Skripsi Kimia:EFEKTIFITAS BIOFLOKULAN BIJI KELOR (Moringa Oleifera Lamk.) Dalam MENGURANGI KADAR Cr (VI)

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Dekade  ini,  pencemaran  terhadap  lingkungan  berlangsung  di  mana-mana dengan  laju  yang  sangat  cepat  dan  beban  pencemaran  dalam  lingkungan  sudah semakin berat seiring dengan semakin banyaknya industri yang membuang limbah di  perairan.  Menurut  SK  Menteri  Kependudukan  Lingkungan  Hidup No.02/MENKLH/1988,  pencemaran  adalah  masuk  atau  dimasukkannya  makhluk hidup,  zat,  energi,  dan/atau  komponen  lain  ke  dalam  air/udara,  dan/atau berubahnya  tatanan  (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga  kualitas  air/udara  menjadi  kurang  atau  tidak  dapat  berfungsi  lagi  sesuai dengan peruntukannya (Anynomous, 2007).
Pencemaran  terhadap  lingkungan  dapat  menimbulkan  permasalahan  yang perlu  ditangani  secara  khusus  salah  satunya  adalah  logam  berat.  Permasalahan spesifik  yang  ditimbulkan  dari  pencemaran  logam  berat  di  lingkungan  adalah terjadinya  akumulasi  pada  rantai  makanan  dan  akan  menyebabkan  kerusakan  atau keracunan  pada  manusia  atau  hewan  yang  mengkonsumsinya,  menyebabkan kerusakan pada udara, air dan tanah bila konsentrasi logam berat terlalu tinggi.

