Skripsi Kimia:EFEKTIFITAS BIJI KELOR (Moringa oleifera, LAMK) SEBAGAI KOAGULAN FOSFAT DALAM LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT (Studi Kasus di RSU Dr. Saiful Anwar Malang)

BAB I PENDAHULUAN
 1.1  Latar Belakang Pembangunan  merupakan  salah  satu  usaha  manusia  untuk  memenuhi kebutuhannya.  Pembangunan  dapat  membawa  dampak  positif  bagi  masyarakat, tetapi  pembangunan  juga  dapat  membawa  resiko  terjadinya  pencemaran  dan kerusakan  lingkungan,  sehingga  struktur  dan  fungsi  dasar  ekosistem  sebagai penunjang kehidupan dapat mengalami kerusakan (Zamroni, 2005).
Yuniato  (2005:  1)  menjelaskan  bahwa  pembangunan  juga  harus berwawasan  lingkungan  yang  disertai  pengolahan  limbah  yang  terpadu  sehingga kerusakan  struktur  dan  fungsi  dasar ekosistem    yang  berakibat  penurunan  kualitas keseimbangan lingkungan dapat dihindari.
Rumah  sakit  merupakan  salah  satu  wujud  pembangunan  sarana  di  bidang kesehatan  yang  keberadaannya  dapat  menimbulkan  dampak  positif  dan  negatif.
Dampak  positif  dari  pembangunan  rumah  sakit  adalah  meningkatnya  derajat kesejahteraan  dan  kesehatan  masyarakat,  sedangkan  dampak  negatifnya  adalah sampah  dan  limbah  medis  maupun  nonmedis  yang  dapat  menimbulkan  penyakit dan pencemaran yang perlu perhatian khusus (Wisaksono, 2001).
Limbah  cair  rumah  sakit  banyak  mengandung  senyawa  organik (Cristiningrum,  2008:  12).  Senyawa  organik  tersebut  dapat  berupa  protein, karbohidrat  dan  lemak.  Senyawa  organik  membutuhkan  oksigen  yang  lebih banyak  dalam  degradasi  (dekomposisi)  sehingga  terjadi  penurunan  oksigen  dalam   biota perairan dan mengakibatkan peristiwa ikan munggut (ikan mati secara masal akibat kekurangan oksigen) (Fahrizal, 2004: 1).

