BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teh merupakan bahan minuman yang secara
universal dikonsumsi di banyak negara
serta di berbagai lapisan masyarakat. Berdasarkan pengolahannya, teh dibagi menjadi tiga yaitu teh hijau, teh
oolong dan teh hitam. Teh hitam diproduksi
oleh lebih dari 75% negara didunia, sedangkan teh hijau di produksi kurang lebih di 22 % negara di dunia (Tuminah,
2004).
Teh merupakan salah satu tanaman
yang banyak digunakan sebagai minuman
tradisional oleh sebagian masyarakat karena teh memiliki banyak manfaat bagi manusia diantaranya berkhasiat
sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit,
seperti penyakit kanker. Selain sebagai obat, teh juga banyak digunakan sebagai zat aditif produk-produk kosmetik dan
makanan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil pelajaran bahwa Allah
menumbuhkan berbagai tanaman di muka
bumi ini memiliki maksud dan tujuan tertentu. Allah telah menjelaskannya dalam QS. An-Nahl [16]: 11 yang berbunyi: “Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan
itu tanam-tanaman; zaitun, kurma,
anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memikirkan (QS.An-Nahl:11)”
Menurut tafsir Nurun Quran
karangan Imani (2005) dijelaskan bahwa Allah
telah menciptakan segala macam tanaman sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah dan sebagai bahan untuk berfikir agar
tercipta kemaslahatan umat.
Penjelasan diatas didukung dengan
firman Allah dalam QS. Asy-Syu’ara [26]:
7 yang berbunyi : Danapakah mereka tidak
memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami
tumbuhkan di bumi ini berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? (QS.Asy-Syu’ara: 7).
Shihab (2002) memberikan tafsir
bahwa Allah menumbuhkan dari bermacam-macam
tumbuhan yang baik yaitu subur dan bermanfaat. Seperti halnya teh hijau yang di dalamnya banyak
memberikan manfaat jika dikonsumsi oleh
manusia sebagai minuman.
Teh dalam kehidupan masyarakat
secara umum dikenal sebagai minuman, akan
tetapi selain dikonsumsi, dalam bentuk ekstraknya dapat ditambahkan dalam berbagai produk pangan sebagai
antioksidanalami. Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa dalam teh terdapat senyawa
katekin yang berfungsi untuk menghambat
terjadinya proses oksidasi pada beberapa jenis pangan. Senyawa katekin ini ternyata lebih baik jika
dibandingkan dengan antioksidan sintetis yang sudah banyak digunakan (Hartoyo, 2003).
Antioksidan yang banyak digunakan
di Indonesia adalah Butil hidroksi anisol
( BHA ), Butil hidroksi toluen (BHT) dan tert-butil hidoksi quinon (TBHQ), Semuanya adalah antioksidan yang
disintesa dari bahan kimia.
Konsumsi dalam jumlah yang banyak
dan dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan efek samping pada kesehatan
manusia. Hal ini terbukti dari hasil penelitian
Ford et al.(1980) dalam Miyake &
Shibamoto (1997) yang menjelaskan bahwa
antioksidan sintetik seperti BHT ternyata meracuni binatang percobaan dan bersifat karsinogenik (Indriati,
dkk, 2002). Saat ini penggunaan antioksidan
sintetik mulai dibatasi bahkan beberapa negara maju BHT dan TBHQ sudah mulai ditinggalkan (Didinkaem, 2007).
Adanya beberapa fenomena diatas maka
diharapkan industri makanan dan obat beralih untuk mengembangkan antioksidan alami dan mencari sumber-sumber
antioksidan alami baru.
Senyawa antioksidan alami
tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau
polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-asam organik
polifungsional. Golongan flavonoid yang
memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, katekin, flavanol dan kalkon (Ardiansyah, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa katekin teh mempunyai aktivitas
antioksidatif yang lebih tinggi dibandingkan BHT, BHA, dan TBHQ.
