Skripsi Ekonomi:ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR, ANGKATAN KERJA DAN PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP PDB INDONESIA


 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomianbiasanya ditujukan  untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari negara yang bersangkutan.
Begitu juga dengan negara Indonesia memiliki cita – cita untuk mewujudkan  masyarakat yang adil dan makmur, sehingga untuk mewujudkan cita – cita itu,  pelaksanaan pembangunan menjadi sangat penting.
Menurut Todaro, pembangunan harus dimengerti sebagai suatu proses  multi-dimensi yang melibatkan reorganisasi dan reorientasi dari seluruh sistem  sosial dan ekonomi yang ada. Selain masalah – masalah menyangkut peningkatan  pendapatan dan produksi, pembangunan umumnya juga melibatkan perubahan – perubahan yang radikal dalam struktur kelembagaan, sosial dan administrasi, dan  juga sikap, nilai – nilai bahkan adat kebiasaan dan kepercayaan (Todaro, 1999).
Pembangunan ekonomi merupakanusaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi  riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan,  peningkatan keterampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan  manajemen. Dan salah satu indikator keberhasilan pembangunan   adalah  pertumbuhan ekonomi.

Suatu perekonomian dikatakan bertumbuh jika jumlah barang dan jasanya  meningkat. Tingkat pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh pertumbuhan produksi  barang-barang dan jasa-jasa  oleh suatu negara. Untuk menentukan tingkat  pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, maka perlulah dihitung   PDB negara tersebut. Angka yang digunakan untuk menafsir perubahan output  adalah nilai moneternya (uang) yang tercermin dalam nilai Produk Domestik  Bruto (PDB).
Untuk mengukur perumbuhan ekonomi, nilai PDB yang digunakan adalah  PDB berdasarkan harga konstan. Sebab dengan menggunakan harga konstan,  pengaruh perubahan harga telah dihilangkan, sehingga angka yang muncul adalah  nilai uang dari  total output barang dan jasa. Perubahan nilai PDB sekaligus  menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan selama  periode pengamatan (Sukirno, 1995).
Pertumbuhan ekonomi berarti kegiatan perekonomian suatu negara  mengalami perkembangan, dimana barang dan jasa yang diproduksi masyarakat  meningkat dan juga masyarakat mengalami perubahan hidup menjadi lebih  sejahtera. Setiap negara khususnya negara berkembang menginginkan  pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi  yang tinggi diperlukan faktor – faktor pendukung seperti modal, tenaga kerja,  sumber daya alam , budaya, dan stabilitas nasional. Begitu juga dengan negara  Indonesia dalam upaya untuk meningkatkan pembangunan ekonomi,  pengendalian jumlah uang beredar sangatlah penting, begitu juga dengan  Penanaman Modal Asing, dan juga angkatan kerja yang memiliki peran dalam  upaya peningkatan perekonomian Indonesia.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997  mengakibatkan nilai PDB mengalami penurunan menjadi 1.314.201 milyar dan  pertumbuhan ekonomi secara nasional menjadi negatif,yaitu menjadi -13,1%.
 Sehingga untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, tentu  diperlukan peranan pemerintah yang berkaitan dengan besarnya proporsi dana  yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai kegiatan perekonomian dan  bagaimana upaya pemerintah dalam menstabilkan jumlah uang yang beredar, serta  bagaimana upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Pemerintah mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Bahkan dalam sejarah Indonesia sejak orde baru hingga sekarang, pemerintah  selalu menjadi motor penggerak perekonomian nasional. Salah satunya adalah  melalui kebijakan moneter. Dimana pemerintah diupayakan untuk mempengaruhi  kegiatan perekonomian melalui manajemen jumlah uang beredar. Implikasi  kebijakan pemerintah dipengaruhi oleh teori penawaran uang yang dianut. Terlalu  banyak jumlah uang beredar di masyarakat mengakibatkan terlalu banyak  permintaan. Jika terlalu banyak produksi atau penawaran di pasar terbatas, maka  tingkat inflasi akan meningkat, dan inflasi yan terlalu tinggi akan berpengaruh  negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Penambahan jumlah uang beredar dapat menurunkan tingkat bunga.
Selanjutnya dengan penurunan tingkat bunga tentu akan mendorong investasi,  yang akhirnya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi  inilah yang diharapkan memperkuat kondisi perekonomian makro, karena  terciptanya lapangan kerja, terciptanya skala produksi yang efesien, sehingga  meningkatkan stabilitas harga umum (Manurung, 2005: 37).
Selama periode krisis, tepatnya tahun 1998 jumlah uang yang beredar  mencapai Rp 101.197 milyar. Dibandingkan dengan tahun 1997 yang hanya Rp   78.343 milyar (Bank Indonesia-SEKI:2009). Peningkatan jumlah uang beredar  tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Maka,  diperlukan peranan pemerintah untuk menstabilkan jumlah uang beredar di  masyarakat melalui lembaga keuangan khususnya Bank Indonesia.
Selain jumlah uang beredar, pemerintah juga membutuhkan dana dalam  upaya melaksanakan kegiatan perekonomian, peran investasi sangatlah  diperlukan. Tetapi karena terbatasnya dana yang dimiliki Indonesia dalam  melakukan investasi, maka diupayakan semaksimal mungkin untuk menarik  Penanaman Modal Asing (PMA) ke Indonesia.
Bagi negara –  negara berkembang seperti Indonesia tujuan dari  dilakukannya Penanaman Modal Asing (PMA) adalah keinginan dari suatu negara  untuk memperkuat ekonomi nasional. Dimana dengan adanya PMA maka  diharapkan perekonomian dapat berkembang. Mengingat PMA sangat penting  dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, maka Indonesia harus dapat menarik  minat investor asing dengan membuat investasi yang kondusif, dan  penyederhanaan mekanisme perijinan. PMA diumumkan pada tahun 1967 melaui  UU PMA No. 1 tahun 1967. Kebijakan baru tersebut dilakukan karena pada tahun  1966 Indonesia tidak mampu untuk membayar utang luar negeri sebanyak US$ 2  milyar.
Sejak tahun 1967 penanaman modal asing mulai berkembang di Indonesia  dimana pada tahun 1967 persetujuan proyek PMA sebesar US$ 20,6 juta. Untuk  tahun  – tahun berikutnya PMA di Indonesia mengalami fluktuasi. Namun  penurunan PMA yang paling parah terjadi pada saat krisis ekonomi. Pada tahun   1998 PMA sebesar US$ 13,6 juta hal tersebut dipicu oleh pertumbuhan ekonomi  Indonesia yang sangat rendah yaitu -13,1% (BPS, Statistik Indonesia). Dan pada  tahun 2008 investasi yang tinggi didominasi oleh PMA menjadi US$ 14871,4  juta, sementara PMDN tumbuh melambat. Tingginya pertambahan PMA  didominasi oleh sektor pengangkutan dan telekomunikasi.


Download lengkap Versi PDF