Skripsi Kimia:ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA TRITERPENOID EKSTRAK N-HEKSANA TANAMAN ANTING-ANTING (Acalypha indica Linn.) MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS DAN FTIR

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Keanekaragaman  flora  (biodiversity)  berarti  keanekaragaman  senyawa  kimia  (chemodiversity)  yang  kemungkinan  terkandung  di  dalamnya.  Indonesia  merupakan  negara  yang  memiliki  keanekaragaman  hayati  terbesar  di  dunia  dengan  lebih  dari  30  ribu  spesies  tanaman  berkhasiat  sebagai  obat  melalui  penelitian  ilmiah.  Hanya  sekitar  180  spesies  tersebut  telah  dimanfaatkan  dalam  tanaman obat tradisional oleh industri obat tradisional Indonesia. Hal ini memacu  dilakukannya  penelitian  dan  penelusuran  senyawa  kimia  terutama  metabolit  sekunder  yang  terkandung  dalam  tumbuh-tumbuhan,  seiring  dengan  kemajuan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi,  seperti  teknik  pemisahan,  metode  analisis,  dan  uji  farmakologi.  Hasil  isolasi  metabolit  sekunder  dapat  memberikan  informasi  tentang  kandungan  senyawa  aktif  yang  terdapat  dalam  tumbuhan  sebagai  obat  atau bahan baku obat (Hariana, 2004).

Tanaman  anting-anting  (Acalypha  indica  L.)  dikenal  sebagai  salah  satu  tanaman  obat.  Masyarakat  sering  menggunakan  tanaman  anting-anting  sebagai  tanaman untuk menyembuhkan penyakit disentri basiler dan disentri amuba, diare,  malnutrisi, mimisan, muntah darah, buang air besar berdarah, buang air berdarah,  malaria (Felicia, 2009).
Tanaman  ini  tampaknya  belum  begitu  populer  secara  umum  sebagai  tanaman  obat  bagi  masyarakat  di  Indonesia.  Keberadaan  tanaman  anting-anting   sangat  melimpah.  Masyarakat  lebih  mengenalnya  sebagai  tanaman  liar  yang  sering dijumpai di pinggir jalan, lapangan rumput yang tidak terawat dan bahkan  sebagai  pengganggu  di  lahan  pertanian  yang  dapat  menghambat  pertumbuhan  tanaman pertaniannya.  Oleh karena itu perlu adanya penelitian yang lebih banyak  tentang potensi sebagai obat yang berasal dari tanaman anting-anting.
Allah  SWT  menciptakan  alam  dan  isinya  seperti  hewan  dan  tumbuhan  dengan hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia-sia dalam ciptaanNya  akan  tetapi  memiliki  fungsi  masing  –  masing.  Manusia  diberi  kesempatan  seluas-luasnya  untuk  mengambil  manfaat  dari  hewan  dan  tumbuhan  (Ahmad,  2006). Sekecil apapun ciptaan Allah SWT pasti memiliki nilai guna. Hanya orangorang kafir yang memandang remeh ciptaan Allah SWT, seperti dinyatakan dalam  surat Shad ayat “Dan  Kami  tidak  menciptakan  langit  dan  bumi  dan  apa  yang  ada  antara  keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir,  Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan  masuk neraka.”(QS.
Shaad : 27).
Allah  SWT  hanya  menciptakan  langit  dan  bumi  beserta  segala  isinya  dengan  hikmah  yang  agung.  Bukan  sekedar  bermain-main  sebagaimana  yang  disangka  oleh  orang-orang  kafir.  Celakalah  bagi  mereka,  karena  mereka  telah  berprasangka  buruk  terhadap  Allah  dan  mengingkari  ayat-ayat-Nya  serta  mendustakan Rasul-Nya (Al-Qarni, 2007). Sebaliknya, orang-orang yang beriman   justru  menilai  bahwa  semua  ciptaan  Allah  SWT  memiliki  nilai  manfaat,  sebagaimana ditegaskan oleh surat Ali „Imran ayat 190-191.
