PENDAHULUAN
Latar Belakang Negara Indonesia
sebagai negara agraris sedang mengalami kesulitan dalam mempertahankan ketahanan pangan dimana pangan
pokok yang dikenal masyarakat Indonesia adalah
bersumber dari produk pertanian. Berdasarkan rumusan musyawarah perencanaan pembangunan pertanian tahun 2006, arah
kebijakan pembangunan pertanian tahun 2005 – 2009 dilaksanakan melalui tiga
program, yaitu (1) Program peningkatan ketahanan pangan, (2) Program pengembangan agribisnis, dan (3)
Program peningkatan kesejahteraan petani.
Operasionalisasi program
peningkatan ketahanan pangan dilakukan melalui peningkatan produksi pangan, menjaga ketersediaan pangan
yang cukup, aman dan halal di setiap daerah setiap saat dan antisipasi agar tidak terjadi
kerawanan pangan. Pembangunan sub sektor tanaman pangan akan difokuskan pada akselerasi
peningkatan produktivitas di daerah yang tingkat produktivitasnya masih rendah
(Warsana, 2007).
Seperti diketahui bersama bahwa
penelitian mengenai peningkatan ketahanan pangan telah banyak dilakukan peneliti terutama
diversifikasi pangan tetapi tetap saja masalah kerawanan pangan terjadi di Indonesia. Bahkan
masalah semakin rumit lagi dimana semakin banyaknya jumlah impor yang mengakibatkan
masalah baru di bidang pertanian salah satunya terjadi penurunan pendapatan petani. Menurut
BPS jumlah komoditas tanaman pangan di Indonesia
ada 7 jenis yakni padi, jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ubi jalar
dan ubi kayu.
Di Indonesia angka produksi
kacang tanah, diantara jenis kacang-kacangan lainnya, menempati urutan kedua setelah kedelai.
Meskipun demikian tanaman ini memiliki kendala untuk peningkatan produksinya. Kendala
tersebut berupa pengolahan tanah yang kurang optimal sehingga drainasenya buruk dan
struktur tanah padat, pemeliharaan tanaman yang kurang optimal, serangan hama dan penyakit
(bercak daun, karat, virus, dan layu bakteri), penanaman varietas yang berproduksi rendah,
mutu benih yang rendah dan kekeringan (Suprapto,
2000).
Komoditas tanaman pangan kacang
tanah telah dimanfaatkan sebagai salah satu substitusi bahan baku minyak goreng. Menurut
AAK (2000) setiap 100 Kg kacang tanah, dapat
menghasilkan minyak antara 40-60 liter.
Kacang tanah dapat dikonsumsi
dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai bahan sayuran, saus, dan digoreng atau direbus.
Sebagai bahan industri dapat dibuat keju, mentega, sabun, dan minyak. Daun kacang tanah dapat
digunakan untuk pakan ternak dan pupuk. Hasil sampingan dari pembuatan minyak berupa bungkil
dapat dijadikan oncom dengan bantuan fermentasi
jamur (Suprapto, 2000).
Sebagai bahan pangan dan pakan
ternak yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40-50%), protein (20%),
karbohidrat serta vitamin (A,B,C,D,E dan K).
Disamping itu, juga mengandung
bahan-bahan mineral antaralain Ca, Cl, Fe, Mg, P, K dan S (Suprapto, 2000).
Pemanfaatan kacang tanah yang
beraneka ragam tersebut diakibatkan semakin meningkatnya pengolahan terhadap produk kacang
tanah. Akan tetapi bila diperhatikan penurunan
luas lahan untuk kacang tanah terus terjadi mulai tahun 2006-2010. Seperti yang
terlihat pada tabel 1 berikut bahwa
setiap tahun terjadi penurunan pada luas panen dan produksi kacang tanah Tabel 1: Luas panen (Ha), Produksi (Ton) dan
Produktivitas (Ku/Ha) Kacang Tanah di Indonesia
Tahun 2006- Tahun Luas Panen(Ha) Produksi(Ton) Produktivitas(Ku/Ha) 2006 706.753
838.096 11, 2007 660.480
789.089 11, 2008 633.922
770.054 12, 2009 622.616
777.888 12, 2010 620.563
779.228 12, Sumber: www.bps.go.id
Pengurangan luas lahan yang setiap tahun terjadi menimbulkan besar kemungkinan pengaruhnya terhadap pengurangan produksi ke
tahun-tahun berikutnya dan tidak menutup kemungkinan untuk jumlah kacang tanah impor
pun terus meningkat dan hingga kini sudah menguasai 60% pasar kacang tanah di dalam
negeri (Anonimous , 2011).
