,  kecepatan  pengadukan,  derajat  keasaman,  waktu  pengadukan, dan jenis koagulan (Metchalf and Edy, 1994). Jenis koagulan yang  digunakan  dalam  proses  pengolahan  limbah  adalah  alumunium  sulfat,  kalsium  hidroksida,  fero  sulfat  dan  feri  sulfat.  Koagulan-koagulan  tersebut  bekerja  pada  pH  tertentu  dan  mahal.  Akhir-akhir  ini,  banyak  penelitian  yang  mempelajari  mengenai  koagulan  alami  yaitu  biji  kelor.  Biji  kelor  dapat  digunakan  sebagai  koagulan  pada  pH  berapapun  dan  merupakan  koagulan  alami  yang  ramah  lingkungan.
 Kelor  merupakan  tumbuhan  yang  banyak  ditemukan  di Mesir,  Pakistan,  Cuba,  Jamaika,  Nigeria,  Sudan,  dan  Ethiopia.  Kelor  juga  merupakan  sumber  vitamin  A,  B,  C,  sumber  protein,  kalsium,  zat  besi, sebagai  obat-obatan,  bahan  baku  pembuatan  sabun  dan  kosmetik,  dan  juga  dapat  dimanfaatkan  sebagai  penjernih  air  (Hidayat,  2006:  13).  The  Environmental  Engineering  Group di  Universitas  Leicester,  Inggris,  telah  mempelajari  potensi  penggunaan  koagulan  alami dalam proses pengolahan air dalam skala kecil, menengah dan besar dengan  menggunakan  tepung  biji  Moringa  oleifera Lamk  sebagai  koagulan.  Hal  ini  dikarenakan  biji  kelor  mempunyai  zat  aktif  4-α L-rhamnosyloxy-benzilisothiocyanate. Zat aktif itu berfungsi untuk mengadsorpsi sekaligus menetralkan  tegangan permukaan dari partikel-partikel air limbah (Winarno, 2003, http://www.
 ampl.or.id/  detail/detail01.php?  tp=artikel&jns=wawasan&kode=1574,  diakses  tanggal 5 Maret 2006).
 Penelitian tentang biji kelor sering dilakukan dalam proses penjernihan air  dan limbah logam, namun belum banyak diarahkan kepada limbah herbisida. Hal  inilah  yang  mendorong  penulis  untuk  mengadakan  penelitian  yang  berjudul  “efektifitas  koagulasi  ion  paraquat  (1,1-dimetil,4,4-bipiridilium)  menggunakan  biji kelor (Moringa Oleifera Lamk).
1.2 Rumusan Masalah  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah  penelitian  ini  adalah  bagaimana  efektifitas  proses  koagulasi  ion  paraquat  menggunakan biji kelor?  1.3 Tujuan  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas proses koagulasi  ion paraquat menggunakan biji kelor.
1.4 Batasan masalah  1.  Senyawa  yang  dipakai  penelitian  adalah  paraquat  dengan  nama  lain  paraquat diklorida merk Gramoxone produk PT. Syngenta Indonesia.
2.  Biji  kelor  yang  digunakan  adalah  biji  kelor  yang  telah  tua  dan  telah  dikeringkan.
 3.  Pengamatan  yang  dilakukan  adalah  dengan  menvariasi  dosis  biji  kelor,  waktu pengendapan, dan pH.
1.5 Manfaat   Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada seluruh  pihak  baik  masyarakat,  mahasiswa,  khalayak  luas  dan khususnya  buat  penulis,  mengenai:  1.  Peningkatan  manfaat  kelor.  Kelor  selain  digunakan  sebagai  bahan  konsumsi  masyarakat  juga  mempunyai  kegunaan  lain  yang  sangat  signifikan  bagi  kelestarian  alam  yaitu  sebagai  koagulan  yang  ramah  lingkungan.
2.  Memberikan metode alternatif pengolahan limbah pestisida.
 BAB II  TINJAUAN PUSTAKA  2.1  Urgensi Teknologi Dalam Kehidupan Manusia  Seiring  berkembangnya  isu  globalisasi,  kemajuan  teknologi  dan  industri  semakin  meningkat  tajam.  Awalnya  bertujuan  demi  memperbaiki  kehidupan  manusia  agar  lebih  layak,  namun  lambat  laun  kemajuan  itu  sedikit  demi  sedikit  menyeret  manusia  kepada  kehidupan  yang  tidak  kenal  batas  dan  kurang  menghargai  nilai  hidup,  misalnya  menggunakan  bahan-bahan  kimia  berbahaya  untuk  keperluan  sehari-hari  hingga  merusak  ekosistem  kehidupan,  membangun  pabrik-pabrik bercerobong asap hingga mencemari udara dan sebagainya.

Islam merupakan salah satu agama yang menuntun taraf hidup yang maju  dan  modern.  Ajaran  islam  bersifat  mengubah  total  dari  pemikiran-pemikiran  jahiliyah kepada pemikiran yang maju dan baik. Ajaran Islam  menegaskan  agar  kita  mau  memahami  isi  dunia  dengan  pengetahuan  yang luas  (Abdul  Fatah  dan  Sudarsono, 2005: 60).

Download lengkap Versi PDF