Skripsi agribusiness: Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Ibu Rumah Tangga Dengan Produktivitas Kerja Dalam Pembibitan Mangrove


PENDAHULUAN
Latar Belakang Hutan/ekosistem mangrove sebagai salah satu sumber daya alam yang  tumbuh di kawasan pantai/pesisir merupakan ekosistem yang unik, dan  merupakan ekosistem penyambung (interface) antara ekosistem daratan dengan  ekosistem lautan. Secara umum keberadaan hutan/ekosistem mangrove  mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting, baik secara fisik, ekologis  dan  ekonomis,  dalam  mendukung  pembangunan  wilayah  pesisir  ( Kementerian Kehutanan, 2010).
Hutan mangrove merupakan ekosistem unik yang terletak pada zona  pasang surut di daerah tropis maupun sub tropis. Flora penyusun ekosistem  mangrove terdiri atas berbagai jenis tumbuhan yang mampu tumbuh dalam  kondisi yang selalu terpengaruh oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove  memainkan peranan yang sangat penting, karena merupakan bagian dari  ekosistem laut yang selalu menyediakan bahan oganik, mendukung kestabilan  produksi ikan, udang, kepiting, dan sebagainya secara stabil. Selain itu, hutan  mangrove juga melindungi garis pantai dan menjaganya dari erosi maupun  kerusakan yang disebabkan oleh ombak atau angin yang kuat (Ida, dkk, 1999).

Mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif. Berbagai produk  dari mangrovedapat dihasilkan baik secara langsung maupun tidak langsung,  diantaranya: kayu bakar,bahan bangunan, keperluan rumah tangga, kertas, kulit,  obat-obatan dan perikanan. Melihat beragamnya manfaat mangrove, maka tingkat  dan laju perekonomianperdesaan yang berada di kawasan pesisir seringkali sangat  bergantung pada habitatmangrove yang ada di sekitarnya. Contohnya, perikanan  pantai yang sangat dipengaruhioleh keberadaan mangrove, merupakan produk  yang secara tidak langsungmempengaruhi taraf hidup dan perekonomian desa-desa  nelayan (Noor, dkk, 2006).
Luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 75 % dari luas  ekosistemmangrove di Asia Tenggara. Sebaran ekosistem mangrove di Indonesia  terutama di wilayah pesisir Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Luas sebaran  ekosistem mangrove terus mengalami penurunan dari 4,25 juta hektar pada tahun  1982 menjadi 3,24 juta hektar (76%) pada tahun 1987, dan tinggal 2,50 juta hektar  (59%)  pada tahun 1990. Penurunan luasan ekosistem mangrove tersebut  menunjukan bahwa degradasi kawasan mangrove cukup tinggi dengan laju 200  ribu hektar/tahun (4,7%) (Dahuri, 2003).
Penduduk memberikan sumbangan terhadap penurunan luas mangrove di  Indonesia. Seperti diketahui, penduduk setempat telah memanfaatkan mangrove  dalam kurun waktu yang lama. Permasalahan utama yang sering kali menjadi  penyebab pendegradasian kawasan mangrove adalah pembangunan tambak liar,  pengembangan kawasan pariwisata yang tidak akrab lingkungan, perubahan  fungsi lahan menjadi perkebunan, kemudian berkembangnya kawasan pemukiman  di garis hijau pantai. Seiring dengan adanya pertambahan populasi penduduk, baik  karena pertambahan alami maupun perpindahan dari luar. Kegiatan masyarakat  yang menyebabkan hilangnya mangrove ini terutama adalah pemanfaatan areal  mangrove untuk pembangunan tambak (Noor, dkk, 2006).
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat merupakan salah satu  kecamatan yang berada di kawasan hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) Sei  Besitang. Secara umum kawasan ini merupakan wilayah pesisir dengan  ekosistem utama berupa hutan bakau. Salah satu ekosistem mangrove yang  masuk kategori kawasan lindung di wilayah ini adalah kawasan Suaka  Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut (SM KGLTL). Bagian dari  kawasan Suaka Margasatwa ini yang masuk dalam wilayah administrasi  Kabupaten Langkat adalah bagian Langkat Timur Laut yang berada di  Kecamatan Secanggang (Balitbang, 2005).
Ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Secanggang saat ini telah  mengalami kerusakan. Di wilayah ini telah terjadi berbagai bentuk kerusakan  ekosistem hutan mangrove yang berupa penebangan liar/pencurian kayu,  perambahan, pengambilan biota air yang tidak terkendali, perburuan liar,  pencemaran sungai dan pemukiman. Okupasi lahan yang terjadi pada tahun 1999  mencapai 3.650 ha (24%) yang meliputi 1.600 ha (44%) untuk kegiatan  pertambakan, 1.800 ha (49%) untuk kebun kelapa sawit dan 250 ha (7%)  dikonversi untuk penggunaan lainnya.
Selanjutnya dilaporkan bahwa bentuk-bentuk pengrusakan meningkat  secara drastis sejak tahun 1995, baik yang dilakukan oleh individu maupun  perusahaan. Dilaporkan adanya kerusakan ekosistem mangrove di wilayah ini  yang sudah mencapai tingkat yang cukup parah. Berdasarkan data hasil  interpretasi citra landsat TM tahun 2002 dilaporkan bahwa hutan bakau yang ada  di Kecamatan Secanggang tinggal 4.450,2 ha (49%) dari luas potensial sebanyak  9.000 ha. Hal itu berarti secara bentang fisik telah terjadi kehilangan/alih fungsi  sebanyak 5.549,8 ha (61,7%), (Balitbang, 2005).
Ekosistem mangrove sangat potensial bagi kesejahteraan masyarakat  khususnya daerah pesisir. Sebagai ekosistem wilayah pesisir, hutan mangrove  memiliki manfaat menahan gelombang air laut sehingga tidak langsung  menghantam daerah pesisir. Keberadaan hutan mangrove mampu mengurangi  dampak bencana alam seperti tsunami. Didukung dengan keberadaan kawasan  Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut (SM KGLTL) yang  merupakan bagian dari  wilayah Kecamatan Secanggang yang harus  dipertahankan keberadaannya.
Pelestarian ataupun tindakan konservasi kawasan hutan mangrove sangat  tergantung pada masyarakat sekitar hutan mempunyai peranan yang sangat penting  dalam mendukung suksesnya suatu kegiatan pelestarian hutan mangrove yang  salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan pembibitan mangrove. Dalam  melakukan pembibitan, pihak penyelenggara dapat mengikut sertakan masyarakat  sebagai tenaga kerja pembibitan yang dapat membantu perekonomian masyarakat.
Pembibitan mangrove di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang  sangat tergantung pada tenaga kerja dari masyarakat di sekitar pembibitan yang  kebanyakan melibatkan tenaga ibu rumah tangga. Penggunaan tenaga kerja  sangat berpengaruh pada jumlah produksi bibit yang dihasilkan. Berdasarkan hal  ini, penulis merasa perlu untuk meneliti mengenai produktivitas kerja dari ibu  rumah tangga dalam pembibitan mangrove dan faktor-faktor yang mempengaruhi  produktivitas kerja.
Identifikasi Masalah Kawasan  mangrove di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang,  Kabupaten Langkat mempunyai peranan yang sama pentingnya dengan kawasan  hutan lainnya terhadap konservasi keanekaragaman hayati, tata air dan  peningkatan perekonomian masyarakat di sekitarnya. Karena kawasan ekosistem  mangrove terletak di wilayah daerah pemukiman masyarakat, maka peran serta  masyarakat dalam pengelolaan kawasan ekosistem mangrove khususnya dalam  pembibitan mangrove sangat mempengaruhi keberhasilan pelestarian hutan  mangrove. Dengan demikian  dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai  berikut:  peranan ibu rumah tangga dalam pembibitan mangrove?,  bagaimanaproduktivitas kerja ibu rumah tangga dalam pembibitan mangrove di  daerah penelitian?, apakah ada hubungan karakteristik sosial ekonomi ibu rumah  tangga (umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya bekerja di pembibitan,  tingkat pendapatan keluarga) dengan  produktivitas  kerjadalam pembibitan  mangrove di daerah penelitian?, besar kontribusi pendapatan ibu rumah tangga  terhadap pendapatan keluarga?.


Skripsi agribusiness: Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Ibu Rumah Tangga Dengan Produktivitas Kerja Dalam Pembibitan Mangrove
Download lengkap Versi PDF >>>>>>>KLIK DISINI

Bab I
Download 
 Bab II
 Download 
 Bab III - V
 Download 
Daftar Pustaka
 Download 
Lampiran
Download