BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman
diri sendiri maupun orang lain. Setiap
orang akan mempunyai
gizi yang cukup
jika makanan yang
kita makan mampu menyediakan zat
gizi yang cukup diperlukan tubuh.
Pengetahuan gizi memegang peranan yang
sangat penting di dalam penggunaan dan pemilihan bahan
makanan dengan baik,
sehingga dapat mencapai
keadaan gizi seimbang (Suhardjo, 2000).
Makanan
berserat adalah makanan
sejenis karbohidrat kompleks
yang berupa selulosa
dan zat lain,
yaitu pektin, gum,
lignin, dan mustilago
(Irianto, 2004). Serat
makanan ini mempunyai
peranan penting, seperti
merangsang aktivitas saluran s
untuk mengeluarkan feses secara teratur, mampu menyerap banyak air sehingga membantu feses menjadi
lebih lunak, membantu pengikatan bahan penyebab
kanker (karsinogenik) dan
mengeluarkannya dari dalam
tubuh, serta memiliki
kalori yang rendah.
World Health Organization (WHO) menganjurkan
asupan serat yang
baik adalah 25-30
gram per hari
(Almatsier, 2004a). Dietary
Reference Intake (DRI)
serat berdasarkan National
Academy of Sciences
mengemukakan konsumsi serat
yang baik adalah
19-38 gram per
hari sesuai dengan umur
masing-masing konsumen (Drummond dan Brefere, 2007).
Almatsier
(2004) mengemukakan bahwa
serat makanan menjadi
populer setelah publikasi
penelitian Burkit dan Trowell yang menyatakan diet kaya serat akan
membantu melindungi tubuh
dari berbagai penyakit
yang berkembang di negara-negara maju,
seperti seperti kanker
kolon, diabetes melitus,
penyakit divertikulosis, dan
jantung koroner (Almatsier, 2004b).
Saat ini,
masyarakat Indonesia terutama
yang tinggal di
perkotaan mengalami pergeseran
pola konsumsi pangan.
Awalnya, pola konsumsi
empat sehat lima sempurna menjadi
menu sehari-hari. Namun, seiring dengan
kemajuan zaman dan
perbaikan sosial ekonomi
masyarakat maka terjadi
pula perubahan kebiasaan
makan yang cenderung
kebarat-baratan (western style
diet). Makanan jadi (processed food) dan makanan siap saji
(fast food) telah menjadi kegemaran dan
tren di masyarakat (Sulistijani, 2001).
Masyarakat umumnya
belum atau kurang
menyadari bahwa makanan
jadi telah mengalami
banyak kehilangan komponen-komponen esensial
makanan, khsnya serat. Makanan
siap saji juga umumnya mempunyai kandungan lemak dan protein yang tinggi tetapi miskin serat.
Bila makanan-makanan tersebut lebih banyak
dikonsumsi maka akan terjadi ketidakseimbangan
intake zat-zat gizi dan komponen-komponen esensial. Asupan serat yang
terlampau rendah dalam waktu lama akan
mempengaruhi kesehatan, kegemukan,
dan serangan penyakit degeneratif.
Persoalan serat makanan
memang kalah populer
dibandingkan zat gizi
lain, seperti karbohirat,
lemak, protein, vitamin,
dan mineral. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang serat dapat
dimaklumi, karena penelitian ilmiah tentang
zat ini juga masih sangat terbatas (Sumartono, 2002).
Hasil analisis
data konsumsi makanan
penduduk Indonesia dalam
Profil Kesehatan Indonesia tahun
2008, menunjukkan bahwa secara keseluruhan hanya 6.4% penduduk Indonesia yang cukup
mengkonsumsi serat. Di Provinsi Sumatera Utara,
khsnya Kota ,
juga hampir sama,
hanya 5.5% penduduk
yang termasuk dalam
kategori cukup mengkonsumsi
serat. Hasil tersebut
cukup menunjukkan bahwa
sebagian besar penduduk
Indonesia memiliki masalah konsumsi
serat rendah. Beberapa
faktor seperti status
ekonomi, pengetahuan tentang
makanan berserat, ketersediaan
makanan berserat, serta
pola dan kebiasaan makan akan mempengaruhi konsumsi
serat seseorang.
Remaja adalah golongan kelompok
usia yang relatif bebas, termasuk dalam memilih
jenis makanan yang mereka konsumsi. Kecukupan asupan serat makanan pada
remaja akan sangat
menentukan taraf kesehatan
mereka pada masa selanjutnya (Soerjadibroto, 2004).
Di sisi lain,
perilaku gizi yang
salah amat banyak dijumpai pada remaja. Adapun
kecenderungan mengikuti pola makan dan gaya hidup
modern membuat remaja
lebih menyukai makan
di luar rumah bersama kelompoknya.
Ketidakseimbangan konsumsi makanan
disebabkan karena perilaku
yang tidak tepat
dalam memilih makanan
sehari-hari (Soekidjo, 2003).
Berdasarkan
latar belakang di
atas, peneliti merasa
tertarik untuk meneliti bagaimana
hubungan pengetahuan tentang serat
makanan dengan konsumsi serat pada mahasiswa Fakultas Kedokteran .
1.2. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan pengetahuan tentang serat
makanan dengan konsumsi serat pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2010? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan
Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang serat makanan dengan konsumsi serat
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran .
1.3.2. Tujuan Khs 1.
Untuk mengetahui bagaimana
pengetahuan tentang serat
makanan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran .
2. Untuk
mengetahui bagaimana konsumsi
serat pada mahasiswa Fakultas Kedokteran .
1.4. Manfaat Penelitian 1.
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh selama
perkuliahan.
Contoh Skripsi Kedokteran:Hubungan Pengetahuan Tentang Serat Makanan Dengan Konsumsi Serat Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Downloads Versi PDF >>>>>>>Klik Disini
Bab I
|
Downloads
| |
Bab II
|
Downloads
| |
Bab III - V
|
Downloads
| |
Daftar Pustaka
|
Downloads
| |
Lampiran
|
Downloads
|