Skripsi Pertanian:Karakteristik Fisiko-Kimia Dan Sensori Velva Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) Dengan Pemanis Madu


BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar belakang Setiap  tahun  sektor  pertanian  Indonesia  memproduksi  ribuan  ton  sayur-sayuran  dan  buah-buahan  yang  beranekaragam.  Sayur-sayuran  dan  buah-buahan mempunyai sifat yang mudah rusak, maka dari itu diperlukan  kegiatan  penanganan  pasca  panen  untuk  mengurangi  kerusakan  tersebut.
Proses pengawetan dan pengolahan menjadi bentuk pangan lain yang lebih  stabil  baik  secara  biologis,  fisik,  dan  kimia  menjadi  pilihan  yang  tepat  dalam  kegiatan  pasca  panen.  Salah  satu  hasil  pertanian  yang  dapat  dijadikan  produk  pangan  adalah  tomat.  Masyarakat  Indonesia  memanfaatkan tomat untuk menunjang pemenuhan kebutuhan gizi secara  bertahap.  Tomat  umumnya  dijadikan  sebagai  pelengkap  bumbu  dapur.

Selain itu, tomat juga  dapat dikonsumsi dalam bentuk buah segar  ataupun  diolah menjadi  sari buah, saos, manisan  kering, pasta dan dapat digunakan  pada industri kecantikan.
Tomat  memiliki  berbagai  vitamin  dan  senyawa  fungsional  yang  baik  bagi  kesehatan,  salah  satunya  adalah  likopen.  Tomat  mengandung lemak dan kalori  dalam  jumlah rendah,  bebas  kolesterol, dan  merupakan  sumber serat dan protein  yang baik. Selain itu, tomat kaya akan vitamin A  dan  C,  beta-karoten,  kalium,  dan  likopen  (Kailaku  dkk,  2007).  Produksi  tomat di Indonesia mulai dari tahun 2006 hingga 2011 terus  menunjukkan  peningkatan.  Pada  tahun  2011,  produksi  tomat  di  Indonesia  mencapai  954,046 ton  (Badan  Pusat  Statistik  Indonesia,  2013).  Ketersediaan  tomat  yang  melimpah  dan  kandungan  gizi  yang  sangat  bermanfaat  untuk  kesehatan,  maka  perlu  dilakukan  diversifikasi  olahan  agar  dapat  meningkatkan  potensi  pemasaran  tomat  sebagai  produk  olahan  yang  memiliki nilai tambah.
Salah  satu  produk  diversifikasi  yang  dapat  meningkatkan  nilai  ekonomis  dari buah  tomat adalah  velva.  Velva merupakan salah satu  jenis  makanan  beku  serupa  dengan  es  krim  tetapi  mempunyai  kadar  lemak  rendah karena tidak menggunakan  lemak susu dan mempunyai kandungan vitamin  C  dan  serat  yang  tinggi  (Dewi,  2010).  Produk  ini  sangat  sesuai bila  dikonsumsi  oleh  kelompok  vegetarian  maupun  orang-orang  yang  sedang diet rendah lemak (Rizqa, 2013).
Velva terbuat dari campuran puree  buah, gula, bahan penstabil, dan  air.  Salah  satu  komponen  penyusunnya  adalah  gula.  Gula  dalam  pembuatan produk makanan beku  dapat digunakan sebagai pemanis serta  dapat  memperbaiki  body  dan  tekstur.  Gula  dapat  membantu  mencegah  pembentukan kristal es yang  besar selama pembekuan. Peningkatan kadar  gula  akan  mengakibatkan  kekentalan  dan  tekstur  produk  makanan  beku  (Dewi,  2010).  Namun  penggunaan  gula  yang  berlebih  dapat  mengakibatkan  obesitas  karena tubuh tidak  mengubahnya  menjadi energi  tetapi disimpan di dalam  sel sebagai timbunan  lemak. Maka penggunaan  gula  dalam  produk  pangan  harus  dibatasi  atau  diganti  dengan  bahan  pemanis lain yang aman bila dikonsumsi oleh tubuh. Selain itu, gula hanya  menyumbang  energi  tetapi  tidak  mempunyai  komponen  fungsional  yang  dapat meningkatkan nilai  fungsional  produk.  Alternatif pemanis lain yang  mempunyai komponen fungsional adalah madu.
