Skripsi Hukum:Peningkatan Kemampuan Berbicara Berbahasa Jawa Ragam Krama Dengan Model Pembelajaran Cooperative Script Pada Siswa Kelas Xi A4 Sma Mta Surakarta Tahun Pelajaran 20132014


    BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah  satu  sisi  negatif  kemajuan  globalisasi  terhadap  generasi  muda  Jawa  (GMJ)  adalah  kemerosotan  kemampuan berbicara  bahasa  Jawa  (BJ),  khsnya  ragam  krama (krama  alus).  GMJ  lebih  menguasai  dan senang  menggunakan  BJ  ragam  ngoko  atau  bahasa  Indonesia  (BI)  sebagai  bahasa  percakapan  keseharian  daripada  BJ  ragam  krama  yang  memiliki  nilai  kesantunan  tinggi.  Kemerosotan  kemampuan berbicara  ragam  krama juga  banyak  ditemukan di  kalangan  pelajar  SMA/sederajat. Salah satu alasan klasik peserta didik, ragam krama memiliki kosa  kata  yang  beragam  berdasarkan  tingkat  tutur (undha-k  basa)  atau  konteks  pembicaraan sehingga relatif sulit dipelajari. Seperti dalam kata (makan) ada kosa  kata mangan  ‘makan’  (ngoko), nedha ‘makan’  (krama  andhap),  dan dhahar  ‘makan’  (krama  inggil),  dan  sebagainya.  Celakanya  anggapan  yang  sebenarnya  keliru  tersebut  kemudian  berkembang,  BJ  ragam  krama  yang  dianggap  sulit  akhirnya  jarang  dipelajari  dan  digunakan  sebagai  bahasa  komunikasi  dalam  keseharian.