Banyak  bencana  yang  terjadi  diakibatkan  logam  berat  karena  kelalaian manusia  sehingga  mengakibatkan  penderitaan  bagi  masyarakat,  seperti  kasus Teluk  Buyat  di  Indonesia  dan  kasus  Teluk  Minamata  di  Jepang.  Masyarakat  pada contoh  kasus  tersebut  mengalami  kelainan  fisik,  penurunan  mental,  dan  kematian    setelah  mereka  memanfaatkan  air  yang  tercemar  logam  berat  di  teluk  untuk kebutuhan sehari-hari.
Kasus  keracunan  akibat  logam  berat  di  atas  terjadi  akibat  kelalaian  kita sendiri,  sehingga  bencana  juga  akan  menimpa  manusia  itu  sendiri.  Allah  Swt  dan Rasul-Nya  telah  memperingatkan  kepada  manusia  agar  jangan  melakukan kerusakan di bumi, akan tetapi manusia mengingkarinya. Allah Swt berfirman “Dan  bila  dikatakan  kepada  mereka:  “Janganlah  membuat  kerusakan  di muka  bumi”,  Mereka  menjawab:  “Sesungguhnya  kami  orang-orang  yang mengadakan perbaikan.” (QS. Al-Baqarah/2 :11).
Keingkaran  mereka  disebabkan  oleh  keserakahan  mereka  dan  mereka mengingkari  petunjuk  Allah  Swt  dalam  mengelola  bumi,  sehingga  terjadilah ketidak  seimbangan  dalam  sistem  kerja  bumi.  Ketidak  simbangan  menyebabkan terjadinya  bencana  alam  dan  kerusakan  di  bumi  karena  ulah  tangan  manusia.
Allah Swt berfirman “Telah  nampak  kerusakan  di  darat  dan  di  laut  disebabkan  karena perbuatan  tangan  manusia,  supaya  Allah  merasakan  kepada  mereka  sebagian dari  (akibat)  perbuatan  mereka,  agar  mereka  kembali  (ke  jalan  yang  benar)”  (QS. Ar-Rum/30 : 41).
Logam  berat  sangat  berpotensi  dalam  memberikan  konstribusi  terhadap terjadinya  masalah  pencemaran  lingkungan  yang  berkaitan  erat  terhadap  dampak negatif  bagi  kesehatan  manusia  dan  biota  lingkungan  perairan  jika  melebihi ambang  batas.  Pencemaran  logam  berat  pada  makanan  (ikan  dan  hasil  olahannya)     harus  sesuai  dengan  nilai  ambang  batas  maksimum  yang  telah  ditentukan  oleh Dirjen  POM  (Direktorat  Jendral  Pengawasan  Obat  dan  Makanan)  nomor  : 03725/B/SK/VII/89  adalah  sebesar  500  ppb  (0,5  ppm)  (Sudarmaji,  2005),  karena itu pemakaian logam berat harus dibatasi.
Salah  satu  logam  berat  yang  sering  mencemari  lingkungan  dan  berbahaya adalah logam Cr. Pencemaran logam Cr di perairan dihasilkan dari proses industri seperti  tekstil,  keramik,  dan  lain-lain.  Kromium  (Cr)  termasuk  logam  berat  yang mempunyai  daya  racun  tinggi.  Nilai  LC50  (konsentrasi  letal  terhadap  waktu paparan)  untuk  kromium  pada  ikan  adalah  7  dan  400  ppm  dan  untuk  alga  adalah 0.032-6.4  ppm  (Anonymous, 2007).  Sifat  racun  yang  dibawa oleh  logam  ini dapat mengakibatkan  terjadinya  keracunan  akut,  kronis,  dan  karsinogenik  (Palar, 1994:139). Upaya dalam menanggulangi dan menurunkan konsentrasi logam berat dalam  limbah  sebelum  dibuang  ke  lingkungan  harus  dilakukan  agar  terhindar  dari keracunan logam berat.   Suatu metode dibutuhkan untuk memisahkan ion logam agar terhindar dari keracunan  dan  menurunkan  konsentrasi  logam  berat  Kromium  di  lingkungan perairan.  Metode  koagulasi  merupakan  salah  satu  metode  alternatif  yang  tidak membutuhkan  biaya  yang  terlalu  besar  dan  efektif  dalam  mengendapkan  partikelpartikel  ion  logam  berat  yang  sulit  mengendap.  Metode  koagulasi  adalah  proses pencampuran  koagulan  dan  air  baku  yang  disertai  dengan  pengadukan  secara cepat  di  dalam  suatu  wadah,  agar  diperoleh  suatu  campuran  koagulan  sehingga proses  pembentukan  gumpalan  atau  flok  dapat  terjadi  secara  merata  pula.  Faktorfaktor  yang  harus  diperhatikan  dalam  proses  koagulasi  agar  memperoleh  hasil    yang  optimum  adalah  dosis  koagulan,  kecepatan  pengadukan,  derajat  keasaman (pH),  waktu  pengendapan,  pengaruh  garam-garam  di  air,  pengaruh  kekeruhan, pengaruh  jenis  koagulan,  pengaruh  temperatur,  dan  komposisi  kimia  larutan.
Berbagai  jenis  koagulan  sudah  banyak  diteliti  kemampuannya  dalam  proses pengolahan  limbah  salah  satunya  Biji  Kelor  (Moringa  oleifera  Lamk) (Anonymous, 2006).
Biji  kelor  (Moringa  oleifera  Lamk)  merupakan  buah  dari  tumbuhan  kelor yang  memiliki  kandungan  protein  yang  cukup  tinggi,  vitamin  A,  vitamin  B, vitamin  C,  zat  besi,  kalsium,  sebagai  bahan  pembuatan  sabun  dan  kosmetik.  Biji kelor  (Moringa  oleifera  Lamk)  juga  mampu  mengadsorpsi,  menggumpalkan sekaligus  menetralkan  tegangan  permukaan  dari  partikel-partikel  air  limbah,  hal ini  disebabkan  adanya  zat  aktif  4-alfa-4-rhamonsiloxy-benzil-isothiocyanate  yang terkandung dalam biji kelor (Ritwan, 2004).
Pemanfaatan biji kelor (Moringa oleifera Lamk) dalam pengolahan limbah dan  air  baku  baik  sekala  kecil,  sedang  dan  besar  telah  banyak  dilakukan  dan dipelajari.  Menurut  penelitian  Rahardjanto,  biji  kelor  dapat  digunakan  untuk memperbaiki  sifat  fisiko  kimia  air  limbah  industri  tekstil.  Parameter  yang  diamati meliputi  turbiditas,  warna,  waktu  pengendapan,  zat  padat  total,  COD,  amonium, nitrat,  Cd,  Mn,  Cr,  Cu,  dan  Pb.  Hasil  penelitian  ini  memperlihatkan  bahwa  biji kelor  (Moringa  oleifera  Lamk)  dapat  meningkatkan  kualitas  air  limbah  industri tekstil.  Efektifitas  bioflokulan  pada  konsentrasi  optimum  (2250  ppm)  berturutturut  adalah  99,84  %;  99,25  %;  90,83  %;  79,9  %;  75,36  %;  83,70  %;  20,8  %; 99,94  %;  82,06  %;  75  %;  59,05  %  dan  16,15  %.  Bioflokulan  Moringa  oleifera    Lamk  dapat  mereduksi  parameter  fisiko  kimia  lebih  baik  dibandingkan  PAC  dan mampu  meningkatkan  kualitas  air  limbah  sesuai  dengan  baku  mutu  limbah  cair dan  kriteria  kualitas  air.  Dengan  demikian  biji  kelor  dapat  digunakan  sebagai alternatif bioflokulan untuk air limbah industri tekstil (Rahardjanto, 2004).

Penelitian  ini  diarahkan  pada  faktor-faktor  yang  dapat  mempengaruhi keberhasilan  suatu  proses  koagulasi  yaitu  meliputi  dosis  optimum,  waktu pengendapan  optimum  dan  pH  larutan  optimum.  Selain  berpangaruh  terhadap efisiensi  bioflokulan  biji  kelor  (Moringa  oleifera  Lamk),  pH  berpangaruh terhadap  kondisi  anion  yang  dibentuk  oleh  Cr(VI)  dalam  larutan  yaitu  CrO 2-, Cr2O 2-dan  HCrO -.  Waktu  pengendapan  dosis  optimum  yang  cukup  diperlukan untuk mencapai kesetimbangan pengendapan.

Download lengkap Versi PDF