Dilihat dari selera konsumen, di
Sumatera Utara konsumen lebih suka produk lokal daripada produk impor karena rasanya yang
gurih dan manis walaupun ukuran butir kacang lokal tergolong kecil dibandingkan kacang
tanah impor, akan tetapi konsumen lebih memilih untuk membeli kacang tanah produk impor karena
harganya lebih murah.
Peningkatan impor kacang tanah
secara khusus di Sumatera Utara terjadi juga akibat penurunan produksi kacang
tanah mulai tahun 2009- 2011 yaitu 16.771 ton tahun 2009 16.449 ton tahun 2010, menjadi 10.550 ton tahun 2011.
Penurunan produksi tersebut terjadi akibat berkurangnya areal budidaya kacang tanah dari
tahun 2009 seluas 14.294 hektar menjadi 10.375
hektar pada tahun 2011 (Anonimous ,
2011).
Hal yang mengakibatkan penurunan
produksi di dalam negeri dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi (luas lahan, benih,
pupuk, tenaga kerja, dan obat-obatan)
yang digunakan oleh petani. Dalam mengusahakan usahataninya petani selalu berusaha menggunakan sumber daya yang dimilikinya
(lahan, tenaga kerja, alat pertanian, dan modal) seefisien mungkin.
Salah satu daerah di wilayah
provinsi Sumatera Utara yang potensial dikembangkan untuk menjadi sentra produksi kacang tanah
lokal adalah Kabupaten Tapanuli utara. Karena di daerah ini ada ditemukan makanan khas yang
terbuat dari kacang tanah antara lain kacang sihobuk. Luas panen kacang tanah pada tahun
2007 di kabupaten Tapanuli utara 2.711 Ha sementara pada tahun 2009 berkurang menjadi
2.198 Ha, demikian juga hal nya dengan produksi
tahun 2007 sebanyak 4.801 ton dan tahun 2009 menjadi 3.891 ton (BPS, 2009).
Angka-angka di atas menunjukkan
penurunan luas lahan dan produksi di Kabupaten Tapanuli Utara dengan demikian penulis menetapkan judul
yakni untuk menganalisis produksi dan pendapatan
usahatani petani kacang tanah dan Kabupaten Tapanuli Utara menjadi daerah penelitian.
Rumusan Masalah Berdasarkan
uraian latar belakang di atas maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah sistem
usahatani kacang tanah di daerah penelitian?.
2. Bagaimana tingkat produksi
kacang tanah di daerah penelitian?.
3. Faktor-faktor apa yang
mempengaruhi tingkat produksi dan pendapatan usahatani kacang tanah kacang tanah di. daerah
penelitian?.
4. Apakah usahatani kacang tanah
adalah usahatani yang menguntungkan dan layak untuk dikembangkan secara finansial?.
Tujuan Penelitian Dari
permasalahan di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk menjelaskan sistem usahatani kacang
tanah di daerah penelitian.
2. Untuk menjelaskan tingkat produksi kacang
tanah di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat produksi dan pendapatan usahatani kacang tanah di daerah
penelitian.
4. Untuk menganalisis pendapatan usahatani dan
kelayakan usahatani kacang tanah.
Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah
maupun lembaga lainnya dalam mengambil
kebijaksanaan bidang analisis ekonomi usahatani kacang tanah 2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi
para petani mengenai kelayakan usahatani
kacang tanah di daerah penelitian.
3. Sebagai bahan informasi dan studi bagi
pihak-pihak yang memerlukan
Skripsi agribusiness:Analisis Produksi Dan Pendapatan Usahatani Kacang Tanah
Download lengkap Versi PDF >>>>>>>KLIK DISINI
Bab I
|
Download
| |
Bab II
|
Download
| |
Bab III - V
|
Download
| |
Daftar Pustaka
|
Download
| |
Lampiran
|
Download
|
