BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Persaingan berbagai merek di
setiap industri sangat ketat dan sudah memasuki
kategori hypercompetitiveatau mega-competition. Perusahaan yang mampu bersaing akan tetap berdiri dan
melebarkan sayapnya, sedangkan perusahaan
yang tidak mampu bersaing, akantersisihkan dari peta persaingan bisnis.
Persepsi konsumen merupakan suatu
hal yang penting yang perlu diperhatikan
dalam aktivitas pemasaran. Persepsi konsumen merupakan makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman
masa lalu, stimuli (rangsanganrangsangan) yang kita terima melalui limaindera.
Stimuli atau stimulus dapat berupa
bentuk fisik, visual, atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi individu. Persepsi tiap konsumen terhadap
suatu objek akan berbeda-beda oleh karena
itu seorang pemasar harus mampu menyediakan sesuatu yang khusus sebagai stimuli jika ia ingin menarik
perhatian konsumen (Setiadi, 2003:160).
Pemasar umumnya mengunakan iklan sebagai suatu
strategi untuk menginformasikan,
membujuk maupun mengingatkan produk mereka kepada konsumen maupun calon konsumennya.
Akan tetapi
lambat laun periklanan mulai berkurang
keefektifitasannya karena konsumen cenderung mengabaikan keberadaan iklan tersebut. Sebuah survey di
Amerika Serikat mengungkapkan bahwa 78%
perusahaan menyatakan bahwa iklan televisi berdurasi 30 detik sudah tidak efektif lagi karena konsumen cenderung
melewatkannya (www.swa.co.id ).
Oleh karena itu,dibutuhkan cara alternatif
untuk mendekati konsumen dalam memasarkan
produk atau jasa. Salah satucara yang sebenarnya bukan merupakan hal baru adalah product placement.
Product placementialah bentuk
strategiyang banyak dilakukan perusahaan
untuk menunjukkan bagaimana produk seolah-olah merupakan bagian dari sebuah film atau acara televisi (Hill,
2007:286). Product placementjuga dapat
kita artikan sebagai sebuah aktivitas komunikasi pemasaran yang dilakukan perusahaan untuk mempromosikan produknya
melalui film, program tv, dan berbagai
media entertainment lainnya. Kegiatan pemasar menyelipkan produk kedalam film dilandasi keyakinan bahwa upaya
persuasif akan menjadi efektif ketika
audience tidak merasa sedang dipersuasi (Bhatmagar dalam Brotoharsojo, 2005:8).
Product placementmembuka wawasan
dari pemasar untuk membuka peluang baru
periklanan produknya melalui suatu media tertentu. Konsep ini mirip dengan sponsorship, tapi perbedaannya
terletakpada tidak disebutkannya kata
sponsor dalam tampilan film atau acara yang diikutinya, karena tampil sebagai bagian dari film atau acara televisi
tersebut. Selain itu pada sponsorship biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada product placement, karena sponsorship menunjukkan produk tertentu pada
keseluruhan film atau acara yang diikutinya
sehingga sponsorship memiliki brand recall yang lebih tinggi daripada product placement yang hanya muncul pada
beberapabagian dari film atau acara yang
diikutinya (Belch dan Belch, 2004: 157).
Peran product placementsangatlah luas bila
kita lihat dari setiap sektor media,
secara khusus peneliti membatasi penelitian product placementyang terdapat di dalam film. Menurut D’astous dan
Chartier (2002), ada tiga alasan mengapa
para pemasar ingin menerapkan product placement di film-film.
Pertama, menonton sebuah film menyita sebuah
perhatian yang tinggi dan melibatkan
aktivitas. Menampilkan sebuah product placement dalam sebuah film kepada penonton yang sangat memperhatikannya
dapat menghasilkan brand awareness yang
sangat tinggi.
Kedua, film-film yang sukses
dapat menarik penonton dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh, Terminator II selama
pemutarannya di bioskop saja telah disaksikan
oleh jutaan orang, dan ini belum termasuk pembelian dan penyewaan videonya, dan pemutarannya di televisi selama
bertahun-tahun setelahnya. Karena itu,
bila dilihat dari cost per viewer, product placement dalam sebuah film akan sangat menguntungkan.
Download lengkap Versi PDF