Madu adalah cairan manis yang dihasilkan oleh lebah madu berasal  dari  sumber  nektar  (SNI  01-3504-2004).  Madu  dapat  digunakan  sebagai  pemanis  alami  pada  produk  pangan.  Keuntungan  menggunakan  madu  sebagai  pemanis  bila  dibandingkan  dengan  gula  (sukrosa),  yaitu  madu  memiliki  nilai  kalori  yang  lebih  tinggi  daripada  gula  dan  rasanya  lebih  manis  daripada  gula  sehingga  penggunaan  madu  dapat  dikurangi  bila  dibandingkan apabila menggunakan gula. Kedua, gula merupakan sukrosa  yang terdiri dari dua molekul yang terikat bersama. Ketika mengkonsumsi  gula,  tubuh  harus  menggunakan  enzim  yang  dihasilkan  sendiri  untuk  memisahkan  molekul-molekul  tersebut  sebelum  dapat  digunakan  energinya,  sedangkan  pada  madu  sudah  terdapat  enzim  khusus  untuk  memecah  sukrosa menjadi glukosa dan  fruktosa sehingga dapat langsung  diserap  tubuh.  Selain  itu,  gula  tidak  mengandung  vitamin  dan  sedikit  mineral,  sedangkan  madu  mengandung  vitamin  dan  mineral  yang   cukup  banyak. Gula memanfaatkan nutrisi tubuh untuk dimetabolisme ke dalam  sistem. Ketika nutrisi ini semua sudah digunakan, metabolisme kolesterol  dan asam  lemak  yang tidak diinginkan terhambat, berkontribusi terhadap  naiknya kadar kolesterol dan obesitas akibat asam lemak yang lebih tinggi  pada  organ  dan  jaringan  (Gosyenland,  2010).  Penggunaan  madu  pada  produk pangan lebih unggul daripada menggunakan gula (sukrosa).
Madu  mengandung  vitamin  A,  B1,  B2,  B3,  B5,  B6,  C,  D,  E,  K,  beta  karoten,  flavonoid,  asam  fenolik,  asam  urat  dan  asam  nikotinat.  Di  dalam  madu  juga  terdapat  kandungan  mineral  dan  garam  atau  zat  lain  seperti zat besi, sulfur, magnesium, kalsium, kalium, khlor, natrium, fosfor  dan  sodium  serta  antibiotik  dan  enzim  pencernaan.  Kandungan  nutrisi  dalam  madu  yang  berfungsi  sebagai  antioksidan  adalah  vitamin  C,  asam  organik, enzim, asam fenolik, flavonoid dan beta karoten yang bermanfaat  sebagai  antioksidan  tinggi  serta  vitamin  A,  vitamin  E  yang  juga  merupakan  salah  satu  vitamin  antioksidan  esensial  yang  utama.  Dengan  demikian  pada  madu  terdapat  banyak  nutrisi  yang  berfungsi  sebagai  antioksidan  dan  semua  senyawa  tersebut  bekerjasama  dalam  melindungi  sel normal dan  menetralisir radikal bebas (Parwata dkk, 2010).
Berdasarkan  uraian  di  atas  dapat  diketahui  bahwa  madu  memiliki  tingkat kemanisan, kandungan gizi, dan komponen fungsional  yang lebih  tinggi  daripada  sukrosa  sehingga  dapat  dijadikan  alternatif  pemanis  pengganti  gula  dalam  pembuatan  velva.  Sukrosa  mempunyai  peran  penting  dalam  pembuatan  velva  sebagai  pembentuk  tekstur  dan  memberikan  rasa  manis  pada  velva.  Penggantian  sukrosa  dengan  madu  diduga akan mempengaruhi karakteristik fisikomia dan sensori dari velva  sehingga  perlu  dilakukan  penelitian  mengenai  velva  yang  menggunakan  pemanis berupa madu.
B.  Perumusan Masalah Dari latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.  Bagaimana  pengaruh  penggantian  madu  terhadap  sifat  fisikokimia  velva tomat (Lycopersicum esculentum Mill)  ? 2.  Bagaimana  pengaruh  penggantian  madu  terhadap  sifat  sensori  velva  tomat (Lycopersicum esculentum Mill)  ? C.  Tujuan Penelitian 1.  Mengetahui  pengaruh  penggantian  madu   terhadap  sifat  fisikokimia  velva tomat (Lycopersicum esculentum Mill).
2.  Mengetahui pengaruh penggantian  madu terhadap sifat  sensori  velva  tomat (Lycopersicum esculentum Mill).
D.  Manfaat Penelitian Manfaat  penelitian  ini  yaitu  mengetahui  penambahan  madu  sebagai  bahan  alami  untuk  meningkatkan  kandungan  gizi  dan  fungsional  dari  velva tomat dan sebagai bahan pemanis pengganti gula. Mengingat tomat  mengandung  antioksidan  alami,  yaitu  likopen  dalam  jumlah  yang  besar  dan  bermanfaat  sebagai  pencegah  kanker.  Dengan  adanya  velva  tomat  yang diberi penambahan madu ini diharapkan dapat memberikan informasi  kepada masyarakat mengenai produk pangan velva yang baik dikonsumsi  untuk kesehatan.



Download lengkap Versi PDF