Faktor lain penyebab siswa kesulitan dalam belajar berbicara ragam krama  karena strategi  pengajaran  yang  dilakukan  guru  kurang  mampu membangkitkan  motivasi belajar bagi peserta didik. Dalam pembelajaran operatif guru cenderung  menggunakan  pendekatan  yang  kurang  efektif  dan  konvensional.  Umumnya  model  yang  diterapkan  guru  saat  kegiatan  belajar  mengajar  (KBM)  di  kelas  terkesan  klasikal,  peserta  didik  umumnya  hanya datang,  duduk,  dan  diam     (mendengarkan penjelasan guru). Hal itu tentu jauh dari kesan bahwa sebenarnya  guru  adalah  seorang  fasiltator  dan  motivator. Walberg  dkk.  menegaskan bahwa motivasi  mempunyai  kontribusi  antara  11  sampai  20  persen terhadap  prestasi  belajar. Studi  Suciati  menyimpulkan  kontribusi  motivasi  36  %,  sedangkan  Mc  Clelland  menunjukkan  kontribusinya  sampai  64  %  terhadap  prestasi  belajar  (Supriyono,  2009:  162). Hakikat  motivasi  belajar  adalah  dorongan  internal  dan  eksternal  pada  peserta  didik  yang  sedang  belajar  untuk  mengadakan  perubahan  perilaku.
Permasalahan  pembelajaran dalam  Mata  Pelajaran  (Mapel  BJ)  ini  juga  terjadi  di  SMA  Majelis  Tafsir  Alquran  (MTA)  Surakarta.  Menurut  hasil  pengamatan lapangan dan wawancara dapat disimpulkan penyebabnya adalah (1)  strategi pengajaran yang dilakukan guru kurang efektif dan belum memperhatikan  konsep pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, dan  (2) model pembelajaran masih menghasilkan kemampuan berbicara ragam krama  relatif  rendah.  Nilai  yang  dicapai  siswa  untuk  Kompetensi  Dasar  (KD) Micara  kanthi nggunakake unggah-ungguh basa ‘Berbicara sesuai tingkat kesantunan’ di  kelas XI semester gasal, khsnya di kelas XI A4 rata-rata hanya berkisar dari  angka Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 73. Sementara siswa yang dinyatakan  tuntas secara individual baru mencapai 44,82 %.
Guru  pengajar  beranggapan  model  atau  gaya  pengajaran  ceramah  yang  dilakukan  sejauh  ini  sudah pas  dan menyesuaikan  dengan  pembelajaran  yang  lazim  dilakukan oleh  para  guru.  Persepsi  ini  tentu  masih  menempatkan  guru  sebagai sumber ilmu dan merupakan penghambat bagi siswa untuk belajar secara     maksimal.  Padahal  strategi  pembelajaran  bahasa  apalagi  untuk  kompetensi  berbicara  dibutuhkan  pembelajaran  yang  diarahkan  ke  dalam  tujuan-tujuan  operasional  yang  merupakan  produk  akhir.  Karena  itu  siswa  perlu  dikenalkan  dengan metode  komunikasi  interaktif  atau  berdiskusi  untuk  membiasakan  siswa  belajar berbicara ragam krama secara langsung dan optimal. Metode komunikasi  menitikberatkan  pada  terjadinya  komunikasi  selama  proses  belajar  berlangsung  dan  faktor  pengajar  memegang  posisi  penting  selama  proses  belajar  (Iskandarwassid, 2011: 60).
Dalam  konteks  pembelajaran  berbicara  BJ  ragam  krama  di  kelas  XI  A4  SMA MTA Surakarta, kesulitan belajar yang sering dialami siswa antara lain (1)  penguasaan  kosa  kata  krama rendah,  (2)  kemampuan  membedakan  kosa  kata  krama berdasarkan unggah-ungguh basa kurang, dan (3) keengganan para siswa  dalam  menggunakan  BJ  krama  untuk  bahasa  keseharian  dalam  pembelajaran.
Harjodipuro (2000:  20) menjelaskan, unggah-ungguh basa merupakan persoalan  memilah dan memilih bahasa (antara ngoko dan krama) yang mempertimbangkan  (1)  siapa  yang  mengajak  bicara/O1,  (2)  siapa  yang  diajak  bicara/O2/O3,  dan  seterusnya, (3) suasana dalam pembicaraan, (4) perkara yang dibicarakan, dan (5)  tujuan pembicaraan.
Akhirnya,  penelitian  ini  menawarkan  strategi  pengajaran  BJ  dalam kompetensi  berbicara ragam  krama,  khsnya  di  kelas  XI  A4  SMA  MTA  Surakarta  dengan  pendekatan cooperatif  learning  (belajar  bersama)  model  cooperative script (CS). Karakteristik model belajar bersama menjadikan siswa  lebih tertarik dan mudah menemukan pemecahan masalahnya. Model CS sebagai     pendekatan untuk mendorong peserta didik  lebih semangat belajar. Dengan pola  belajar  menyimak,  mengoreksi,  menghafal,  atau  mengikhtisarkan  bagian-bagian  materi yang dipelajari, siswa lebih mudah dalam belajar berbicara ragam krama.
Materi yang digunakan atau dibaca siswa dalam model ini adalah naskah berita BJ  ragam  krama  dari media Terang Abadi  Televisi  (TATV)  Surakarta.  Dipilihnya  sumber  media  tersebut  karena  pertimbangan  animo  dan  apresiasi  masyarakat  di  wilayah Surakarta dan sekitarnya pada rubrik berita  BJ di  TATV yang lumayan  besar.  Dengan  pendekatan  membaca  naskah  berita  ragam  krama, siswa  mampu  mengidentifikasi  kosa  kata krama,  memahami  arti kata  dan  kalimat,  kaidah  penulisan, serta dapat digunakan sebagai rujukan bahasa keseharian. Selebihnya,  untuk menambah wawasan dan kemampuan berbicara ragam krama, para siswa  juga  bisa  mengapresiasi  secara  langsung  siaran  berita  di  TATV  Surakarta  pada  rubrik Terang  Sandyakala (setiap  pukul  16.30  WIB)  dan Kabar  Wengi (setiap  pukul 22.00 WIB).
Dalam  penelitian  ini, dapat  dideteksi  pengetahuan  dan  kemampuan  berbicara BJ ragam  krama  siswa  melalui  instrumen  dan  teknik  penilaian  yang  berupa wawancara (tes lisan) dan tes tertulis. Penilaian wawancara dan tes tertulis  disajikan di awal pelajaran (pre test) untuk menjajaki kemampuan awal siswa, dan  kemudian  pada  masa  siklus  dilakukan  melalui observasi  dan  interpretasi,  wawancara,  sekaligus  tes  kembali  di  akhir  pelajaran (post  test), serta  data-data  pendukung penilaian lain yang relevan.
   B. Rumusan Masalah Berdasarkan  latar  belakang  masalah  sebagaimana  dikemukakan  di  atas  akhirnya rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah penerapan model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan  motivasi  belajar  siswa  dalam  pembelajaran berbicara  berbahasa  Jawa ragam  krama bagi siswa kelas XI A4 SMA MTA Surakarta? 2. Apakah penerapan model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan  kemampuan berbicara berbahasa Jawa ragam krama bagi siswa kelas XI A4  SMA MTA Surakarta? C. Tujuan Penelitian Mengacu  kepada  rumusan  masalah  di  atas,  tujuan  penelitian  ini  adalah  sebagai berikut.
1.  Meningkatkan motivasi  belajar  siswa  dalam berbicara berbahasa  Jawa ragam  krama  dengan  menggunakan  model pembelajaran cooperative  script bagi  siswa kelas XI A4 SMA MTA Surakarta.
2.  Meningkatkan  kemampuan  berbicara  berbahasa  Jawa  ragam  krama  menggunakan model pembelajaran cooperative script bagi siswa kelas XI A4  SMA MTA Surakarta.
>    Tahun  2006  Tentang  Tata  Cara  Pencalonan,  Pemilihan,  Pelantikan,  dan  Pemberhentian  Kepala  Desa  sebagaimana  telah  diubah  dengan  Peraturan  Daerah  Kabupaten    Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten   Nomor  11  Tahun  2006 Tentang  Tata Cara Pencalonan,  Pemilihan, calon  hanya  1(satu)  orang  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  24  ayat  (2)  mendapat dukungan suara kurang dari 50% (lima puluh persen) dari jumlah  suara  yang sah, maka diadakan pemilihan ulang sampai mendapat dukungan  Menjelang  pemilihan kepala  desa  putaran ke  lima,  panitia pemilihan  mengadakan rapat untuk merancang penyelenggaraan pemilihan ulang. Pada  saat bersamaan, massa melakukan pengerusakan bangunan kantor kepala desa  sebagai  wujud  kekecewaan.  Masyarakat  menilai  terdapat  misi  dari  pihakpihak  tertentu  untuk  memenangkan  calon  tunggal.  Akan  tetapi,  proses  pemilihan  kepala  desa  tidak  menyimpang  dari  peraturan  yang  ada.


Skripsi Hukum:Peningkatan Kemampuan Berbicara Berbahasa Jawa Ragam Krama Dengan Model Pembelajaran Cooperative Script Pada Siswa Kelas Xi A4 Sma Mta Surakarta Tahun Pelajaran 20132014
Download lengkap Versi PDF >>>>>>>KLIK DISINI

Bab I
Download 
 Bab II
 Download 
 Bab III - V
 Download 
Daftar Pustaka
 Download 
Lampiran
Download