Upaya yang dilakukan untuk
mengukur aktivitas teh hijau sebagai antioksidan menggunakan substrat teroksidasi seperti
lemak. Frankel et al., 1994 dan Huang et al.,1996 memperlihatkan bahwa keempat ekstrak
teh hijau (EGCG, ECG, EGC dan EC) dalam
jumlah sedikit, memiliki kemampuan yang efektif dalam menghambat pembentukan hidroperoksida dan
heksanal dalam minyak jagung (Alamsyah,
2006). Berdasarkan hasil penelitian Indraswati & Citra (2005) dapat diketahui bahwa ekstrak teh hijau mampu
menghambat kenaikan FFA dan PV pada
minyak goreng kelapa sawit.
Benzie dan Szeto (1999)
menjelaskan teh hijau memiliki kemampuan sebagai antioksidan lebih baik dibandingkan
teh hitam dan teh oolong yaitu 2574 µmol/g
untuk teh hijau sedangkan teh hitam sebesar 853 µmol/g dan teh oolong sebesar 1197 µmol/g. Hal ini dikarenakan teh
hijau memiliki kandungan epigallatekatekin
gallat (EGCG) lima kali lebih banyak dibandingkan dengan jenis yang lain (Alamsyah, 2006).
Penelitian Craciunescu,
et.al. (2005) menjelaskan adanya
perbedaan aktivitas antioksidan
polifenol teh hijau dengan variasi pelarut etanol 50% dan 70%. Pelarut etanol 50% menunjukkan hasil TEAC
sebesar 4,76 mmol dan pelarut 70%
menunjukkan hasil TEAC sebesar 7,28 mmol.
Berdasarkan latar belakang di
atas peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian mengenai aktivitas antioksidanhasil
ekstraksi menggunakan variasi pelarut
(air, metanol 90% dan etanol 70%) dan suhu (40C ° , 50 C ° dan 60
C ° ).
Variasi pelarut dan suhu pada
waktu ekstraksi bertujuan untuk mengetahui pelarut dan suhu terbaik dalam mengekstraksi sehingga
memiliki kemampuan sebagai antioksidan yang
lebih tinggi.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat
dirumuskan permasalahan yaitu: bagaimana
aktivitas antioksidan senyawa katekein dari teh hijau hasil ekstraksi dengan variasi pelarut dan suhu? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui aktivitas antioksidan senyawa
katekin dari teh hijau hasil ekstraksi
dengan variasi pelarut dan suhu.
1.4 Batasan Masalah Pada penelitian ini sampel yang digunakan
adalah teh hijau murni jenis Assamicayang
diambil dari koperasi Wonosari Malang.
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat diantaranya; 1. Pengetahuan kepada masyarakat tentang manfaat
teh hijau bagi kesehatan.
2. Informasi tentang pengaplikasian teh hijau
sebagai antioksidan pada makanan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Teh dalam Perspektif Islam Tumbuhan adalah salah satu benda hidup yang
terdapat di alam semesta yang dapat
melakukan fotosintetis dengan bantuan sinar matahari. Dalam melangsungkan kehidupan, tumbuhan tidak hanya
membutuhkan sinar matahari akan tetapi
juga membutuhkan air untuk tumbuh dan berkembang. Firman Allah dalam QS. At-Thaha [20]: 53 yang berbunyi “Yang
telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan
mencurahkan dari langit air hujan. Maka
Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenisjenis tumbuhan (QS.At-Thaha:53 )”.
Ayat diatas menjelaskan bahwa air
adalah syarat utama terwujudnya proses
pertumbuhan. Tumbuh dan berkembangnya tumbuhan di muka bumi menjadi salah satu bukti adanya kehidupan. Hal
ini didukung oleh para ahli yang menyimpulkan
bahwa air merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan bagi kehidupan dan kelangsungan hidup, dan bahkan
sebagian ahli mengatakan bahwa kehidupan
itu dalah air, dan tidak ada satu interaksi kimia pun yang terjadi dalam tubuh tanpa melibatkan peran air (Pasya, 2004).
Download lengkap Versi PDF