 “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam  dan  siang  terdapat  tanda-tanda  bagi  orang-orang  yang  berakal,  (yaitu)  orangorang  yang  mengingat  Allah  sambil  berdiri  atau  duduk  atau  dalam  keadaan  berbaring  dan  mereka  memikirkan  tentang  penciptaan  langit  dan  bumi  (seraya  berkata):  "Ya  Tuhan  Kami,  Tiadalah  Engkau  menciptakan  ini  dengan  sia-sia,  Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (QS. Al Imran :  190-191).
Ayat  tersebut  menjelaskan  sesungguhnya  dalam  tatanan  langit  dan  bumi  serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya  siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung  pengaruhnya  pada  tubuh  kita  dan  cara  berfikir  kita  karena  pengaruh  panas  matahari, dinginnya malam dan pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna,  dan  sebagainya  merupakan  tanda  dan  bukti  yang  menunjukkan  keesaan  Allah,  kesempurnaan  pengetahuan  dan  kekuasaan-Nya.  Kekuasaan  Allah  tersebut  merupakan  tanda-tanda  bagi  ulul  albab.  Ulul  Albab  artinya  orang-orang  yang  tidak  melalaikan  Allah  SWT,  dalam  sebagian  waktunya.  Mereka  merasa  tenang  dengan  mengingat  Allah  atau  berdzikir  kepada  Allah,  akan  tetapi  berdzikir  saja  tidak  cukup  untuk  menjamin  hadirnya  hidayah.  Hal  itu  harus  disertai  dengan  memikirkan  keindahan  ciptaan  dan  rahasia-rahasia  ciptaan-Nya  (Al-Maraghi,  1993).
 Pandangan  positif  terhadap  ciptaan  Allah  SWT  ini  mendorong  manusia  untuk memanfaatkan sesuatu yang dianggap tidak berguna. Di alam raya ini, ada  sesuatu  yang  kegunaannya  telah  diketahui  oleh  manusia  dan  ada  yang  belum  diketahui.  Allah  SWT  selalu  membimbing  umat  manusia  untuk  mengetahui  kegunaan  ciptaan-Nya  yang selama ini belum diketahui. Bimbingan Allah  SWT  ini  melalui  penemuan  teknologi  oleh  manusia  yang  secara  sungguh-sungguh  memperdalam  ciptaan  Allah  SWT,  tidak  terbatas  muslim  atau  non-muslim.
Apabila Allah SWT telah menegaskan adanya manfaat dari ciptaan-Nya, tentu ada  cara  pemanfaatannya.  Karena  Allah  SWT  menghendaki  manusia  yang  memanfaatkannya  demi  kehidupan,  maka  Allah  SWT  juga  memerintahkan  manusia untuk menggali cara tersebut melalui akalnya. Siapapun yang memenuhi  perintah  tersebut  pasti  akan  menemukan  manfaatnya.  Demikian  ini  juga  merupakan  hukum  Allah  SWT  (sunnatullah)  yang  berlaku  bagi  manusia  (Furi,  2006).
Manusia  dalam  mengetahui  sunnatullah  dan  memanfaatkan  ciptaan-Nya  tidak  terkait  dengan  akidah  keimanannya.  Tidak  sedikit  manusia  yang  tidak  beriman  dianugerahi  banyak  nikmat  oleh  Allah  SWT  di  muka  bumi  ini,  karena  mereka  berusaha  menggali  nilai  pemanfaatan  ciptaan  Allah  SWT.  Sebaliknya,  banyak umat  Islam  yang hidup dalam kemiskinan, kebodohan, dan kemunduran  akibat  keengganan  mereka  dalam  berusaha  mencari  manfaat  dari  ciptaan  Allah  SWT  (Furi,  2006).  Kaum  yang  memikirkan  akan  tanda-tanda  kekuasaan-Nya  tentu akan dapat mengambil pelajaran dan manfaat terhadap segala ciptaan-Nya.
 Sebagaimana memanfaatkan tanaman anting-anting  yang dikenal sebagai  rumput  liar sebagai alternatif tanaman obat.
Dalam  surat  an  Nahl  ayat  11,  Allah  Swt.  juga  menjelaskan  mengenai  tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat.
 “Dia  menumbuhkan  bagi  kamu  dengan  air  hujan  itu  tanam-tanaman;  zaitun,  korma,  anggur  dan  segala  macam  buah-buahan.  Sesungguhnya  pada  yang  demikian  itu  benar-benar  ada  tanda  (kekuasaan  Allah)  bagi  kaum  yang  memikirkan”(Q.S. an Nahl: 11).