Dampak  limbah  cair  yang  mengandung  senyawa  organik  ini  umumnya disebabkan oleh detergen. Detergen  sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa  kajian  menyebutkan  bahwa  detergen  memiliki  kemampuan  untuk melarutkan  bahan  bersifat  karsinogen,  misalnya  Benzonpyrene,  selain  gangguan terhadap  masalah  kesehatan,  kandungan  detergen  dalam  air  minum  akan menimbulkan  bau  dan  rasa  tidak  enak.  Detergen  sering  menggunakan  senyawa fosfat  untuk  bahan  pengisi  yang  berfungsi  mencegah  menempelnya  kembali kotoran (Fahrizal, 2008: 1) Fosfat  merupakan  salah  satu  polutan  pencemaran  air.  Fosfat  tergolong senyawa  mikronutrien  berupa  senyawa  fosfor.  Fosfat  dalam  konsentrasi  melebihi baku  mutu  akan  mengganggu  keseimbangan  kehidupan  di  perairan,  racun terhadap  mikroorganisme  dan  bersifat  korosif  (Fachrul,  dkk.,  2006).  Konsentrasi fosfat  yang  berlebihan  di  dalam  badan  air  akan  menyebabkan  pertumbuhan tanaman air yang tidak terkendali (eutrofikasi).
Ledakan  pertumbuhan  ini  menyebabkan  berkurangnya  oksigen  yang seharusnya  digunakan  bersama  oleh  seluruh  tumbuhan  dan  hewan  air.
Dekomposisi dari  tanaman yang  telah mati  dapat menyerap  lebih banyak oksigen, sehingga  berakibat  penurunan  aktivitas  bakteri  atau  kerusakan  ekosistem  perairan karena  banyaknya  tumbuhan  atau  hewan  yang  mati  (Dewi,  dkk.,  2003  dan Masduqi,  2004).  Konsentrasi  fosfat  yang  melebihi  ambang  batas  yaitu  2  ppm dalam perairan dapat mengakibatkan ganggguan tulang pada kesehatan manusia di   lingkungan  sekitarnya  (Djabu,et al.,1991 dalam  Soeparman dan  Soeparmin, 2001: 9).
Yuniato  (2005)  menyatakan  bahwa  kadar  fosfat  limbah  cair  rumah  sakit umum  Dr.  Saiful  Anwar  Malang  melebihi  batas  ambang  menurut  standar  limbah cair  rumah  sakit  Jawa  Timur.  Kadar  fosfat  (PO 3-)  pada  outlet  limbah  cair  rumah sakit  mencapai  6,85  ppm  sedangkan  batas  ambang  yang  ditetapkan  pemerintah KEPMEN. LH. No.Kep-58/MENLH/12/1995 sebesar 2 ppm.
Konsentrasi  fosfat  yang  melebihi  ambang  batas  dapat  mengganggu keseimbangan  kehidupan  biota  di  perairan  pembuangan  terakhir  (sungai  Brantas).
Pencemaran  air  akan  berlanjut  ke  lingkungan  sekitarnya  sehingga  pencemaran  ini akan  selalu  berkesinambungan  dan  berakhir  pada  kerusakan.  Allah  Swt  berfirman dalam Qs. ar-Rûm 41”Telah  nampak  kerusakan  di  darat  dan  di  laut  disebabkan  karena perbuatan  tangan  manusia,  supaya  Allah  merasakan  kepada  mereka  sebagian dari  (akibat)  perbuatan  mereka,  agar  mereka  kembali  (ke  jalan  yang  benar)”  (Qs. ar-Rûm/30:41).
Ayat  di  atas  menjelaskan  bahwa  semesta  alam  ini  telah  diciptakan  Allah Swt  dalam  satu  sistem  dan  sesuai  dengan  kebutuhan  hidup  manusia,  tetapi  telah terjadi ketidakseimbangan  lingkungan  (al-fas[1]d)  dalam  sistem kerja  semesta alam yang  disebabkan  oleh  perbuatan  manusia  sendiri  (kasabat  aidî  an-n[1]s).
Ketidakseimbangan  di  darat  dan  laut    (al-fas[1]d  fî  al-barri  wa  al-bahr)  akan   mengakibatkan  bencana  bagi  kehidupan  manusia  (Shihab,  2002:  77-78).  Allah Swt  berfirman  dalam  Qs.  ash-Qashash  77  yang  menjelaskan  bahwa  Allah  Swt tidak  menyukai  manusia-manusia  yang  berbuat  kerusakan  lingkungan  (almufsidîn) karena akan berdampak terhadap keseimbangan alam.
”Dan  janganlah  kamu  berbuat  kerusakan  di  (muka)  bumi.  Sesungguhnya Allah  tidak  menyukai  orang-orang  yang  berbuat  kerusakan”  (Qs.  ashQashash/28: 77).
Pengolahan  limbah rumah sakit adalah  bagian  dari  penyehatan  lingkungan  di  rumah  sakit yang  bertujuan  melindungi  masyarakat  dari  bahaya  pencemaran  lingkungan  yang  bersumber  dari limbah  rumah  sakit  (Anonimous,  2006).  Pengolahan  limbah  cair  yang  mengandung fosfat  dapat  dilakukan  secara  kimia  yaitu  menggunakan  metode  koagulasi dengan penambahan  bahan  koagulan,  seperti  aluminium  (tawas)  dan  garam-garam  besi seperti  FeCl2.  Pengolahan  limbah  cair  menggunakan  koagulasi  ini  sangat  efektif dalam pengurangan fosfat (Yunianto, 2005).
Pengolahan  air  limbah  dengan  pengendapan  telah  dilakukan  oleh  Badan Pengkajian  dan  Penerapan  Teknologi  (BPPT)  yaitu  dengan  pengendapan  kimia ferosulfat  dengan  persentase  pengurangan  BOD  94%,  COD  92%,  zat  padat tersuspensi  94%  dan  warna  95%  (Anonimous a ,  2007).  Pengolahan  air  limbah menggunakan  koagulan  kimia  seperti  tawas  dapat  menyebabkan  korosif  karena penambahan  tawas  menyebabkan  perubahan  pH  larutan  menjadi  asam  dan penyakit Alzheimer.

 Salah  satu  alternatif    pemecahan  pengolahan  air  limbah  adalah  mengolah air  limbah  menggunakan  biji  kelor  sebagai  koagulan  alami.  Hasil  penelitian Hidayat  (2003)  tentang  efektifitas  bioflokulan  biji  kelor  dalam  proses  pengolahan limbah  cair  industri  pulp  dan  kertas  menggunakan  parameter  yang  diamati  yaitu waktu  pengendapan,  nilai  warna,  nilai  kekeruhan,  Total  Suspended  Solid  (TSS), Chemical Oxygen Demand  (BOD), dan Biologycal Oxygen Demand (COD). Hasil penelitian  menunjukkan  bahwa  bioflokulan  biji  kelor  pada  konsentrasi  1500  ppm mampu  mengendapkan  flok  limbah  cair  industri  pulp  dan  kertas  dalam  waktu   menit  20  detik,  efektifitas  nilai  warna  69,79  %,  nilai  kekeruhan  91,47  %,  TSS 18,45  %,  COD  75  %,  dan  BOD  81,49  %  (Hidayat,  2003  dalam  Savitri,  dkk., 2006).

Download lengkap Versi PDF