BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan
areal perkebunan kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan pabrik yang cukup pesat akan
mempengaruhi lingkungan sekitarnya terutama
badan air penerima limbah. Pengurangan dampak negatif pabrik pada UU RI No. 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan PP RI No.51 Tahun
1993, tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Pengendalian limbah pabrik minyak sawit harus dilakukan dengan
baik. Pengendalian limbah pabrik dapat dilakukan
dengan cara pemanfaatan, pengurangan volume limbah, dan pengawasan mutu limbah. Pembangunan instalasi
pengendalian limbah dilakukan bersamaan dengan
pembangunan pabrik minyak sawit dengan sistem yang didasarkan pada kapasitas dan kualitas limbah yang diinginkan.
Limbah dari pabrik kelapa sawit
dapat berupa limbah padat dan limbah cair.
Limbah cair adalah air buangan
yang dapat dimanfaatkan untuk penghasil energi melalui pembuatan biogas dengan bantuan jasad
renik. Sedangkan limbah padat adalah
TBK, ampas, serabut, dan cangkang umumnya dipakai sebagai sumber energi untuk bahan bakar pabrik. Tandan kosong juga
dapat diproses sebagai furfural dan alkohol.
Furfural yang dipisahkan dari selulosa melalui proses hidrolisis dan dapat dipakai sebagai pakan ternak. Tandan kosong
dapat diproses menjadi pulp untuk pembuatan
kertas, soft board atau hard board dan kompos. Batang kelapa sawit dapat dijadikan kayu bangunan, perabot, dan
hard board atau particle board. TBK adalah
yang terbuang dari penebah setelah tandan rebus dipisahkan dari buahnya, banyaknya lebih dari 25% dari TBS. Sedangkan
ampas serabut (serat) dan cangkang berturut
– turut sebanyak 15% dan 5% dari TBS. (Mangoensoekarjo, 2003) Berdasarkan data dari Badan Ketahanan Pangan
diketahui bahwa produksi minyak sawit
(CPO) di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini.
Tabel 1.1 Produksi Minyak Sawit (CPO) Tahun
Produksi (ton) 2004 10.830.
2005 11.862.
2006 17.351.
2007 17.373.
2008 17.110.
(Sumber : Badan Ketahanan Pangan,
2008) Kapasitas produksi adalah 15.000
ton Biodiesel/tahun, yang berasal dari CPO sisa atau limbah cair dan padat dari Pabrik Kelapa
Sawit.
1.2 Perumusan Masalah Biodiesel merupakan jenis bahan bakar yang
dapat menggantikan solar yang jumlahnya
semakin hari semakin menipis. Limbah padat dan limbah cair dari pabrik kelapa sawit sangat potensial untuk dijadikan
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
Hal ini karena jumlah limbah padat dan limbah cair dari pabrik kelapa sawit yang dihasilkan tiap tahunnya cukup
besar dan jika tidak diolah dapat merusak lingkungan. Selain itu, harga limbah padat dan
limbah cair dari pabrik kelapa sawit relatif
murah sehingga harga biodiesel dari bahan baku limbah padat dan limbah cair dari pabrik kelapa sawit mampu bersaing dengan
harga minyak solar. Oleh karena itu,
perlu dilakukan kajian mengenai pembuatan biodiesel dari limbah padat dan limbah cair dari pabrik kelapa sawit skala
pabrik.
1.3 Tujuan Perancangan Pabrik Tujuan
dari perancangan pabrik biodiesel berbahan baku kedua limbah dari pabrik kelapa sawit ini adalah untuk
mengaplikasikan ilmu Teknik Kimia yang meliputi
neraca massa, neraca energi, operasi teknik kimia, utilitas, dan bagian ilmu teknik kimia lainnya dalam Pra Rancangan
Pabrik Biodiesel Berbahan Baku Limbah Padat
dan Limbah Cair dari Pabrik Kelapa Sawit.
1.4 Manfaat Manfaat perancangan pabrik biodiesel adalah
untuk memperkirakan pendirian suatu
pabrik baru, dimana untuk mendirikan suatu pabrik baru dibutuhkan analisa – analisa baik dari segi proses, peralatan,
keselamatan kerja, tata letak dan terutama aspek ekonomi agar dapat menjadi produk yang
bermanfaat tercakup dalam pra perancangan
pabrik tersebut.
Skripsi Chemical EngineeringPra Rancangan Pabrik Pembuatan Biodiesel Berbahan Baku Limbah Padat dan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dengan Kapasitas Produksi 15.000 TonTahun
Download lengkap Versi PDF >>>>>>>KLIK DISINI
Bab I
|
Download
| |
Bab II
|
Download
| |
Bab III - V
|
Download
| |
Daftar Pustaka
|
Download
| |
Lampiran
|
Download
|