Menurut  Tafsir  Muyassar  (Al-Qarni,  2007)  Allah  telah  menumbuhkan  dengan  air  hujan  tersebut  pepohonan  seperti  zaitun,  kurma,  anggur  dan  semua  jenis  pepohonan  lainnya,  juga  buah-buahan  dan  sayuran.  Proses  pertumbuhan,  penyiraman dengan air hujan, kemudian tumbuh dan berbuahnya pohon tersebut  mengandung  tanda-tanda  yang  jelas  bagi  orang-orang  yang  mau  berpikir  dan  merenung supaya dia beriman. Berdasarkan ayat yang tersebut Shihab (2002) juga  menjelaskan bahwasanya Allah telah menumbuhkan tanaman-tanaman dari yang  paling cepat layu sampai dengan yang paling panjang usianya dan paling banyak  manfaatnya.  Allah  menumbuhkan  zaitun,  salah  satu  pohon  yang  paling  panjang  usianya, demikian juga kurma, yang dapat dimakan mentah atau matang, mudah  dipetik dan sangat bergizi lagi berkalori tinggi, juga anggur yang dapat dijadikan  makanan yang halal atau minuman yang haram.
Tanaman  anting-anting  merupakan  tanaman  yang  ditumbuhkan  di  bumi  dan  mempunyai  manfaat  yang  tidak  semua  orang  mengetahuinya  sebagaimana   tanaman-tanaman  yang  tertera  dalam  ayat  al  Qur‟an  tersebut.  Tanaman  antinganting ini dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat.  Obat itupun menjadi rahmat  dan  keutamaan  dari-Nya  untuk  hamba-hamba-Nya,  baik  yang  mukmin  maupun  yang kafir (Mubarok, 2007). Rasulullah SAW bersabda :  ” Wahai hamba-hamba  Allah berobatlah kalian karena tidaklah Allah Azza wa jalla menimpakan suatu  macam  penyakit  kecuali  telah  Dia  ciptakan  obat  untuknya,  kecuali  satu  macam  penyakit.”Mereka  bertanya:  ”  Apa  penyakit  itu?”  jawab  beliau:  ”Penyakit  tua  (pikun)”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud dan At-Tirmidzi) (Kustoro, 2007).

Tanaman  anting-anting  merupakan  salah  satu  bukti  tanaman  obat  yang  ditumbuhkan  di  bumi  ini.  Oleh  karena  itu,  perlu  adanya  penelitian  mendukung  akan  potensinya  sebagai  obat  tersebut.  Halimah  (2010)  menyatakan  bahwa  tanaman  anting-anting  mengandung  senyawa  flavonoid,  triterpenoid  dan  steroid  yang  terkandung  dalam  ketiga  ekstrak  pelarut  yaitu  n-heksana,  kloroform  dan  etanol.  Ekstrak  etanol  terkandung  golongan  senyawa  flavonoid  dan  triterpenoid,  ekstrak  kloroform  terkandung  golongan  senyawa  steroid  dan  ekstrak  n-heksana  terkandung golongan senyawa triterpenoid. Berdasarkan nilai LC  yaitu  58,8791  ppm pada ekstrak n-heksana dan 71,5390 ppm pada ekstrak etanol dapat diketahui  bahwa  ekstrak  n-heksana  lebih  memiliki  potensi  dalam  bioaktifitas  terhadap  Artemia salina Leach. Potensi bioaktifitas yang dimiliki tanaman anting-anting ini  dapat  digunakan  sebagai  acuan  bahwa  tanaman  ini  berpotensi  di  bidang  farmakologi  sebagai  tanaman  obat.  Hasil  analisis  uji  fitokimia  dengan  menggunakan  pereaksi  Lieberman-Burchard  menyatakan  bahwa  ekstrak  nheksana  mengandung  senyawa  triterpenoid,  begitu  juga  pada  hasil  KLT   menghasilkan  warna  merah  keunguan.  Golongan  senyawa  triterpenoid  yang  terkandung  dalam  ekstrak  n-heksana  ini  merupakan  triterpenoid  yang  bersifat  nonpolar.

Download lengkap Versi PDF